WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Selasa, November 06, 2012

Stop Kekerasan terhadap Aktifis Lingkungan Hidup WALHI BALI

Urgen Action Stop Kekerasan terhadap Pembela Lingkungan Hidup Mengecam Tindak Kekerasan & Premanisme yang Dilakukan terhadap Aktifis WALHI Bali – I Wayan Suwardana

Hari ini Senin tanggal 5 Nopember 2012, salah seorang aktifis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia  (WALHI) Bali, I Wayan “Gendo” Suwardana diserang oleh sekelompok orang saat berada di kantornya sekitar pukul 11.00 Wita. Sekitar 2 orang masuk kekantor dan memukuli sdr Gendo sehingga mengakibatkan luka bibir sobek, pendarahan di mulutnya, selain melakukan pemukulan kedua orang tersebut juga mengancam dengan kata-kata kasar. 

Kami meyakini apa yang terjadi pada salah seorang Dewan Daerah WALHI Bali ini adalah buntut dari sikap penolakan berbagai pembangunan yang merusak kelestarian lingkungan di propinsi Bali. Saat ini WALHI Bali melakukan advokasi menolak pembangunan Jalan Diatas Perairan (tol Nusa dua – Benoa) yang tidak sesuai dengan AMDAL dan merusak hutan mangrove, dan pembangunan Bali International Park (BIP).

Peristiwa kekerasan ini jelas tidak bisa dipisahkan dari kerja-kerja WALHI Bali yang selama ini keras menolak berbagai pembangunan yang menafikkan kelestarian lingkungan. Dalam setahun terakhir ini WALHI memang sangat kencang menyuarakan dengan aksi-aksinya menolak segala kerusakan yang diakibatkan oleh pembangunan industri, mall dan pembangunan jalan tol. WALHI Bali juga sangat keras mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang mendiamkan para pelaku kejahatan lingkungan bebas berkeliaran di pulau Bali.

Kekerasan terhadap aktifis lingkungan terus terjadi, hal ini menunjukkan bahwa Negara sangat rendah komitmennya melindungi para pejuang lingkungan hidup sebagaimana diamanatkan dalam pasal 66 Undang-Undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dalam peraturann ini juga dijelaskan bahwa setiap orang memepunyai keawajiban untuk melindungi lingkungannya. Apa yang dilakukan aktifis WALHI adalah merupakan perwujudan dari amanat Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sehingga seharusnya apa yang dilakukan oleh WALHI Bali mendapat dukungan dari Negara.

Atas peristiwa tersebut, Eksekutif Nasional WALHI mengajak seluruh elemen masyarakat yang pro terhadap demokrasi, penegakan hak atas lingkungan dan hak asasi manusia untuk: 

  1. Mengecam tindakan kekerasan dan cara-cara premanisme yang diarahkan kepada para aktifis lingkungan dan demokrasi, praktek praktek kekerasan dan premanisme seperti ini jelas telah menciderai nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
  2. Mendesak Kapolda Bali untuk segera merespon pelaporan peristiwa penyerangan terhadap aktifis WALHI Bali I Wayan Suwardana dan mengusut tuntas peristiwa penyerangan ini
  3. Mendesak Kapolda Bali dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil untuk mengusut tuntas dugaan kejahatan lingkungan yang selama ini telah dilaporkan WALHI Bali kepada institusi Penegak Hukum
 
Salam Adil dan Lestari,


Selengkapnya...

Senin, November 05, 2012

Palembang Butuh Pemimpin yang Peduli Lingkungan Hidup

Palembang - Di musim kemarau, sebagian wilayah Palembang mengalami kekeringan. Namun saat beralih ke musim penghujan, banjir justru terjadi di Palembang. Kawasan ini pun membutuhkan pemimpin yang peduli dengan lingkungan hidup.

"Suksesi politik di Palembang maupun di Sumsel tinggal beberapa bulan lagi. Selain persoalan ekonomi, persoalan yang sangat menonjol di Sumsel yakni mengenai lingkungan hidup, transportasi, dan pendidikan maupun kesehatan. Tapi kami menilainya persoalan lingkungan hidup yang menjadi inti dari persoalan tersebut, sehingga ke depan Palembang maupun Sumsel membutuhkan pemimpin yang peduli dengan persoalan lingkungan hidup," kata Direktur Walhi Sumsel, Anwar Sadat, kepada sejumlah wartawan di Palembang, Minggu (4/11/2012),

Dijelaskan Sadat, jika pemimpin memperhatikan lingkungan hidup, dia akan mempertimbangkan berbagai kebijakan yang dapat merusak lingkungannya. Akhirnya, manusia pun bisa terselamatkan baik secara ekonomi maupun kesehatan.

