WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Sabtu, November 14, 2009

Sembilang, Surganya Burung Migran

Dari belahan bumi utara mereka berdatangan. Untuk menghindari musim dingin di tempat asal mereka berbiak, daratan lumpur yang luas di Sembilang menjadi pilihan peristirahatan yang nyaman dalam perjalanan migrasi ke selatan.

Cacing, ramis, dan kepiting berlimpah di sana. Sehingga daratan lumpur pasang surut pada semenanjung Banyuasin di pesisir timur Sumatera Selatan ini menjadi tempat berlimpahnya makanan bagi kawanan burung air.

Data Wetland Internasional dalam penelitiannya yang bekerjasama dengan Wahana Bumi Hijau (WBH) pada tahun lalu, sekurangnya terdapat 70 ribu ekor burung air di semenanjung banyuasin tersebut.

Setiap tahunnya, pada data tersebut, setiap bulan Oktober sampai April, Semenanjung Banyuasin ini dipenuhi 28 spesies burung air migran. Pada bulan Mei, mereka kembali ke belahan bumi utara, tempat di mana mereka berbiak, dan kembali lagi ke Sembilang pada musim dingin berikutnya.

Selain burung migran. Pada daratan lumpur pasang surut ini juga merupakan rumah bagi sekurangnya 300 jenis burung yang menetap di sana. Ribuan Bangau Bluok, ratusan bangau tongtong, elang, serta ragam jenis burung lainnya.

Sebagian diantaranya tergolong spesies terancam, seperti burung Pecuk Ular. Dan di tempat ini juga diperkirakan menjadi daerah pesarangan terakhir bagi Pelikan Tutul di kawasan Indo Malaya. Tak salah kiranya kalau Sembilang dikatakan sebagai surganya burung air.

Dataran lumpur luas tempat berpestanya burung air ini merupakan ekosistem muara yang unik. Terbentuk dari 20 sungai yang bermuara padanya, dataran lumpur ini kadang terlihat dan menghilang ditenggelamkan pasangnya air.

Pada kawasan ini juga terdapat hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, dan hutan mangrove. Dari ekosistem yang ada, hutan mangrove-lah yang mendominasi. Dengan kisaran luas 90 ha dan daratan yang terbentang sepanjang 35 kilometer. “Hutan mangrove ini terluas sepanjang pesisir timur Sumatera,” katanya.

Hutan mangrove tidak kalah menariknya. Bahkan perjalanan menuju ke sana dengan menggunakan perahu, yang memakan waktu kurang lebih 4 jam dari Benteng Kuto Besar (BKB) akan sarat dengan pemandangan hutan mangrove.

Walau Sembilang didesain sebangai kawasan konservasi. Dengan potensi seperti itu. Eko wisata bisa dikembangkan dengan baik di Sembilang. Bentang alam dan pemandangan yang indah, kehidupan liar dan burung migran, dengan aktifitas perikanan yang bervariasi di kawasan tersebut merupakan potensi besar untuk dikembangkan sebagai kawasan eko wisata.

Banyak kegiatan di Sembilang yang dapat dikembangkan menjadi wisata. Beberapa diantaranya, seperti pengamatan burung air migran yang dapat dilakukan pada bulan bulan tertentu Oktober sampai April. Di samping burung migran, burung yang menetap di sana juga dapat dengan mudah diamati sepanjang tahun.

Menelusuri sungai menggunakan sampan menjadi mengasyikkan, melihat bentang alam yang unik dan alami. Dalam perjalan itu, kehidupan liar juga dapat diamati. Seperti pengamatan burung, primata, jejak satwa, dan pada saat malam dapat dilakukan pengamatan buaya.

Selain menyajikan keindahan alam dan ragam satwa didalamnya. Sembilang dengan masyarakat yang kental akan kehidupan airnya dapat dijadikan pengalaman tak terlupakan. Bergabung dengan para nelayan untuk mencari ikan, serta berkunjung ke pasar ikan tradisional.

Deretan rumah panggung dengan di atas batang nibung akan menjadi saksi. Sembilang bukan hanya menjadi surganya kawanan burung air, namun pemanfaatan sumber daya alam sebagai kawasan eko wisata merupakan potensi besar bagi Sumatera Selatan.

sumber: http://www.beritamusi.com/berita/2009-11/sembilang-surganya-burung-migran/






Artikel Terkait:

0 komentar: