WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Senin, April 18, 2016

PKA PNLH XII Walhi : Pengenalan Lingkungan Hingga Indentifikasi Masalah Lingkungan

Peserta PKA PNLH XII Walhi di Palembang

PALEMBANG – Agenda Pendidikan Konservasi Alam (PKA) Walhi XII resmi dibuka kemarin (17/4). Kegiatan hari pertama PKA diisi dengan dua materi pembuka berupa pengenalan kerusakan lingkungan dan pengindetifikasi permasalahan lingkungan.
Di sesi pembuka, Perwakilan SC PNLH Walhi XII, Ahmad Pelor mengatakan aktivitas PKA menjadi bagian dari proses transformasi peningkatan kemampuan elemen organisasi Walhi sebagai tanggungjawab sosial mendorong kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Para peserta diharapkan mampu menerapkan pentingnya perilaku hidup yang enviromentalis dalam kehidupan keseharian. Selain itu, peserta juga hendaknya bisa melakukan pendampingan dan penyadaran penyelamatan lingkungan hidup.
“PKA berfungsi meningkatkan kemampuan pemantauan guna terlibat aktif dalam pemantauan serta mengkritisi berbagai kebijakan pembangunan pemerintah yang beresiko terhadap lingkungan hidup,”ungkapnya.
Selain pembuka, juga terdapat sambutan Ketua OC PNLH Walhi XII, Hadi Jatmiko. Para peserta yang berasal dari 28 perwakilan provinsi di Indonesia, mulai mengikuti materi awal, yang disampaikan perwakilan debtWATCH Indonesia, Diana Gultom.
Dalam pemaparannya, Diana menjabarkan penyebab kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh perilaku hidup manusia. Faktor penyebab kerusakan lingkungan terbagi atas subjek dan objek kerusakan lingkungan. Sistem neoliberalisme mendorong kerusakan lingkungan dengan objek pada negara-negara miskin, dan berkembang, terutama negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah dengan tenaga kerja dinilai murah.
“Kerusakan alam juga didorong dari lemahnya regulasi pemerintah melindungi negerinya. Misalnya terbitnya berbagai aturan hukum yang malah mendorong sistem neoliberalisme di Indonesia,”ujar ia.
Kata Diana, aktivitas neoliberalisme akan mengakibatkan arah pembangunan ditentukan oleh kekuatan luar negeri. Selain itu, berdampak melemahkan partisipasi rakyat yang sekedar menjadi simbol hingga lemahnya kekuatan dalam negeri.
“Dampak lainnya, terjadi kemiskinan secara sistematis, dan tercabutnya budaya masyarakat setempat,”katanya.
Sementara di sesi kedua, pemateri Ahmad Muhaimin mengenalkan bagaimana analisa sosial menjadi alat dalam melakukan perubahan atas kerusakan lingkungan. Di sesi ini, beberapa peserta yang berasal dari perwakilan anggota Walhi dengan latar belakang pencinta alam dari 28 propinsi di Indonesia berbagi pengalaman dalam mengidentifikasi permasalahan kerusakan lingkungan di daerah mereka masing-masing.
“Analisa sosial ini sangat penting dalam menentukan orientasi dan sudut pandang permasalahan kerusakan lingkungan,”ujarnya.



Artikel Terkait:

0 komentar: