WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, Januari 30, 2009

Perambahan Hutan Marak

Aksi perambahan hutan lindung untuk dijadikan lahan perkebunan makin marak di Pagaralam. Hal ini membuat kondisi hutan sebagai paru-paru kota sangat memprihatinkan.

Perambahan hutan menyebabkan Kota Pagaralam dan daerah sekitarnya terancam banjir bandang. Sebab, pohon yang berfungsi menyerap dan menahan air sudah tidak ada lagi sehingga membuat kondisi tanah menjadi labil dan sangat rawan terjadi longsor hingga banjir bandang.

Berdasarkan informasi, dari luas hutan lindung yang mencapai 7.000 ha lebih, kini kondisinya memprihatin kan. Sebagian wilayah hutan sudah banyak dirambah warga untuk dijadikan lahan perkebunan. Akibatnya,daerah resapan air menjadi semakin sedikit.

Sementara, meskipun kawasan perkebunan milik warga, baik kebun kopi maupun kebun teh, dipenuhi dengan puluhan bahkan jutaan pohon, tetapi kondisi tekstur tanah yang berbukit-bukit dengan kemiringan di atas 30 derajat ditambah kondisi akar kopi dan teh yang serabut tidak akan mampu menahan berat tanah.

Oleh sebab itu,semua kawasan perkebunan dinilai kritis dan mudah longsor jika turun hujan. Apalagi, daya serap terhadap air juga lebih sedikit. Daerah yang tidak boleh dirambah pun, seperti daerah aliran sungai (DAS), kini sudah ikut ditanami bahkan ditinggali warga.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagaralam Kadir didampingi Plh Kabid Kehutanan M Syarbani mengatakan, meskipun area Gunung Dempo ditanami teh dan kopi sampai ribuan hektare, daerah tersebut masih dalam kategori kritis. Sebab, akar tanaman itu tidak bisa menahan daya berat tanah karena akarnya serabut, bukan tunggang seperti pohon hutan lainnya.

Apalagi,daerah kemiringan kawasan Gunung Dempo yang melebihi 30 derajat.“Tanaman teh sama halnya dengan tanaman kopi yang mempunyai akar serabut sehingga untuk menahan tanah dengan kemiringan di atas 30 derajat, kondisi akarnya tidak kuat,”ucapnya.

Sementara itu, anggota DPRD Kota Pagaralam Suharindi berpendapat, dengan maraknya pembabatan hutan lindung di Kota Pagaralam, kota yang menjadi tujuan wisata karena berhawa sejuk ini tidak sedingin seperti beberapa tahun lalu. Sebab, sudah banyak kawasan hutan yang diubah menjadi area perkebunan yang membuat kawasan tersebut jadi memprihatinkan.

Untuk itu,dia meminta pihak terkait secepatnya menanggulangi masalah tersebut agar aksi pembabatan hutan tidak semakin meluas. Ditemui terpisah, Manajer PTPN VII Pabrik Perkebunan Teh Gunung Dempo H Armaz Hariadi menegaskan, upaya penanaman kembali sudah dilakukan di sekitar area perkebunan, seperti menanam pohonjenisbambang, mahoni,dan kayu afrika.

Hal ini bertujuan menahan tanah serta menambah rindang suasana. Selain itu, akan berfungsi sebagai pemecah angin sehingga pertumbuhan pucuk teh semakin bagus. ( sindo )






Artikel Terkait:

0 komentar: