Sebagian besar pengacara senior tersebut merupakan alumni Fakultas Hukum Unsri dan perguruan tinggi di Palembang. Di antara nama-nama tersebut pengacara itu adalah Nazori Doak Achmad, Chairil Syah, Munarman, Syamsul Bahri Radjam, merupakan pionir dan aktivis lingkungan di kota Palembang pada tahun 80-90an. Mereka juga termasuk aktivis Walhi dan LBH Palembang generasi awal.
Sri Lestari, advokat di Palembang adalah mantan Direktur Walhi Sumsel mengatakan nama-nama tersebut menyatakan kesediannya bergabung dalam tim advokasi.
"Kita masih menyusun agenda dan melakukan konsolidasi, langkah apa yang paling pas menyikapi insiden pemukulan itu," kata Lis, panggilan Sri Lestari. Mantan manajer advokasi Walhi Sumsel, Achmad Fadli SH mengungkapkan jumlah tim ini kemungkinan akan bertambah. "Ada beberapa nama yang menyatakan siap bergabung. Kita nunggu beberapa hari ini," katanya.
Hari Senin (27/9) lalu, Walhi Sumsel mendampingi warga petani dari lima kabupaten di Sumsel untuk aksi memperingati Hari Agraria. Awalnya mereka berkumpul di halaman GOR Jl POM©IX Kampus. Aksi ini tiba-tiba ricuh dan Anwar Saddat menjadi korban pemukulan yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang mengawal Gubernur Alex Noerdin. Insiden ini telah mengundang protes dari berbagai kelompok masyarakat. Termasuk sekitar 23 organisasi yang tergabung dalam
forum Walhi Sumsel. Termasuk organisasi mahasiswa yang berorientasi lingkungan.
Sutrisman Dinah Sripo
Aktivis Kecam Insiden Walhi Sumsel
Sriwijaya Post - Selasa, 28 September 2010 12:49 WIB
PALEMBANG -- Syamsul Bahri Radjam, aktivis dan advokat di Jakarta, mengecam insiden pemukulan terhadap Direktur Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sumsel Anwar Saddat. Aksi kekerasan ditujukan ke demonstran, merupakan wujud sikap anti-dialog dan anti demokrasi.
"Insiden ini akan menimbulkan ketakutan bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya. Tindakan yang menimbulkan ketakutan itu, merupakan salah satu bentuk teror," kata Syamsul, mantan Direktur Advokasi YLBHI.
Apalagi tindakan itu dilakukan di hadapan pejabat, seperti Gubernur Sumsel. "Kita bukan ingin mengatakan teroris, tetap pelakunya telah meneror masyarakat supaya takut menyampaikan aspirasinya," katanya.
Syamsul mengawali aktivitasnya di kantor LBH Palembang ini, mengingatkan bahwa pola seperti baru pertama kali dilakukan.
Selama ini, massa dihadapkan dengan aparat di lapangan yang ditugasi untuk mengendalikan.
Insiden pemukulan ini terjadi Senin (27/9) siang di halaman GOR di Jl POM-IX. Ketika gubernur hadir di tengah warga lima kabupaten untuk memperingati Hari Agraria, terjadi keributan sejumlah petugas yang mengawal Gubernur Alex Noerdin. Kasus ini sudah dilaporkan Anwar Saddat ke Polda Sumsel, Senin sore. Saddat didampingi oleh pengacara Sri Lestari Kadariah.
Artikel Terkait:
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar