WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Minggu, September 14, 2008

Ayo Bersepeda ke Kantor

Mendukung Kampanye Antipemanasan Global dan Mengurangi Polusi

Palembang, Kompas - Bepergian dengan menggunakan sepeda tampaknya belum menjadi budaya bagi warga Kota Palembang. Komunitas Pekerja Bersepeda atau Bike to Work mencoba mengajak warga Palembang untuk bepergian dengan sepeda terutama untuk pergi ke tempat kerja.

Di Palembang, komunitas Bike to Work (B2W) berdiri sejak bulan Februari 2008. Saat ini komunitas B2W Palembang sudah mempunyai sekitar 20 anggota. Komunitas B2W Indonesia berpusat di Jakarta.

Ketua komunitas B2W Palembang Solichin (35), Jumat (12/9), menuturkan, komunitas Pekerja Bersepeda mengajak para pekerja menggunakan sepeda ke tempat kerja meskipun tidak setiap hari.

”Bersepeda tidak hanya kebutuhan pribadi untuk olahraga, tetapi juga kampanye mengurangi polusi udara dan antipemanasan global,” kata Solichin menjelaskan.

Menurut Solichin, setiap pekerja yang naik sepeda ke tempat kerja sebenarnya adalah anggota B2W. Warga Palembang yang ingin mendapat logo B2W bisa menghubungi Solichin. Logo berwarna kuning itu menjadi pengenal di kalangan anggota B2W.

Solichin mengungkapkan, kondisi jalan raya di Palembang jauh lebih nyaman bagi pengendara sepeda daripada di Jakarta. Pekerja yang jarak rumah dengan kantornya cukup dekat bisa bersepeda setiap hari, tetapi ada juga pekerja yang hanya beberapa hari dalam seminggu naik sepeda.

”Kalau di Jakarta saja bisa naik sepeda, mengapa di Palembang tidak bisa. Saya salut pada para pekerja di Jakarta yang mau naik sepeda ke tempat kerja,” kata Solichin.

Solichin mengaku naik sepeda tiga kali seminggu ke kantor. Jarak rumah Solichin di Jalan Mas Karebet dan kantornya di Jalan Jenderal Sudirman sekitar 8 kilometer atau 16 kilometer pergi-pulang.

Para anggota B2W Palembang juga rutin melakukan sosialisasi, misalnya ke tempat-tempat yang ramai seperti Kambang Iwak. Mereka membagikan brosur sambil mengendarai sepeda masing-masing saat berkeliling di tempat umum yang ramai pengunjung.

Perempuan juga tertarik

Anggota B2W Palembang tidak hanya didominasi pekerja laki-laki, pekerja perempuan juga cukup berminat. Christiana (25), salah satu perempuan anggota B2W Palembang, mengutarakan, ketertarikannya naik sepeda ke kantor karena merasa masih kurang berolahraga.

Christiana naik sepeda ke kantornya satu kali dalam seminggu. Jarak rumah Christiana di Lemabang sampai ke kantornya di kawasan Kilometer 7,5 sekitar 5 kilometer.

”Sayangnya, kalau kita naik sepeda, pengendara lain tidak memberikan toleransi. Mau menyeberang jalan saja sulit sekali,” ujar Christiana yang mengakui naik sepeda ke tempat kerja lebih ribet, tetapi bermanfaat. (WAD)




Selengkapnya...

Selasa, September 09, 2008

IPB Temukan Spesies Hewan Langka di Areal HPH

PALEMBANG - Perusahaan penghasil bubur kertas PT Musi Hutan Persada (MHP) harus lebih perhatian terhadap konservasi lingkungan. Pasalnya, di dalam areal konsesi lahannya ditengarai merupakan perlintasan satwa liar di Sumatra Selatan.

Spesies yang termasuk hewan dilindungi itu di antaranya harimau sumatra (Panthera tigris sumatrensis, Linnaeus, 1758), musang (Paradoxurus hermaphroditus, Pallas, 1777), gajah sumatra (Elephas maximus, Linnaesu, 1758), kera (Macaca fascicularis, Raffles, 1821), dan rangkong (Buceros rhinoceros).

Seperti disimpulkan dalam laporan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), kawasan hutan yang terletak dalam Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Tanaman Industri (TI) PT MHP tidak termasuk sebagai kawasan hutan yang dapat mempertahankan populasi spesies yang ada di alam secara layak.

"Pengelolaan terhadap HCVF (High Conservation Value Forest) atau kawasan hutan dengan nilai konservasi tinggi, yang dilakukan PT MHP atas HCVF tipe 1 dan 2 dinilai telah memenuhi beberapa komponen. Penilaian itu penting agar mereka mendapatkan sertifikasi lingkungan," kata Hadi Jatmiko, aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel kepada okezone di Palembang, Jumat (29/8/2008).

Hadi menyebutkan terdapat spesies hampir punah dalam konsesi HPHTI PT MHP mengacu hasil identifikasi dan analisis keberadaan HCVF yang diterbitkan perkebunan raksasa itu bekerja sama dengan Fakultas Kehutanan IPB.

"Dengan luas hutan yang dikelola 296.400 hektare di Benakat, Subanjeriji, dan Martapura, PT MHP tergolong perkebunan raksasa. Proporsinya berkisar 2,6 persen dari sisa kawasan hutan 11.385.000 hektare di Pulau Sumatra," tegas Jatmiko.

Antara tahun 1985-2003, sambung dia, laju penurunan hutan di Sumatra mencapai 21 persen dari semula 23.324.000 ha. "Tak heran bila akibatnya fauna langka bukan kembali ke habitatnya melainkan populasinya jadi makin sedikit karena Sumatra tiada lagi menyediakan hutan di alam yang baik untuk menghidupi binatang," tutup Hadi.




Selengkapnya...