PALEMBANG, KOMPAS.com--Puluhan seniman di Palembang, Sumatera Selatan yang tergabung dalam aliansi seniman menggugat mendatangi gedung DPRD setempat untuk menolak rencana pembangunan "Palembang Heritage Hotel" di dalam kawasan gedung Museum Tekstil setempat.
Koordinator lapangan ASM Vebri Al Lintani di Palembang, Senin, dalam pernyataan sikapnya mendesak agar Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) segera mengusulkan Museum Tekstil sebagai benda cagar budaya sebagaimana amanah UU No.10/2011 tentang Cagar Budaya.
Selain itu, mereka juga menuntut Gubernur setempat, agar tidak mengorbankan ruang-ruang publik dan cagar budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya dan ekologis, untuk kepentingan lain.
Kemudian, mereka juga meminta agar DPRD Sumsel membuat pernyataan menolak pembangunan Palembang Heritage Hotel di daerahnya itu.
Apabila Pemprov Sumsel tetap membangun hotel itu, mereka akan terus melakukan aksi perlawanan untuk terus menyuarakan penolakan tersebut.
Vebri menuturkan, menurut sejarah Museum Tekstil atau gedung Eks BP7 itu telah dibangun pada masa kolonial Belanda untuk kantor gubernur Pemerintahan Hindia Belanda di wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Dalam perjalanan waktu, gedung ini dimanfaatkan pula untuk menjadi berbagai kantor, pada 1961 menjadi kantor Inspektorat Kehakiman, kemudian sebagai rumah dinas Kejaksaan Tinggi Sumsel, rumah ketua DPRD Sumsel, kantor Pembantu Gubernur, kantor Badan Kepegawaian Daerah, kantor BP7, dan terakhir sebagai Museum Tekstil Palembang.
"Dengan demikian, sangat tidak beralasan jika di dalam kawasan Museum Tekstil akan dibangun Palembang Heritage Hotel," ujar dia lagi.
Para pendemo itu juga membawa spanduk yang isi tulisannya, antara lain seperti "Dukung SEA Games, Tolak Heritage" dan "Jaga kawasan Museum Tekstil".
Para pendemo itu diterima Wakil Ketua DPRD Sumsel, M Iqbal Romzi, bersama anggota Komisi I DPRD Sumsel, Sakim.
Saat ini di lokasi Museum Tekstil telah dikelilingi pagar pembatas yang berlabel Palembang Heritage Hotel.
Sebelumnya, Gubernur Sumsel H Alex Noerdin membenarkan rencana membangun hotel di bagian belakang kawasan museum itu, dengan tetap mempertahankan keberadaan dan fungsi museum di bagian depannya.
Hotel yang rencananya akan dibangun oleh investor lokal bekerjasama dengan Pemprov Sumsel itu, akan menjadi tempat penginapan para tamu penting, termasuk para tamu kenegaraan yang akan menghadiri SEA Games ke-16 di Palembang, November 2011 mendatang
Artikel Terkait:
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar