WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Selasa, November 29, 2011

Warga Palembang cemas Jembatan Ampera runtuh

Palembang, (ANTARA News) - Sebagian warga Kota Palembang mengaku mencemaskan kondisi Jembatan Ampera setelah mendengar informasi bahwa Jembatan Mahakam II di Kalimantan Timur, runtuh dan mengakibatkan sejumlah orang tewas serta ratusan warga yang tengah melintas terluka.

"Saya mencemaskan kejadian runtuhnya Jembatan Mahakam itu bisa menimpa Jembatan Ampera, karena berdasarkan informasi, salah satu penyebab runtuhnya Jembatan Mahakam II karena sering ditabrak kapal pengangkut batu bara yang sering juga dialami jembatan Ampera," kata Yori Halim, warga Kertapati, Palembang, Minggu.

Menurut dia, sebagai masyarakat awam yang selalu melintasi jembatan penghubung kawasan Seberang Ulu dan Seberang Ilir di Kota Palembang itu, tidak berlebihan kalau mencemaskan kondisi Jembatan Ampera yang telah berusia tua dan sering ditabrak kapal pengangkut batubara.

Jembatan Ampera yang dibangun pada 1962 itu, saat ini bebannya semakin berat karena kendaraan yang melintas di atasnya semakin ramai, bahkan sering terjadi kemacetan arus lalu lintas terutama pada jam sibuk pagi, siang dan sore hari.

Untuk menyelamatkan jembatan kebanggaan masyarakat dan sebagai ikon Kota Palembang itu, perlu dilakukan pemeriksaan kondisi jembatan secara menyeluruh dan renovasi besar-besaran.

Melalui upaya tersebut, diharapkan dapat dideteksi secara dini kemungkinan hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan jembatan yang berdiri megah di atas Sungai Musi itu, serta segera dilakukan upaya penyelamatannya, kata dia.

Warga lainnya, salah seorang dosen perguruan tinggi swasta di kawasan Plaju mengatakan, berita runtuhnya Jembatan Mahakam sangat mengejutkan dan langsung terbayang dengan Jembatan Ampera yang hampir setiap hari dilalui.

Jembatan Ampera, pada kondisi macet sangat mengerikan karena goyangan bentang ruas jalan ketika berada di tengah Sungai Musi semakin hari bertambah kuat, ujar dia.

Menurut Yudi Farola Bram yang juga politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) Sumatera Selatan, kecemasan warga kota tersebut sangat logis dan perlu segera mendapatkan perhatian pemerintah kota dan provinsi setempat.

Seluruh pihak terkait harus segera melakukan koordinasi antisipasi kemungkinan terjadi hal terburuk menimpa jembatan tersebut, kata dia.

"Seingat saya hampir sepuluh kali Jembatan Ampera ditabrak kapal ponton pengangkut ribuan ton batubara dan kapal sarat muatan lainnya, belum lagi di atas jembatan sering terjadi kemacetan yang parah. Jika dibiarkan kondisi ini bisa saja mengakibatkan jembatan ini runtuh seperti Jembatan Mahakam," ujar dia lagi.

Jembatan Ampera memiliki panjang total 1.117 m, lebar 22 meter, dengan dua menara yang tingginya mencapai 63 meter, berdiri megah di atas Sungai Musi Palembang.

Jembatan ini dibangun mulai tahun 1962, dan diresmikan pemakaiannya untuk umum pada tahun 1965.

Guna menyelamatkan jembatan agar tetap bisa digunakan warga kota berpenduduk hampir dua juta jiwa ini, pemerintah daerah setempat sejak beberapa tahun terakhir membuat aturan larangan keras bagi kendaraan pengangkut barang (truk) melintas di atas Jembatan Ampera dan membuat beton pelindung dari "serudukan kapal bertonase besar" di tiang jembatan itu.

Menurut aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, Hadi Jatmiko, Jembatan Kutai Kartanegara/Mahakam II di Kaltim yang roboh, diduga karena sering ditabrak oleh kapal pembawa batu bara.

"Artinya Jembatan Ampera di Palembang pun bisa jadi akan mengalami nasib yang sama," ujar dia.

Catatan Walhi Sumsel menyebutkan, setidaknya selama 2009-2010 ada lebih empat kali kejadian ponton pengangkut batubara menabrak tiang Jembatan Ampera.

"Belum lagi ditambah dengan beban kendaraan yang setiap harinya sering mengalami kemacetan di atasnya, setiap saat dapat mengancam jembatan tersebut," ujar Hadi lagi.

Kondisi Jembatan Musi II di Palembang yang menjadi alternatif bagi truk dan kendaraan bertonase besar lewat--setelah dibatasi melalui Jembatan Ampera--juga mengkhawatirkan pengguna jembatan itu, karena tingkat getaran dan goyangannya yang dinilai sudah membahayakan.

Sumber : Antaranews.com



Artikel Terkait:

0 komentar: