PALEMBANG – Pendidikan
Konservasi Alam (PKA) hari kedua kemarin, diisi dengan materi yang lebih padat.
Para peserta PKA dikenalkan lebih dekat mengenai organisasi Walhi hinggai peran
pecinta alam (PA) terhadap penyelamatan lingkungan.
Dikatakan Pemateri Mukri Friatna,
Walhi merupakan organisasi berstuktur forum yang lahir dengan dasar
perjuangan menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan
lingkungan hidup yang sehat dalam mewujudkan suatu tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang adil dan demokratis. Berangkat dari misi itu, para anggota harus
memahami ruh organisasi Walhi dalam aktivitasnya.
“Walhi lahir dari cita-cita
memperjuangkan hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan
hidup. Walhi memiliki historis yang cukup panjang dan itu penting
diketahui oleh seluruh anggota terutama peserta PKA kali ini,”ungkapnya,
Selain mengenal misi, para
anggota juga dijabarkan sumber pendanaan organisasi. Sebagai No Government
Organisation (NGo), Walhi bergerak atas empat dukungan dana, yakni anggota,
masyarakat, donor dan pihak lain dengan batasan donasi yang diatur dalam aturan
organisasi.
“Ruh Walhi harus dipahami dengan
baik,”katanya.
Materi Kewalhian itupun sebagai
pembuka materi Analisis Dampak Lingkungan Kaki Telanjang (Amdal Kijang). Dalam
materi Amdal Kijang, peserta dikenalkan beberapa analisa dalam menguji
perubahan dan dampak yang terjadi akibat suatu kejadian. Perubahan yang
dimaksud akibat konsep pembangunan hingga eksploitasi sumber daya alam yang
tidak berkelanjutan.
“Ada beberapa metode yang bisa
digunakan dalam teori Amdal Kijang. Teori ini berfungsi sebagai pisau analisa
atas perubahan lingkungan. Secara sederhana dapat dilakukan dengan pehamanan
yang tepat,”ujarnya.
Setelah mendapati metode, para
peseta yang dibagi dalam beberapa kelompok juga diminta melakukan presentasi
mengenai rencana Amdal Kijang yang akan dilaksanakan. Pada hari ketiga, seluruh
peserta akan menguji pemahaman Amdal Kijang yang akan dilaksanakan di kawasan
Kelurahan Kemang Agung Kecamatan Kertapati, Palembang.
“Sudah dijabarkan metodenya, maka
harus dipraktekkan,”katanya.
Sementara materi kedua berjudul
peran pecinta alam dalam penyelamatan lingkungan disampaikan Ketua Dewan
Nasional Walhi, Dadang Sudardja. Dikatakan Dadang, aspek pengelolaan lingkungan
yang benar yakni yang mampu menopang kebutuhan kehidupan generasi saat ini,
tanpa harus mengurangi kemampuannya menopang kehidupan generasi yang akan
datang sekaligus tersedia (dapat) diakses oleh semua pihak secara adil.
“Sebenarnya lingkungan hidup
menyediakan kebutuhan hidup manusia, begitupula sebaliknya. Kehidupan manusia
sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan
hidup,”ungkapnya.
Sementara di Indonesia,
pengelolaan lingkungan hidup tergambarkan dalam fenomena gunung es. Fenomena
itu tercermin dalam kelas menengah dan atas yang paling menikmati hasil sumber
daya alam, tatanan ekonomi politik dan kebijakan belum memihak kepentingan
lingkungan hidup dan masyarakat.
“Dampaknya lagi, masyarakat akan
kehilangan hak dan dilemahkan secara sistematis. Rakyat menjadi korban
kebijakan karena kepentingan penguasa dan pengusaha,”ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar