WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, November 23, 2012

Sawah Tergusur Sawit, Petani Minta Cabut HGU

Masuknya invasi sawit terhadap pemukiman transmigran membuat dua warga Desa Nusantara Kecamatan Air Sugihan Sumatera Selatan menuntut agar HGU PT Selatan Agro Makmur Selatan (SAML) dicabut.

Hal itu disampaikan oleh Sukirman warga desa Nusantara di Jakarta, Jumat (23/11/2012). “Kami meminta agar tanah 42 ribu Hektar dikembalikan lagi kepada warga. Semenjak adanya sawit, warga terpecah karena kepentingan perusahaan,” ujar Sukirman.

Wilayah desa Nusantara merupakan zona transmigrasi sejak tahun 1981. Awalnya masing-masing desa memiliki 512 kepala keluarga. Namun, sejak tahun 2007 PT SAML menguasai 17 desa untuk dibayarkan 1 juta per hektar.

“Hanya desa Nusantara saja yang tidak mau dibayarkan. Tanah kami seluas 1200 hektar tetap dipertahankan oleh warga,” tegas Sukirman, yang juga ketua Forum Petani Nusantara Bersatu.

Sukirman juga menceritakan bagaimana awalnya pemerintah tidak menepati janji kepada transmigran. Pada tahun pertama. Banyak warga yang pulang dan meninggal karena sakit. Membangun jalan sendiri dan fasilitas secara mandiri.

“Setelah kami rapikan, baru PT SAML itu masuk. Ya kami tetap pertahankan walau tanah sudah mulai tidak produktif” jelasnya.

Desa Nusantara merupakan wilayah lumbung padi di Sumatera Selatan khususnya Kabupaten OKI. Jumlah panen yang dihasilkan hingga 4800 ton. Hasil panen berkurang setelah masuknya perkebunan sawit skala besar.

“Selain kami menghalau babi, kami juga harus siaga melawan eskavator perusahaan,” pungkas Sukirman.
 
Sumber : LensaIndonesia.com



Artikel Terkait:

0 komentar: