Aktifis Lingkungan Hidup Walhi, Jatam, GreenPeace saat Melakukan aksi Mendesak Pemerintah meninggalkan Batubara jadi sumber energi, dan segera Menggunakan Energi Terbarukan. (Foto : @walhinasional ) |
Cirebon, 14 Mei 2016. Sejumlah aktivis koalisi Break Free
yang terdiri dari Greenpeace, WALHI dan JATAM, hari ini melakukan aksi damai
dengan menaiki crane pelabuhan batubara untuk menghentikan aktivitas bongkar
muat batubara di pembangkit listrik batubara (PLTU) Cirebon. Protes ini
bertujuan untuk melakukan desakan lebih lanjut kepada Pemerintah dan
perusahaan, serta menyoroti rencana ekspansi PLTU Cirebon yang akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan sosial, khususnya kesehatan
masyarakat.
Para aktivis membentangkan spanduk besar bertuliskan ‘Quit
Coal’ yang berarti, pemerintah Indonesia harus segera mengambil tindakan
beralih dari batubara sebagai sumber energi demi kesehatan lingkungan dan
keselamatan warga negara. Menurut laporan Greenpeace yang bekerja sama dengan
Harvard University, polusi dari pembangkit listrik batubara telah menyebabkan
6.500 kematian dini per tahun, karena berbagai penyakit pernapasan [1].
“Setiap pembangkit listrik tenaga batu bara baru berarti
risiko kesehatan tinggi bagi rakyat Indonesia. Kematian terjadi lebih cepat
dari waktunya akibat stroke, serangan jantung, kanker paru-paru, penyakit
jantung dan pernapasan lainnya. Dampak kesehatan ini terutama mengancam
anak-anak, “kata Arif Fiyanto Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace
Indonesia.
PLTU Cirebon adalah salah satu dari sekian banyak PLTU yang
akan memiliki rencana penambahan unit atau kapasitas di bawah proyek 35000 MW.
Namun rencana ekspansi ini mendapat perlawanan yang kuat dari masyarakat
setempat. Unit pertama telah beroperasi sejak Juli 2012, dan kerap bermasalah
termasuk diantaranya meledak pada bulan September tahun 2014. PLTU Cirebon ini
didanai oleh investasi Jepang JBIC (Japanese Bank for International
Cooperation) dan hingga kini masih terus mendapatkan penolakan dari masyarakat
setempat.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengembangkan proyek
35000 MW listrik. Organisasi lingkungan menyoroti proyek ini karena lebih dari
60% sumber energi yang digunakan akan berasal dari batubara, sementara sumber
energi terbarukan hanya mendapat porsi sebesar 20%.
Hendrik Siregar, Koordinator JATAM (Jaringan Advokasi Tambang),
mengatakan: “Pembakaran batubara PLTU Cirebon akan berkontribusi cepat terhadap
kondisi iklim khususnya di pulau Jawa yang listriknya banyak dipasok oleh PLTU.
PLTU Cirebon adalah salah satu potret buruk yang mengabaikan suara, hak dan
keselamatan rakyat. Tepat kalau PLTU Cirebon menjadi salah satu tempat untuk
menagih janji pemerintah dalam mengedepankan keselamatan rakyat dan mengatasi
masalah iklim yang kian kronis”.
Khalisah Khalid, Juru Bicara Eksekutif Nasional WALHI (Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia) mengatatan: “aksi ini sebagai bentuk keseriusan menuntut
tanggungjawab negara untuk segera berhenti memproduksi pembangunan yang
berisiko tinggi baik bagi lingkungan hidup, keselamatan dan ruang hidup
rakyat”.
Presiden Jokowi memiliki pilihan: tetap dengan pendekatan business as usual
untuk menghasilkan listrik dan melihat kehidupan dan kesehatan ribuan orang
Indonesia, atau memimpin transisi dan ekspansi yang cepat untuk energi yang
aman, bersih, dan terbarukan.
0 komentar:
Posting Komentar