Oleh : Koalisi ORNOP
Bengkulu.
Bengkulu,
Sejumlah warga tertembak saat melakukan demo tolak tambang di lokasi PT. Cipta
Buana Seraya (CBS) Kecamatan Merigi Kelindang, Kabupaten Bengkulu Tengah
Provinsi Bengkulu. Demo yang terjadi sekitar pukul 10.00 wib hari ini, Sabtu,
11 Juni 2016 mengakibatkan 4 orang warga harus dirujuk kerumah sakit M. Yunus
kota Bengkulu. Menurut warga, ada 2 lagi korban yang tertembak namun tidak di
rujuk ke rumah sakit M.Yunus.
Keempat
korban tersebut adalah Marta Dinata (20) warga desa Kembring, tertembak diperut
hingga menembus. Yudi (28) warga desa Kembring, tertembak dibagian perut.
Alimuan (65) warga desa Durian Lebar, tertembak ditangan, dan Badrin (45) warga
desa Durian Lebar tertembak di bagian leher dan paha.
Alimuan
, korban menjelaskan kronologi Kejadian“aksi warga kali ini karena beberapa
kali aksi tidak ada tanggapan dari pemerintah kabupaten Bengkulu Utara.
Sebelumnya Koordinator Forum Anak Rejang Gunung Bungkuk
dipanggil sama pihak pemerintah, katanya hari ini itu bupati mau datang dan
memutuskan apakah tambang dilanjutkan atau tidak. Ketika warga datang kelokasi
PT. CBS sudah banyak polisi, brimob, dan tentara yang jaga. Aparat ysng
berjumlah 500 orang lebih bersenjata
lengkap. Brimob jaga di bagian depan, dekat pagar dengan senjata peluru karet,
dan gas air mata. aparat jaga di barisan kedua, dekat tebingan di lokasi. Saya
dibarisan tengah dengan beberapa korban yang lainnya. Saya tidak begitu tahu
apa yang terjadi didepan, tiba-tiba chaos. Marta Dinata korban pertama yang
tertembak oleh polisi yang berada dibelakang brimob. aparat yang menggunakan
peluru tajam, makanya sampai menembus perut Marta Dinata”.
Hal
yang sama juga dijelaskan oleh Kasrawati, warga desa Susup (36) “kejadian hari
ini adalah luapan kemarahan warga atas ketidakjelasan dan ketidakberpihakan
pemerintah kepada masyarakat selama ini. Apalagi pagi itu masyarakat dijanjikan
bahwa akan ada pejabat yang mau datang jam 10 tadi pagi ternyata sudah banyak
aparat dilokasi. Nurdin, koordinator forum dan sekaligus korlap tidak mampu
membendung kemarahan warga akhirnya aksi menjadi tidak terkendali. Warga
memaksa masuk kelokasi pertambangan namun dihadang oleh aparat. Aparat
menembakkan gas air mata dan tembakan peluru karet dan timah panas”.
Kasrawati
juga menjelaskan kronologi perjuangan yang telah dilakukan warga.
Pada
saat pertemuan di Badan Lingkungan Hidup provinsi Bengkulu pada tanggal 15
Januari yang lalu warga sudah mengatakan menolak. Walaupun ada tiga kades yang
setuju, itupun karena desa mereka jauh dari lokasi pertambangan underground.
Tanggal
7 Mei 2016 warga melakukan aksi dengan jumlah 1300 orang. Aksi memasang tombak
dengan bendera dan plakat yang bertuliskan “masyarakat menolak sistem
underground” sebagai simbol penolakan.
Tanggal
6 Mei 2016 pihak BLH provinsi turun kelokasi untuk melihat kondisi lapangan dan
lobang tambang yang tidak direklamasi yang mengakibatkan 1 korban anak
meninggal dunia. Pihak BLH berjanji akan memberikan keputusan apakah tambang
tetap beroperasi atau tidak, dengan deadline
waktu tanggal 4 Juni 2016. Ada beberapa tuntutan yang disampaikan warga,
salah satu poinnya jika pemerintah tidak memihak warga dengan mencabut izin
tambang, warga akan turun untuk aksi kembali.
Hingga
tanggal 4 Juni tidak ada kabar dari pemerintah. Warga mendapat informasi pada
tanggal 5 kalau hasil dari perjanjian tersebut pemerintah tidak memihak warga
dengan tetap melanjutkan pertambangan.
Pemerintah
tidak menepati janji, dan masyarakat merasa ditipu. Hingga tanggal 10 Juni
Nurdin, dipanggil pihak kepolisian sekaligus mengantarkan surat pemberitahuan
demo tanggal 10 Juni 2016. Hingga pukul 24.00 wib, Nurdin baru kembali.
Kepolisian menyampaikan warga kiranya mau menahan aksi hingga minggu depan,
tetapi Nurdin tidak dapat mengambil keputusan.
11
Juni 2016, warga melakukan aksi di lokasi PT. Cipta Buana Seraya (CBS) dengan
melibatkan kurang lebih 500 orang. Warga dijanjikan bahwa pukul 10.00 wib akan
ada pejabat yang datang. Setibanya dilokasi sudah banyak aparat kepolisian,
brimob dan tentara yang menjaga lokasi. Merasa ditipu dan dihianati oleh
pemerintah, akhirnya warga tidak mampu menahan kemarahan dan aksi akhirnya
pecah, kerusuhan terjadi.
Akhirnya
warga yang berasal dari 12 desa, Desa Susup, Penembang, Lubuk Unem 1 dan 2,
Taba Durian Sebakul, Talang Ambung, Raja Sesi 1 dan 2, Kombring 1 dan 2, Taba
Gematung, dan Durian Lebar berhamburan kedua arah yaitu arah Susup, satu lagi
arah Lubuk Unen. Warga yang berlari kearah Lubuk Unen lah yang banyak menjadi
korban penembakan oleh aparat. Sekalian korban penembakan, satu buah motor
warga juga terbakar.
Info
terakhir korban Marta Dinata yang dalam
kondisi kritis, telah di operasi di rumah sakit M. Yunus pukul 20.00 wib yang
lalu. Hingga saat ini warga masih satu suara untuk menutup PT. Cipta Buana
Seraya (CBS).
Kontak Person :
Sony Taurus
(085273762037)
Uli Arta Siagian
(082182619212)
Fery Fadli
(082377752229) kontak posko
Selengkapnya...