"Saat ini berbagai kebijakan yang ada sangat tidak peduli dengan lingkungan hidup, maka munculah persoalan banjir, kekeringan, kesehatan, kemiskinan," lanjut pria ini.

Menurut Sadat, jika tidak segera dibenahi, lingkungan di Palembang akan semakin rusak. Harus ada kebijakan revitalisasi anak sungai di Palembang dan menjaga wilayah rawa-rawa.

"Palembang ini sejak dulu merupakan wilayah basah atau perairan. Tapi pembangunan yang dijalankan selama ini menghabisi keberadaan anak sungai dan rawa-rawa, akibatnya kondisinya seperti saat ini. Maka ke depan harus ada upaya revitalisasi anak sungai dan menjaga wilayah rawa-rawa dari aktifitas penimbunan," papar Sadat.

"Selanjutnya diperluas wilayah RTH (ruang terbuka hijau) dan penataan sampah berbasis komunitas," lanjutnya lagi.

"Jika calon pemimpin tidak punya pemikiran mengenai lingkungan hidup, maka Palembang akan cepat menjadi seperti Jakarta saat ini," kata Sadat menutup pembicaraan.

Sumber : Detik.com
Selengkapnya...

Jumat, November 02, 2012

MHI Tolak Pembangunan PSC

MHI : SAVE RTH (foto Walhi Sumsel)
PALEMBANG, --Sebanyak 10 massa dari Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) melakukan aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Sumsel, untuk menolak pembangunan PSCC, Kamis (1/11). Namun dalam aksinya itu mahasiswa hanya berhasil menemui sàtu wakil rakyat, yaitu Wakil ketua DPRD Sumsel, A H Djauhari.

"Kami menolak pembangunan PSCC, dimana pembangubunan tersebut berada di kawasan GOR yang merupakan ruang publik, dan ini kami anggap Ilegal,"kata koordinator aksi, Gita Mension.

Pihaknya sendiri menyesalkan, hanya ada 1 wakil rakyat di tempat, saat mereka menggelar aksi."Kami kecewa dari 75 DPRD Sumsel hanya 1 wakil rakyat ditempat,"tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut, masa sendiri ditemui Wakil ketua DPRD Sumsel, A H Djauhari, dan dirinya mengatakan mohon maaf hanya dirinya yang ada ditempat.

"Ini dukungan moral saya sepakat, ruang terbuka hijau, masih banyak yang lainnya.
Segogyanya. Saya mengharapakan kekuatan lebih banyak, sehingga partisipasi anda semakin diperhatikan, dan anggota lainnya dari komisi I dan V sedang kunker keluar daerah hari ini,"capnya.

Sempat terjadi ketegangan antara pendemo dan Djauhari,"Karena saya bukan untuk dilecehkan disini,"pungkas DJauhari tampak kesal, dan ia berjanji akan menyalurkan aspirasi MHI ke komisi IV untuk ditindaklanjuti lagi

sumber : sumel.tribunnews.com
Selengkapnya...

Wakil Ketua DPRD Naik Pitam

Mahasiswa Hijau Indonesia(MHI) saat melakukan aksi (foto Walhi Sumsel)
PALEMBANG - Wakil Ketua DPRD Sumsel A Jauhari beberapa kali naik pitam saat beberapa mahasiswa memperolok-olok dirinya ketika menggelar aksi di halaman gedung wakil rakyat tersebut, Kamis (1/11/2012).

Dengan nada tinggi dan tangan yang terlihat gemetar, Jauhari meminta mahasiswa untuk mengizinkan dirinya berbicara.

"Tolong jangan lecehkan saya. Tadi, anda sudah diberi kesempatan untuk berorasi. Sekarang giliran saya memberi tanggapan. Tolong hargai saya," ujar Jauhari.

Beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) mendatangi Gedung DPRD Sumsel dan melakukan orasi di halaman gedung.

MHI sepakat mengakhiri orasi setelah Jauhari berjanji akan memanggil pihak kontraktor atau pemborong dalam waktu satu minggu ini.

"Kami akan tunggu janji bapak tersebut. Meski kami tidak tahu apa tujuan bapak memanggil pemborong, kami pasti akan terus memantau janji bapak," ujar koordinator MHI, Gita Mension.

Di akhir orasi, MHI tidak bertindak anarkis. Sekumpulan anak muda ini cukup tertib meninggalkan halaman DPRD Sumsel.

Mereka bahkan mengambil kembali daun-daun yang mereka pakai saat berorasi.

sumber : sripoku.com
Selengkapnya...