WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Senin, Januari 10, 2011

Gunung Dempo Longsor 200 Meter.

Setelah beberapa Bulan yang lalu tepatnya bulan Oktober beberapa desa di Pagaralam di serang dengan bencana Banjir Bandang, yang menurut catatan kami pada tahun 2010 banjir bandang telah 2 kali terjadi di Kota ini. Kini di awal tahun 2011 tepatnya Minggu, 09/01/2011 Gunung Dempo yang merupakan satu satunya Gunung yang berada di Propinsi Sumatera Selatan Kota Pagaralam, dilanda Longsor dengan kedalaman 200 Meter. Untuk Lengkap beritanya silakan baca postingan di bawah ini yang saya ambil dari Antaranews. com


PAGARALAM — Kawasan lereng Gunung Dempo, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, di Kampung IV Selter II, Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagaralam Utara, mengalami longsor mencapai ratusan meter.

Berdasarkan pantauan pada Minggu (9/1/2011), lokasi longsor berada pada ketinggian 1.900 meter di atas permukaan laut (mdpl) di tangsi III, yang berjarak sekitar 2 kilometer dari perbatasan kebun teh milik PT Perkebunan Nusantara VII, atau dua jam perjalanan dari posko SAR atau Taruna Siaga Bencana (Tagana) di daerah ini.

Daerah yang longsor itu juga merupakan jalan yang digunakan untuk mendaki Gunung Dempo yang memiliki ketinggian 3.173 mdpl.

"Diperkirakan lebar longsoran sekitar 100 meter dengan kedalaman sekitar 200 meter karena posisinya berada di sekitar jurang kawasan hutan lindung Gunung Dempo," kata Iwan, pendaki setempat.

Daerah yang mengalami longsor berada di jalan yang akan dilalui oleh pendaki Gunung Api Dempo atau berjarak sekitar 2 kilometer dari Pos Tagana atau Kampung IV perumahan karyawan PTPN VII.

"Kerusakan hutan akibat penggundulan dan terjadi perambahan di wilayah itu diduga menjadi penyebab sehingga daerah tersebut rawan bencana alam. Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) sekitar lereng gunung itu juga sudah mengalami pengikisan akibat sering terjadi banjir bandang, mengingat pohon pelindung hutan lindung Gunung Dempo sudah banyak berkurang," katanya.

Tahun 2010 lalu banjir bandang di daerah tersebut menghanyutkan puluhan batang kayu gelondongan dan merobohkan pohon kayu berukuran besar.

Akibatnya, sebagian besar ladang, kebun, dan sawah warga setempat di sepanjang aliran sungai rusak dan mengalami gagal panen (puso).

"Memang hutan di perbatasan antara kebun teh dan hutan lindung Gunung Dempo banyak mengalami kerusakan yang menjadi penyebab longsor dan sering terjadi banjir bandang. Kerusakan lereng Dempo ini cukup besar sehingga membuat hutan di daerah itu banyak terkikis," ujarnya.

Ketua Pos Pemantauan Gunung Api Dempo, Slamet, mengaku belum bisa memastikan berapa meter luas dan tinggi daerah yang terjadi longsor.

Kejadian itu masih berada di lereng Gunung Dempo sehingga tidak akan berpengaruh dengan puncak Merapi di sana.

"Namun, kondisi longsor tidak bisa dilihat dari jauh karena posisinya berada di hutan rimba Gunung Dempo, selain berada di sekitar hutan lindung cukup lebat dan medan juga sulit dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan," ujarnya.

Menurut dia, hampir sebagian besar DAS sepanjang kawasan kebun teh rusak dan terkikis air akibat banjir badang, apalagi di hulu alur sungai sudah ada satu titik longsor.

"Kalau dilihat dari luar memang tidak tampak jika ada hutan gundul, tetapi kalau sudah masuk dalam hutan akan terlihat dengan jelas," kata dia lagi.

"Sudah puluhan tahun tinggal di daerah Gunung Dempo, baru saat ini mengalami kejadian banjir bandang dan longsor di daerah lereng gunung itu," ujar dia.

Kalau banjir bandang sudah berulang kali terjadi tahun 2001 lalu di Dusun Kerinjing, Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara, dengan 21 korban jiwa.

Penyebabnya karena hutan di hulu sungai gundul dan pencurian hutan kayu jati terus terjadi sehingga saat musim hujan mengalami banjir.

"Hal ini terjadi karena saat hujan deras tidak ada lagi pohon kayu yang dapat menahan laju air," katanya.



Artikel Terkait:

0 komentar: