Saturday, 12 September 2009 22:06
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Selatan (Sumsel) bertekad memperkuat advokasi lingkungan untuk masyarakat dan pelestarian alam, sekaligus mengajak para pihak mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan mencegah bencana lingkungan di daerahnya.
Palembang, 12/9 (Antara/FINROLL News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Selatan (Sumsel) bertekad memperkuat advokasi lingkungan untuk masyarakat dan pelestarian alam, sekaligus mengajak para pihak mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan mencegah bencana lingkungan di daerahnya.
Direktur Eksekutif WALHI Sumsel, Anwar Sadat, di Palembang, Sabtu, mengingatkan bahwa persoalan lingkungan hidup akan semakin mengemuka dan mengancam kelestarian alam dan lingkungan di daerahnya.
Karena itu, perlu upaya bersama secara bersungguh-sungguh untuk melindungi kepentingan masyarakat dan menjamin pelestarian lingkungan hidup itu dari ancaman kerusakan dan kehancuran.
Dia menyebutkan, selain degradasi dan deforestasi yang mengancam kawasan hutan, ancaman pencemaran lingkungan juga terus berlangsung dengan berbagai penyebabnya.
"Ancaman kerusakan lingkungan hidup yang bisa membawa bencana bagi manusia dan alam sekitarnya, harus segera dihentikan," ujar Sadat lagi.
WALHI Sumsel bersama lembaga mitranya terus bertekad memperkuat advokasi lingkungan hidup menghadapi berbagai ancaman pengrusakan tersebut.
Upaya yang dijalankan, selain memperkuat kelembagaan dan kapasitas SDM pengurus WALHI, juga terus melakukan pendampingan ke masyarakat yang membutuhkan.
WALHI Sumsel juga menginisiasi pembentukan WALHI Institute (WI) yang diharapkan menjadi lembaga "think thank" atau kajian ilmiah terhadap berbagai persoalan lingkungan hidup di daerahnya.
Berkaitan pembentukan WI itu, sejumlah akademisi, praktisi dan profesional, aktivis LSM/NGO, peneliti dan para pihak lain yang dinilai memiliki kapasitas memadai, diajak bergabung mendirikan dan mengembangkannya.
Pertemuan awal inisiasi pembentukan WI telah berlangsung dua kali di sekretariat WALHI Sumsel, termasuk pertemuan terakhir pada Jumat (11/9).
Sejumlah akademisi dan tokoh LSM serta praktisi yang diajak bergabung dalam WI, di antaranya Prof Faisal Daud, Alfitri, JJ Polong, Tarech Rasyid, beberapa peneliti, akademisi, praktisi media, dan aktivis LSM di Sumsel.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat WI yang digagas WALHI Sumsel segera terbentuk dan bisa eksis memperkuat advokasi lingkungan hidup yang kami perjuangkan bersama komponen masyarakat peduli lingkungan lainnya," ujar Hadi Jatmiko, Staf WALHI Sumsel pula.
Dia mengingatkan, sejumlah persoalan lingkungan hidup di daerah itu, seperti pengrusakan hutan, pencemaran sungai, kebakaran hutan dan lahan, eksploitasi tambang yang merusak, dan kasus lingkungan hidup lainnya memerlukan kepedulian para pihak untuk menanganinya secara bersungguh-sungguh.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Selatan (Sumsel) bertekad memperkuat advokasi lingkungan untuk masyarakat dan pelestarian alam, sekaligus mengajak para pihak mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan mencegah bencana lingkungan di daerahnya.
Palembang, 12/9 (Antara/FINROLL News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Selatan (Sumsel) bertekad memperkuat advokasi lingkungan untuk masyarakat dan pelestarian alam, sekaligus mengajak para pihak mendukung kelestarian sumberdaya hayati dan mencegah bencana lingkungan di daerahnya.
Direktur Eksekutif WALHI Sumsel, Anwar Sadat, di Palembang, Sabtu, mengingatkan bahwa persoalan lingkungan hidup akan semakin mengemuka dan mengancam kelestarian alam dan lingkungan di daerahnya.
Karena itu, perlu upaya bersama secara bersungguh-sungguh untuk melindungi kepentingan masyarakat dan menjamin pelestarian lingkungan hidup itu dari ancaman kerusakan dan kehancuran.
Dia menyebutkan, selain degradasi dan deforestasi yang mengancam kawasan hutan, ancaman pencemaran lingkungan juga terus berlangsung dengan berbagai penyebabnya.
"Ancaman kerusakan lingkungan hidup yang bisa membawa bencana bagi manusia dan alam sekitarnya, harus segera dihentikan," ujar Sadat lagi.
WALHI Sumsel bersama lembaga mitranya terus bertekad memperkuat advokasi lingkungan hidup menghadapi berbagai ancaman pengrusakan tersebut.
Upaya yang dijalankan, selain memperkuat kelembagaan dan kapasitas SDM pengurus WALHI, juga terus melakukan pendampingan ke masyarakat yang membutuhkan.
WALHI Sumsel juga menginisiasi pembentukan WALHI Institute (WI) yang diharapkan menjadi lembaga "think thank" atau kajian ilmiah terhadap berbagai persoalan lingkungan hidup di daerahnya.
Berkaitan pembentukan WI itu, sejumlah akademisi, praktisi dan profesional, aktivis LSM/NGO, peneliti dan para pihak lain yang dinilai memiliki kapasitas memadai, diajak bergabung mendirikan dan mengembangkannya.
Pertemuan awal inisiasi pembentukan WI telah berlangsung dua kali di sekretariat WALHI Sumsel, termasuk pertemuan terakhir pada Jumat (11/9).
Sejumlah akademisi dan tokoh LSM serta praktisi yang diajak bergabung dalam WI, di antaranya Prof Faisal Daud, Alfitri, JJ Polong, Tarech Rasyid, beberapa peneliti, akademisi, praktisi media, dan aktivis LSM di Sumsel.
"Mudah-mudahan dalam waktu dekat WI yang digagas WALHI Sumsel segera terbentuk dan bisa eksis memperkuat advokasi lingkungan hidup yang kami perjuangkan bersama komponen masyarakat peduli lingkungan lainnya," ujar Hadi Jatmiko, Staf WALHI Sumsel pula.
Dia mengingatkan, sejumlah persoalan lingkungan hidup di daerah itu, seperti pengrusakan hutan, pencemaran sungai, kebakaran hutan dan lahan, eksploitasi tambang yang merusak, dan kasus lingkungan hidup lainnya memerlukan kepedulian para pihak untuk menanganinya secara bersungguh-sungguh.
0 komentar:
Posting Komentar