WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Minggu, Agustus 05, 2012

TENTU

Tentu, kembali airmata ini harus menetes, menyaksi bocah 12 tahun itu terkapar, kepala sang bocah ditembus timah panas aparat kepolisian, dua jam menjelang buka puasa, ketika adzan Asyar hendak dikumandangkan. Tak jauh dari rumah allah, didekat mesjid Darussalam, dipertengahan bulan suci ramhadan, pada  hari jumat yang sakral, Angga berpulang  ke rahamtullah.

Aku  hanya tertegun mendengar itu,  nafas terasa sesak, kopi yang dibuat untuk sejumlah tamu hampir jatuh kelantai. Sembari menahan cangkir dinampan, berusaha berjalan menuju meja diruang depan kuucap inalilahiwainailahi rojiun .

“ Brimob memang telah mengepung tempat itu, Desa Limbang Jaya”.


Begitu cerita teman sesaat setelah mendapat kabar penembakan. Limbang Jaya, salah satu desa dari 20 desa yang sedang berkonflik dengan PTPN VII Cinta Manis, jaraknya sekitar 15 Km dari kota Indralaya-Ogan Ilir.

Masyarakat setempat sudah tigapuluh tahun mendamba lahan untuk bercocok tanam. Pasalnya, ketika tanah nenek moyang mereka dirampas ditahun 1982 oleh PTPN VII Cinta Manis. Sebagian besar generasi ini hampir tak lagi mengenal sistem pertanian, mereka yang kehilangan tanah, hampir menjadi buruh tani jika saja seorang pandai besi asal Banten tidak mengajarkan masyarakat setempat cara memgolah besi.

Akhirnya, setelah mendapat mata pencaharian alternatif sebagai pandai besi, 70 persen warga Desa Limbang Jaya beralih menjadi pandai besi. Rupanya, Desa ini pun merupakan salah satu pemasok utama produksi alat pertanian seperti cangkul, parang, pisau di Provinsi Sumatera Selatan. Selain Limbang Jaya, Desa Tanjung laut dan Tanjung Pinang pun mayoritas warga bekerja sebagai Pandai Besi.

“ Kami ingin bertani ! sangat berat bekerja sebagai pandai besi, selain harus mengeluarkan banyak tenaga, bahan baku dan pemasaran masih sulit kami jangkau”.


Kata seorang Pandai Besi, yang sudah duapuluh tahun malang melintang jalani profesi ini. Karena tak ada lahan untuk bercocok tanam, kaum laki-laki seolah wajib menjadi pandai besi dan kaum perempuan wajib sebagai penenun.

2.500 ha lahan pertanian Limbang Jaya telah dirampas oleh PTPN VII, masyarakat praktis hanya mengelola lahan lebak (lahan sungai yang mengalami pendangkalan) untuk tanaman padi kurang lebih 120 ha, dan kebun karet luasnya mencapai 520 ha atau hanya 25 % dari total luas wilayah Desa yakni 31.912.849 Meter Persegi. Lahan yang tersisa harus dibagi dengan junlah penduduk mencapai kurang lebih 800 KK.

Lebih menyakitkan, Penduduk Desa ini dua kali dalam setahun hanya menerima asap pembakaran tebu PTPN VII Cinta Manis. Selain itu, lebak / sungai yang 30 tahun lalu airnya deras mengaliri areal pertanian warga, pasca ditanami tebu, sungai itu kering dimusim kemarau dan menimbulkan banjir ketika hujan. Karena, lahan tebu PTPN VII Cinta Manis tidak menyisakan sedikitpun pohon disekitar sungai/ lebak yang berfungi menjadi resapan air.

“ Kami rindu seperti dulu, menanam padi, nanas, galam, dan jenis palawija lainnya dikebun. Bukan tidak bersyukur, kalau sudah menjelang usia 50 tahun, kami tak sanggup lagi menjadi pandai besi, tenaga kami sudah berkurang”.


Tentu, sejak 30 tahun silam cita-cita sebagai petani mereka simpan dalam khayalan. Bayangan pohon karet, buah nanas, besarnya ubi dan menguningnya padi melekat dalam ingatan. Kemudian, dengan tekad bulat, disertai keinginan kuat, penduduk desa ini bergabung dengan kaum tani di desa lain bahu-membahu memperjuangkan lahan.

Pasti, mereka bersedih karena Angga telah berpulang, rekan mereka 9 orang masih mendekam dalam tahanan, saudara mereka masih terbaring luka akibat peluru tajam. Tapi mereka adalah petani yang terpaksa menjadi pandai besi. Besi pun mereka tempa...apalagi cuma daging yang  hanya dilapisi seragam coklat. Tentu.......! (walhi sumsel)



Artikel Terkait:

0 komentar: