WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, Mei 25, 2012

Ketika tebu Tak manis Lagi


Langit menerangi hamparan tebu. Pucuk  tanaman manis setinggi badan itu nampak merunduk, pasrah menunggu parang para penebang. Namun  langit bersih itu tak mampu menghapus wajah muram warga dan terangi masa depan mereka. Puluhan tahun warga teguh menanti bumi, karena menurut warga, meskipun langit itu indah, selama ini  tak bisa  ditanami apa-apa.

Tak seperti malam sebelumnya, tiga malam terakhir pertengahan bulan mei ini hujan tidak turun, tak terbayangkan kalau hal itu terjadi. Ibu –ibu  akan berlarian, anak-anak  berebut mencari tempat berteduh, tungku dapur umum pasti padam, sedangkan marung (pondok) didirikan warga hanya di pintu masuk dan keluar akses perkebunan. Jika turun hujan, kami semua dipastikan menggigil dan lapar, karena tenda induk tak bisa menampung  seluruh warga yang menginap dilahan.
Foto Walhi Sumsel,(22/5) Blokade warga seri bandung di Jalan menuju PTPN VII

Sejauh ini masyarakat Desa Sri Bandung tetap bertahan menduduki lahan tebu PTPN VII Cinta Manis Ogan Ilir-Sumsel. Mereka menuntut pengembalian lahan seluas 3000 ha yang telah diambil paksa oleh perkebunan tebu PTPN VII Cinta Manis sejak tahun 1982. Warga tidak akan berhenti, sebelum tanah mereka bisa diolah kembali, menanam nanas, menanam balam (karet) yang diimpikan selama puluhan tahun.

Angin malam mulai berhembus, meniupkan aroma tebu, sebagian menahan kantuk, sisanya menerawang peristiwa puluhan tahun silam, mengenang derap langkah aparat, mengingat raung buldozer. 

Kisah Sri Bandung menginggatkan peristiwa pada 4 desember 2009 silam, ketika aparat Brimob dengan bengisnya mengeluarkan peluru dari moncong senjatanya kearah petani tanpa senjata, yang sedang berada diatas lahan mereka, yang sejak puluhan tahun silam diklaim oleh PTPN VII. Peristiwa berdarah ini menyisakan kisah tragis hingga saat ini, akan tetapi tindakan kekerasan yang mereka alami tersebut tidaklah menyurutkan langkah warga untuk tetap bertahan dan menanami lahan itu dengan pohon balam.  

Balam kami la besa sekarang, dua tahun lagi pacak kami panen”.Tutur Bu Adi (begitu kami sering menyapanya) merupakan salah satu korban kekerasan aparat Brimob di Desa Rengas, Payaraman-Ogan Ilir, Sumsel. Perempuan yang lahir 59 tahun silam inisekarang agak lega, karena lahan yang dulu dirampas PTPN VII Cinta Manis sekarang bisa ia kelola bersama warga lainnya.

“ Itu Dek ! pisang dari lahan lemak nian kami makan, teraso mimpi kami makan pisang dari lahan yang selama puluhan tahun kami harapkan”. Seusai menyapu airmata, tangannya menunjuk tandan pisang yang ia letakan disudut dapur.

Ibu Adi adalah salah satu warga  desa Rengas yang “lapar” tanah. Tidak ada alasan lagi bagi negara untuk tidak memberikan hak yang mereka tuntut. Karena menurut data PTPN VII tahun 2011, total luas lahan lahan tebu unit usaha Cinta Manis sebanyak 9.990,20 ha. Sedangkan menurut keterangan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Sumsel, Hak Guna Usaha (HGU) Cinta Manis hanya 6000 ha yang berlokasi di Desa Burai Kecamatan Rantau Alai.

Kembali kepada peristiwa tiga tahun lalu , ketika menyaksi tangan Bu Adi bergetar, menemani pertama kali ia tancapkan bibit karet dilahan yang ia damba selama 27 tahun lamanya. Bapak-bapak pun menahan haru, menyaksi 25 marung telah berdiri. Marung yang akan menjadi bukti kesetiaan mereka terhadap masa depan anak cucu.
Warga Dirikan Pondok di tengah perkebunan Tebu

Kini gerakan rakyat telah menyebar. Selain getah balam, pisang dan buah nanas, Desa rengas telah membuahkan gerakan rakyat bagi sejumlah desa disekitar PTPN VII Cinta Manis. Contohnya  Warga  Desa Sri Bandung, Ketiaw, Lubuk Bandung, Betung mulai sadar, bahwa tebu dihadapan mereka rasanya “ Tak Lagi Manis”. Bahwa tebu dihadapan mereka telah menjadi simbol keserakahan para tuan.

Bersahutan kokok ayam mulai terdengar, waktu sudah menjelang pagi. Dan pagi ini, seperti pagi yang lain, menjadi hal terindah dalam hidup, menemani mereka menyemai bibit perdana. kita bisa sakiskan raut muka, tangan mereka, degup jantung mereka dan air mata mereka. sungguh sayang jika momentum itu dilewatkan, karena hari selanjutnya kita sudah  “kesiangan”.

Ditulis WALHI Sumsel



Artikel Terkait:

0 komentar: