PALEMBANG, KOMPAS.com - Banjir semakin sering terjadi di Provinsi Sumatera Selatan. Jumlah banjir di provinsi tersebut meningkat dua kali lipat selama setahun terakhir.
Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Sumatera Selatan, selama tahun 2010 terjadi 102 kejadian banjir atau meningkat sekitar 155 persen dari tahun 2009 sebanyak 40 kali kejadian banjir. Jumlah banjir salah satunya meningkat tajam di Kota Palembang. Tahun 2009, tercatat 11 kali banjir di ibukota Provinsi Sumatera Selatan itu. Tahun 2010, jumlahnya meningkat menjadi lebih kurang 35 kali kejadian.
Kepala Divisi Pengembangan Sumberdaya Organisasi Walhi Sumatera Selatan Hadi Jatmiko mengatakan, meningkatnya frekuensi banjir di Sumatera Selatan salah satunya disebabkan pembangunan yang tak memperhatikan tata ruang dan fungsi lahan.
"Sejumlah pembangunan dilakukan dengan menimbun kawasan rawa-rawa dan kolam-kolam retensi. Padahal rawa-rawa dan kolam-kolam itu seharusnya menjadi penampung air sehingga dapat mencegah banjir," tuturnya di Palembang, Selasa (22/2/11).
Menurut Hadi, saat ini, jumlah rawa di Palembang telah menyusut sekitar separuhnya. Sebelum tahun 2000, kawasan rawa di Palembang mencapai 50 persen dari luas kota. Tahun 2010, kawasan rawa diperkirakan hanya 26 persen dari luas kota. Sisanya ditimbun untuk pembangunan, katanya menambahkan.
Salah satu proyek pembangunan yang dikhawatirkan akan menambah potensi banjir adalah pembangunan pusat perbelanjaan bawah tanah (undermall) di kawasan Stadion Sriwijaya. Proyek ini menuai protes dan unjukrasa dari berbagai organisasi pemerhati lingkungan di Palembang, yaitu Mahasiswa Hijau Indonesia, Sarekat Hijau Indonesia, dan Walhi Sumatera Selatan.
Dalam unjukrasa di Palembang, Selasa (22/2/11), Presiden Mahasiswa Hijau, Dedek Chaniago mengatakan, undermall tersebut dibangun di kawasan ruang terbuka hijau dan menimbun sebagian kolam retensi yang terdapat di dalamnya.
"Pembangunan telah menimbun seperempat bagian dari kolam penampung air tersebut sehingga berpotensi meningkatkan potensi banjir di pemukiman dan jalan di sekitar kawasan tersebut," tuturnya.
Menurut Dedek, pembangunan undermall itu juga belum mengantongi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Padahal dampaknya dinilai cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Dedek mengatakan, pembangunan undermall itu harus segera dihentikan sebelum memperoleh dokumen Amdal. Selain itu, pemerintah daerah Sumatera Selatan dan Palembang juga seharusnya menghentikan alih fungsi ruang terbuka hijau yang diperlukan untuk meredam banjir.
Menyambut penyelenggaraan SEA games XXVI yang akan dibuka di Palembang 11 November mendatang, pembangunan berbagai sarana pendukung tengah dilakukan di Palembang. Beberapa pembangunan itu adalah perluasan jalan raya penghubung Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang harus menebang puluhan pohon tua serta pembangunan komplek pusat olahraga Jakabaring. Daerah Jakabaring merupakan salah satu daerah rawa-rawa terluas di Palembang.
Berdasarkan catatan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Provinsi Sumatera Selatan, selama tahun 2010 terjadi 102 kejadian banjir atau meningkat sekitar 155 persen dari tahun 2009 sebanyak 40 kali kejadian banjir. Jumlah banjir salah satunya meningkat tajam di Kota Palembang. Tahun 2009, tercatat 11 kali banjir di ibukota Provinsi Sumatera Selatan itu. Tahun 2010, jumlahnya meningkat menjadi lebih kurang 35 kali kejadian.
Kepala Divisi Pengembangan Sumberdaya Organisasi Walhi Sumatera Selatan Hadi Jatmiko mengatakan, meningkatnya frekuensi banjir di Sumatera Selatan salah satunya disebabkan pembangunan yang tak memperhatikan tata ruang dan fungsi lahan.
"Sejumlah pembangunan dilakukan dengan menimbun kawasan rawa-rawa dan kolam-kolam retensi. Padahal rawa-rawa dan kolam-kolam itu seharusnya menjadi penampung air sehingga dapat mencegah banjir," tuturnya di Palembang, Selasa (22/2/11).
Menurut Hadi, saat ini, jumlah rawa di Palembang telah menyusut sekitar separuhnya. Sebelum tahun 2000, kawasan rawa di Palembang mencapai 50 persen dari luas kota. Tahun 2010, kawasan rawa diperkirakan hanya 26 persen dari luas kota. Sisanya ditimbun untuk pembangunan, katanya menambahkan.
Salah satu proyek pembangunan yang dikhawatirkan akan menambah potensi banjir adalah pembangunan pusat perbelanjaan bawah tanah (undermall) di kawasan Stadion Sriwijaya. Proyek ini menuai protes dan unjukrasa dari berbagai organisasi pemerhati lingkungan di Palembang, yaitu Mahasiswa Hijau Indonesia, Sarekat Hijau Indonesia, dan Walhi Sumatera Selatan.
Dalam unjukrasa di Palembang, Selasa (22/2/11), Presiden Mahasiswa Hijau, Dedek Chaniago mengatakan, undermall tersebut dibangun di kawasan ruang terbuka hijau dan menimbun sebagian kolam retensi yang terdapat di dalamnya.
"Pembangunan telah menimbun seperempat bagian dari kolam penampung air tersebut sehingga berpotensi meningkatkan potensi banjir di pemukiman dan jalan di sekitar kawasan tersebut," tuturnya.
Menurut Dedek, pembangunan undermall itu juga belum mengantongi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Padahal dampaknya dinilai cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Dedek mengatakan, pembangunan undermall itu harus segera dihentikan sebelum memperoleh dokumen Amdal. Selain itu, pemerintah daerah Sumatera Selatan dan Palembang juga seharusnya menghentikan alih fungsi ruang terbuka hijau yang diperlukan untuk meredam banjir.
Menyambut penyelenggaraan SEA games XXVI yang akan dibuka di Palembang 11 November mendatang, pembangunan berbagai sarana pendukung tengah dilakukan di Palembang. Beberapa pembangunan itu adalah perluasan jalan raya penghubung Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II yang harus menebang puluhan pohon tua serta pembangunan komplek pusat olahraga Jakabaring. Daerah Jakabaring merupakan salah satu daerah rawa-rawa terluas di Palembang.
0 komentar:
Posting Komentar