WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, Mei 01, 2009

Emil Salim: 2050 Dunia "Berperang" Melawan Laut

JAKARTA -- Pakar Lingkungan Hidup Emil Salim menegaskan, pemanasan global akan membuat dunia "berperang" melawan kenaikan muka air laut pada 2050.

"Akan banyak wilayah dunia yang tenggelam karena kenaikan air laut semakin tinggi setiap tahunnya," kata Emil Salim, pada Seminar Konferensi Kelautan Dunia di Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis.

Kenaikan air laut rata-rata setiap tahunnya, menurut dia, telah mencapai 2,53 mili meter (mm). Padahal di tahun 2006 kenaikan air laut baru mencapai 1,7 mm.

Bagi negara-negara kepulauan yang memiliki daratan yang tidak tinggi, seperti Maladewa yang hanya 1,3 meter, maka kondisi ini sangat mengkhawatirkan. "Negara kepulauan yang terancam hilang ini bahkan sudah mulai mencari dan membeli daratan dari negara-negara lain," ujar dia.

Karena itu jelas, ujar mantan Menteri Lingkungan Hidup ini, peta batas negara di dunia akan berubah pada tahun 2050 nanti. Ini yang membuat dunia sibuk "berperang" melawan laut menyelamatkan penduduknya.

"Karena itu tidak bisa jika dunia tidak bergabung untuk mengatasi dampak dari pemanasan global ini terhadap laut," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Alex SW Retraubun mengatakan, konstalasi negara akan berubah pada tahun 2050 karena diperkirakan 2.000 pulau akan tenggelam di Indonesia.

"Kita tahu kalau batas laut Indonesia mengikuti rezim Zona Ekonomi Eksklusif dimana batas tersebut ditarik 200 mil dari pulau terluar. Kalau pulau tersebut hilang maka batas negara akan berubah," ungkap Alex.

Menurut dia, tidak bisa semua pulau yang terancam tersebut dapat diselamatkan. Oleh karena itu, upaya pencegahan abrasi dilakukan terutama pada pulau-pulau kecil yang berpenduduk.

Hal penting yang harus dilakukan guna menghadapi kenaikan muka air laut ini adalah segera mensosialisasikan soal dampak pemanasan global ini kepada masyarakat.

Selain itu, perlu segera dilakukan pemetaan wilayah yang rentan tenggelam. Sehingga pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilaksanakan dengan tepat.

"Pemetaan ini tidak memakan waktu lama jika kita lakukan dengan serius. Saya melakukan penamaan pulau saja tiga tahun selesai," ujar Alex.

Sumber : Republika 30/04/09






Artikel Terkait:

0 komentar: