WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Senin, April 18, 2016

Kerusakan Lingkungan Terus Mengancam

Peserta PKA saat mendengarkan Materi dari salah satu Nara Sumber di Wisma Atlet Jakabaring Palembang

PALEMBANG – Kerusakan lingkungan akan terus mengancam kehidupan masyarakat, terutama mereka yang berada di sumber-sumber kekayaan alam. Potensi kerusakan lingkungan akan semakin tinggi, jika masyarakat tidak mengenali dan melakukan indentifikasi sejak dini.
Hal ini diungkap perwakilan debtWATCH Indonesia, Diana Gultom. Pada kesempatan Pendidikan Konservasi Alam (PKA)  PNLH Walhi XII di wisma atlet kemarin, Diana mengatakan kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini, disebabkan perilaku manusia yang tersistem (subjek) dan objek kerusakan lingkungan. Sistem neoliberalisme  mendorong kerusakan lingkungan dengan objek pilihan,seperti pada negara-negara miskin dan berkembang, negara-negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah serta tenaga kerja dinilai murah.
“Kerusakan alam juga didorong dari lemahnya regulasi pemerintah melindungi negerinya. Misalnya terbitnya berbagai aturan hukum yang malah mendorong sistem neoliberalisme di Indonesia,”ujar ia.
Beberapa kasus, kata Diana, terjadi pada upaya reklamasi pesisisir Pulau yang mengancam kehidupan biota hidup seperti ikan, hingga tergerusnya kehidupan masyarakat nelayan.  Sehingga aktivitas neoliberalisme akan mengakibatkan arah pembangunan amat tergantung oleh kekuatan luar negeri.
“Selain itu, berdampak melemahkan partisipasi rakyat yang sekedar menjadi simbol hingga lemahnya kekuatan dalam negeri. Dampak lainnya, terjadi kemiskinan secara sistematis, dan tercabutnya budaya masyarakat setempat,”katanya.
Ancaman kerusakan lingkungan lainnya, banyak ditemukan pada sumber-sumber penghidupan masyarakat, seperti di kawasan hutan dan sungai. Padahal, secara siklus hidupnya, kawasan hutan dan sungai merupakan penyangga air dan udara.
“Itu kenapa saat ini, sangat sering terjadi bencana seperti banjir dan lainnya. Hampir setiap daerah mengalami banjir di saat musim hujan, dan kekeringan di saat kemarau. Karena siklus air (hidrologi) sudah terganggu akibat ulah manusia,”ungkap Ia.
Kegiatan PKA yang diselenggarakan di Wisma Atlet kemarin menjadi bagian dari pelaksanaan PLNH yang diselenggarakan di Palembang. PNLH merupakan kegiatan nasional yang diselenggarakan selama empat tahun sekali menjadi media pemilihan kepengurusan organisasi pusat. Selain PKA, kegiatan PLNH juga akan dirangkai dengan berbagai aktivitas berprespektif lingkungan, diantaranya pelatihan jurnalistik, pengindentifikasian pencemaran lingkungan, dan penampilan seni serta kampaye kerusakan lingkungan.
Di sesi pembuka, Perwakilan SC PNLH Walhi XII, Ahmad Pelor mengatakan aktivitas PKA menjadi bagian dari proses transformasi peningkatan kemampuan elemen organisasi Walhi sebagai tanggungjawab sosial mendorong kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Kerusakan lingkungan yang kian mengancam kehidupan masyarakat dan kelestarian lingkungan membutuhkan pengetahuan dan aksi penyelematan.

“Karena itu, PKA berfungsi meningkatkan kemampuan pemantauan guna terlibat aktif dalam pemantauan serta mengkritisi berbagai kebijakan pembangunan pemerintah yang beresiko terhadap lingkungan hidup,”ungkapnya.



Artikel Terkait:

0 komentar: