WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Senin, Oktober 18, 2010

Kerusakan Hutan Indonesia Semakin Parah


PALEMBANG - Organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, menilai hutan di Indonesia kondisi kerusakannya semakin parah, kata Zulfahmi, pada talkshow yang digelar di kawasan hijau Kambang Iwak Palembang, Sabtu.

Menurut juru kampanye Greenpeace pada talkshow itu, secara global setiap tahunnya 1,8 juta hektare (ha) hutan di Indonesia terdekradasi, akibat aktifitas penebangan hutan sekala besar.

Adapun untuk wilayah Sumatera, berdasarkan pantauannya dari udara dalam tiga bulan terakhir, hampir setiap tempat terdapat aktifitas penebangan dalam jumlah besar, katanya.

Menurut dia, pihaknya tidak tahu pasti apakah itu legal atau melawan hukum. Namun, legal tidak bisa hanya memandang dari selembar kerta saja. Padahal itu harus dipastikan dengan melihat apakah aktifitas tersebut mematuhi taturan atau tidak.

Ia mencontohkan, kawasan gambut dengan kedalaman tiga meter lebih apabila dikonversi merupakan praktek melawan hukum.

Ia menyayangkan, dari bentuk penggundulan hutan di negeri ini, tidak ada tindakan satupun dari pemerintah guna menyelamatkan kondisi alamnya.

Sebagai bukti, tahun 2008-2009 merupakan periode di mana pemerintah memberikan izin atas pengelolaan hutan secara besar-besaran. Jadi pertanyaan besar, kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu).

Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat yang juga menjadi nara sumser dalam talkshow tersebut menyampaikan, hingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh hutan tanaman industri (HTI) serta konversi hutan alam menjadi suatu perkebunan, sudah di luar ambang batas.

"Sebagai bukti, dari 3,7 juta hektare hutan di Sumsel atau 3,4 persen dari luas hutan di Indonesia, sudah mulai menipis. Hal itu disertai dengan peningkatan bencana alam yang menimpa di daerah tersebut, baik tanah longsor dan banjir," katanya.

Kegiatan yang digelar Greenpeace bekerjasama dengan Walhi Sumsel, Wahana Bumi Hajau beserta komunitas fotografer dan pewarta foto Palembang itu, sebagai wujud peduli lingkungan guna melibatkan masyarakat luas.

Dalam kegiatan itu, mereka juga memajang foto-foto berkaitan dengan kondisi hutan alam di Sumatera khususnya Sumsel yaitu, kawasan hutan Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.

Hutan Merang merupakan penyangga hutan di Sumsel yang kondisinya semakin terkikis oleh aktifitas penebangan, dan juga konversi menjadi area perkebunan kelapa sawit.



Artikel Terkait:

0 komentar: