Tiga kabupaten langganan kebakaran hutan di Sumatera Selatan yaitu
Musi Banyuasin (Muba), Ogan Komering Ilir (OKI), dan Banyuasin tercatat
sebagai daerah yang paling banyak ditemukan titik api.
Secara keseluruhan, titik api yang terdeteksi di Sumatera Selatan
hingga awal Agustus 2014 sebanyak 784 titik. Rinciannya adalah Januari
(15 titik), Februari (57 titik), Maret (56 titik), April (25 titik), Mei
(91 titik), Juni (117 titik), Juli (313 titik), dan Agustus (110
titik).
Sebaran titik api ini terlihat jelas di Muba (97 titik), OKI (87
titik), Banyuasin (52 titik), Musirawas (43 titik), Muaraenim (29
titik), dan Pali (23 titik).
“Penurunan titik api bulan Agustus dibandingkan Juli disebabkan
turunnya hujan,” terang Kepala Badan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Kehutanan Sumatera Selatan Achmad Taufik. Penjelasan ini disampaikannya
saat rapat pembahasan dampak El Nino di Sumatera Selatan (Sumsel).
Menurut Taufik, titik api dipengaruhi badai El Nino. Meski begitu,
pihaknya telah mendirikan posko dan menyiagakan helikopter untuk
melakukan pemadaman di kawasan rawan kebakaran hutan.
Sekretaris Daerah Sumsel Mukti Sulaiman menjelaskan meski titik api
mengalami penurunan, namun badai El Nino mempengaruhi jadwal tanam padi
dan jagung. Para petani yang biasanya menanam pada Februari bergeser ke
April. Dampak terlihat pada produksi beras.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat ketersediaan beras saat
ini sekitar 3,6 juta ton dari target produksi sebesar 3,8 juta ton.
Bukan hanya El Nino
Hadi Jatmiko, Direktur Walhi Sumsel, mengatakan munculnya titik api
di Sumatera Selatan bukan semata karena El Nino. Tapi, karena aktivitas
perkebunan yang masih menggunakan pola pembakaran. Umumnya, pembakaran
yang luas dilakukan perusahaan perkebunan sawit, karet, dan hutan
tanaman industri.
“El Nino tahun ini tidak luar biasa sebagaimana sebelumnya karena ada
hujan. Jadi, titik api jelas karena kegiatan perkebunan,” katanya.
Hadi memperkirakan wilayah yang paling banyak terjadi kebakaran
adalah lahan gambut. Sebagai perbandingan pada 2011 dari 2.419 titik api
yang terdeteksi, sekitar 851 titik terjadi di lahan gambut. Pada 2012,
dari 2.911 titik api sekitar 887 titik berada di lahan gambut, dan pada
2013 dari 186 titik api yang ada sekitar 99 titik berada di lahan
gambut. Titik api yang paling banyak ditemukan adalah di Musi Banyuasin,
OKI, dan Banyuasin.
Hadi tidak heran, jika titik api yang paling banyak berada di
Kabupaten Musi Banyuasin. Di kabupaten ini puluhan perusahaan sawit,
baik asing maupun nasional, mengusai lahan sekitar 191.425 hektar.
Sedangkan perkebunan karet seluas 4.148 hektar. Disusul dengan sembilan
perusahaan hutan tanaman industri yang luasnya ratusan ribu hektar.
“Yang harus dilakukan bukan hanya memantau, tapi juga mencegah,
menangkap, dan menghukum pelaku yang terbukti melakukan pembakaran
hutan,” ujarnya.
Sumber : www.mongabay.co.id
0 komentar:
Posting Komentar