WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Kamis, Agustus 21, 2014

Kabupaten Muba, OKI, dan Banyuasin Paling Banyak Ditemukan Titik Api

Tiga kabupaten langganan kebakaran hutan di Sumatera Selatan yaitu Musi Banyuasin (Muba), Ogan Komering Ilir (OKI), dan Banyuasin tercatat sebagai daerah yang paling banyak ditemukan titik api.
Secara keseluruhan, titik api yang  terdeteksi di Sumatera Selatan hingga awal Agustus 2014 sebanyak 784 titik. Rinciannya adalah Januari (15 titik), Februari (57 titik), Maret (56 titik), April (25 titik), Mei (91 titik), Juni (117 titik), Juli (313 titik), dan Agustus (110 titik).
Sebaran titik api ini terlihat jelas di Muba (97 titik), OKI (87 titik), Banyuasin (52 titik), Musirawas (43 titik), Muaraenim (29 titik), dan Pali (23 titik).
“Penurunan titik api bulan Agustus dibandingkan Juli disebabkan turunnya hujan,” terang Kepala Badan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kehutanan Sumatera Selatan Achmad Taufik. Penjelasan ini disampaikannya saat rapat pembahasan dampak El Nino di Sumatera Selatan (Sumsel).
Menurut Taufik, titik api dipengaruhi badai El Nino. Meski begitu, pihaknya telah mendirikan posko dan menyiagakan helikopter untuk melakukan pemadaman di kawasan rawan kebakaran hutan.
Sekretaris Daerah Sumsel Mukti Sulaiman menjelaskan meski titik api mengalami penurunan, namun badai El Nino mempengaruhi jadwal tanam padi dan jagung. Para petani yang biasanya menanam pada Februari bergeser ke April. Dampak terlihat pada produksi beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat ketersediaan beras saat ini sekitar 3,6 juta ton dari target produksi sebesar 3,8 juta ton.

Bukan hanya El Nino
Hadi Jatmiko, Direktur Walhi Sumsel, mengatakan munculnya titik api di Sumatera Selatan bukan semata karena El Nino. Tapi, karena aktivitas perkebunan yang masih menggunakan pola pembakaran. Umumnya, pembakaran yang luas dilakukan perusahaan perkebunan sawit, karet, dan hutan tanaman industri.
“El Nino tahun ini tidak luar biasa sebagaimana sebelumnya karena ada hujan. Jadi, titik api jelas karena kegiatan perkebunan,” katanya.
Hadi memperkirakan wilayah yang paling banyak terjadi kebakaran adalah lahan gambut. Sebagai perbandingan pada 2011 dari 2.419 titik api yang terdeteksi, sekitar 851 titik terjadi di lahan gambut. Pada 2012, dari 2.911 titik api sekitar 887 titik berada di lahan gambut, dan pada 2013 dari 186 titik api yang ada sekitar 99 titik berada di lahan gambut. Titik api yang paling banyak ditemukan adalah di Musi Banyuasin, OKI, dan Banyuasin.
Hadi tidak heran, jika titik api yang paling banyak berada di Kabupaten Musi Banyuasin. Di kabupaten ini puluhan perusahaan sawit, baik asing maupun nasional, mengusai lahan sekitar 191.425 hektar. Sedangkan perkebunan karet seluas 4.148 hektar. Disusul dengan sembilan perusahaan hutan tanaman industri yang luasnya ratusan ribu hektar.
“Yang harus dilakukan bukan hanya memantau, tapi juga mencegah, menangkap, dan menghukum pelaku yang terbukti melakukan pembakaran hutan,” ujarnya.

Sumber : www.mongabay.co.id



Artikel Terkait:

0 komentar: