Kepolisian Daerah Sumatera Selatan menerjunkan ratusan personelnya untuk mengamankan lokasi bentrok warga dengan karyawan dan petugas satuan pengamanan PT Sumber Wangi Alam di Desa Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Informasi dari lokasi hingga Jumat (22/4/2011) malam, aparat kepolisian itu dikerahkan ke tempat kejadian bentrok yang mengakibatkan sedikitnya tujuh orang tewas, untuk mengantisipasi dan mengamankan kemungkinan timbul aksi susulan.
Kebanyakan karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit itu memilih menyingkir atau mengungsi ke tempat lain yang dinilai lebih aman. Mereka masih cemas akan kemungkinan menjadi sasaran amarah warga setempat.
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Palembang menyikapi bentrok warga dengan satpam PT Sumber Wangi Alam (SWA), dipastikan akan menurunkan tim investigasi ke lokasi untuk mendapatkan data yang diperlukan.
Konflik lahan antara warga dengan satpam PT SWA di Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Kamis (21/4), diduga menjadi pemicu yang menimbulkan bentrok sehingga mengakibatkan tujuh orang tewas.
Korban tewas dilaporkan sebanyak dua orang warga, dan lima orang satpam perusahaan. Menurut informasi, kejadian itu dipicu pihak perusahaan yang disebutkan menyewa sebanyak 40 orang, diduga orang bayaran/preman, untuk menduduki dan memanen lahan perkebunan sawit seluas 300-an hektare yang masih disengketakan antara PT SWA dan warga (status quo).
Petugas pengamanan yang dipekerjakan PT SWA itu, sempat diingatkan warga atas status areal yang masih berkonflik itu. Namun terjadi perselisihan dan berakhir dengan adanya warga yang menjadi sasaran tindak kekerasan oleh pihak suruhan perusahaan itu hingga tewas.
Warga yang mengetahui kejadian itu, kemudian mendatangi lokasi dan membawa mayat warga yang dilaporkan menjadi korban tindak kekerasan petugas perusahaan hingga tewas. Warga pun beramai-ramai mendatangi perusahaan yang hanya berjarak beberapa kilometer dari perkampungan mereka itu.
Akibat amarah warga, kantor perusahaan yang dijaga oleh beberapa satpam perusahaan dirusak, dan amuk warga ini sulit dibendung sehingga mengakibatkan empat orang satpam perusahaan tewas.
Bentrok itu diduga merupakan buntut dari rebutan lahan kebun kelapa sawit antara warga Desa Sungai Sodong dengan PT SWA. Lahan sawit itu diklaim merupakan milik warga, bukan milik perusahaan.
Namun pihak perusahaan dengan menugaskan sekelompok orang yang diduga preman suruhan, tetap berusaha memanen sawitnya.
Guna mengantisipasi kemungkinan terjadi aksi susulan setelah kejadian itu, polisi dari berbagai kesatuan terdekat dibantu personel dari Polda Sumsel turun ke lokasi untuk mengamankannya.
Informasi diperoleh menyebutkan, areal yang masih menjadi sengketa antara warga dengan PT SWA mencapai sekitar 1.200 hektare.
Lahan itu masih dalam status quo, namun oleh pihak perusahaan tetap akan dipanen sehingga menimbulkan kemarahan warga. Pihak kepolisian belum memberikan keterangan rinci atas kejadian tersebut.
WALHI : Selesaikan sumber Konflik dengan tidak merugikan Rakyat
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel menilai bentrokan antara warga dengan satpam PT SWA di Desa Sungai Sodong Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, perlu segera diselesaikan. Bentrok ini menyebabkan tujuh orang tewas.
"Penyelesaian jangan sampai merugikan kedua pihak, sehingga memunculkan persoalan baru yang akan memperpanjang konflik," kata Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat yang dihubungi Kamis (21/04/2011) malam.
Bentrokan ini dipandang sebagai akibat dari lambannya penyelesaikan konflik tersebut. Aparat keamanan diimbau meningkatkan kewaspadaan.
"Bentrokan ini sebagai akibat lambannya penyelesaian antara warga dengan pihak perusahaan. Tapi ini sudah terjadi, semua pihak dirugikan. Dan penyelesaian harus segera diwujudkan. Bukan hanya dari pihak kepolisian, juga pemerintah daerah yang harus turun tangan,” katanya.
Dan, kembali Sadat mengingatkan, belajar dari berbagai konflik lahan antara warga dengan perusahaan, kalau bisa konflik harus diselesaikan dengan tidak merugikan rakyat.
"Kalau warga merasa dirugikan, konflik tidak akan pernah berhenti. Itu berdasarkan pengalaman yang pernah ada. Jadi selesaikan persoalan dengan tidak merugikan kedua pihak, khususnya rakyat," ujarnya.
"Penyelesaian jangan sampai merugikan kedua pihak, sehingga memunculkan persoalan baru yang akan memperpanjang konflik," kata Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat yang dihubungi Kamis (21/04/2011) malam.
Bentrokan ini dipandang sebagai akibat dari lambannya penyelesaikan konflik tersebut. Aparat keamanan diimbau meningkatkan kewaspadaan.
"Bentrokan ini sebagai akibat lambannya penyelesaian antara warga dengan pihak perusahaan. Tapi ini sudah terjadi, semua pihak dirugikan. Dan penyelesaian harus segera diwujudkan. Bukan hanya dari pihak kepolisian, juga pemerintah daerah yang harus turun tangan,” katanya.
Dan, kembali Sadat mengingatkan, belajar dari berbagai konflik lahan antara warga dengan perusahaan, kalau bisa konflik harus diselesaikan dengan tidak merugikan rakyat.
"Kalau warga merasa dirugikan, konflik tidak akan pernah berhenti. Itu berdasarkan pengalaman yang pernah ada. Jadi selesaikan persoalan dengan tidak merugikan kedua pihak, khususnya rakyat," ujarnya.
Sumber : kompas,detik.com
0 komentar:
Posting Komentar