Kamis, 3 Juli 2008 03:00 WIB
Palembang, Kompas - Detasemen Khusus 88 Antiteror menemukan 20 bom, 16 di antaranya siap ledak, serta puluhan kilogram bahan peledak yang disembunyikan di plafon rumah kontrakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Densus 88 Antiteror juga membekuk sembilan orang yang diduga terkait temuan itu, salah satunya warga negara Singapura.
Informasi yang dihimpun Kompas dari kepolisian, Rabu (2/7), mengungkapkan, bahan peledak yang ditemukan itu milik kelompok yang diduga kuat terkait dengan jaringan teroris yang terus diburu polisi, sekaligus bagian dari organisasi klandestin Al Jamaah Al Islamiyah (JI).
Tim antiteror kepolisian dan Gegana Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Sumsel), Rabu siang mengevakuasi sedikitnya 16 bom siap ledak; empat bom jenis lain; dan puluhan kilogram bahan peledak; seperti potasium klorat, potasium nitrat, urea, sejumlah granat siap ledak, serta rangkaian elektronik. Hingga berita diturunkan pukul 21.25, polisi masih menginventarisasi seluruh temuan barang bukti tersebut.
Bom dan bahan peledak ditemukan di plafon rumah kontrakan di Simpang Dwikora di Jalan Papera Nomor 2110, Kelurahan 20 Ilir RT I Palembang, yang didiami warga yang mengaku bernama Wahyudi dan Heri. Mereka dibekuk Selasa.
Saat pencarian bom, polisi menutup tiga ruas jalan di Simpang Dwikora, yakni Jalan Dwikora I, Jalan Dwikora II, dan Jalan Papera yang dahulu Jalan Dwikora, sejak pukul 09.00. Arus lalu lintas dari semua arah ditutup dan dialihkan menuju jalan alternatif. Masyarakat tidak diperkenankan mendekati lokasi hingga jarak 80 meter. Warga di sekitar lokasi diminta meninggalkan rumah sejak pukul 09.00 guna menjauhkan dari bahaya jika terjadi ledakan. Situasi itu membuat tegang masyarakat.
Sekitar pukul 10.45, dua anggota Densus 88 Antiteror menjebol atap rumah. Polisi masuk ke plafon melalui lubang di langit-langit kamar di samping ruang tamu.
Polisi meyakini bom itu berdaya ledak tinggi dan termodifikasi lebih rumit ketimbang bom buatan tersangka teroris Azahari yang telah tewas. Ada yang dimodifikasi dengan peluru-peluru yang akan berdampak lebih destruktif ketika diledakkan.
Tunggu libur
Dari penyelidikan awal polisi, bom tersebut sempat direncanakan diledakkan di sebuah kafe di Pulau Sumatera pada musim liburan Juli 2007. Kafe itu merupakan salah satu tempat favorit turis asing. Sebagian anggota jaringan itu sudah menyurvei lokasi sasaran pengeboman, bahkan sudah membawa sejumlah bom siap ledak ke calon titik sasaran. Namun, rencana dibatalkan oleh jaringan mereka.
Penangkapan oleh tim kepolisian antiteror di Palembang dimulai sejak Sabtu (28/6) pagi pekan lalu dengan membekuk Alim alias Omar alias Taslim alias Abu Hazam, warga negara Singapura, di Sekayu. Omar yang ahli perakit bom pernah berlatih di Afganistan. Ia bekas tentara Singapura yang menjalani wajib militer. Polisi mengatakan, Omar sempat beberapa kali bertemu Osama bin Laden.
Omar juga diketahui murid ahli perakit bom JI, Azahari, yang tewas dalam penyergapan polisi di Malang tahun 2005. Kepada polisi, Omar mengaku menyiapkan operasi peledakan tersebut atas perintah seorang yang terus diburu polisi itu. Namun, masih belum jelas kapan dan di mana terakhir kali Omar bertemu dengan pemberi perintah.
Kronologi penggerebekan
Hingga Selasa lalu, polisi berturut-turut menangkap Musa alias Abdul Rahman alias Ifan di Simpang Sekip, Kota Palembang. Musa yang bersenjata api jenis Colt berusaha melawan. Akibatnya, motor Musa bertabrakan dengan motor polisi yang hendak menangkap. Polisi juga menangkap Sugi, salah satu pembuat bom, di Warnet Mujahid di Lorong Banten, Jalan Rajawali. Polisi lalu menggerebek rumah kontrakan Wahyudi dan Heri yang bertugas menjaga logistik bom.
Tersangka lain yang ditangkap adalah Gandhi, Rohman, dan Ali di Desa Bumiarjo, Blok C dan Blok J di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Bersama Ali ditemukan satu bom di dalam kontainer semacam tupperware. Gandhi juga alumnus pelatihan militer di Afganistan. Selain itu, polisi juga menangkap Agus Carang di perkuburan China di Lebong Siarang, Palembang.
Wahyudi dan Heri tinggal di rumah kontrakan milik Bustaman (Alm) di Jalan Papera sejak dua bulan lalu. Perakitan bom dilakukan di lokasi lain, salah satunya di rumah kontrakan Musa di Talang Ratu Kilometer 4,5, Palembang. Proses perakitan bom lalu beralih ke Jalan Letnan Murot, Talang Ratu. Bom yang telah dirakit itu lalu dipindahkan ke rumah di Jalan Papera dengan sepeda motor.
Tidak terlambat
Kepala Polda Sumsel Irjen Ito Sumardi membenarkan jaringan teroris sudah masuk ke sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumsel. Namun, dia enggan mengungkapkan keterkaitan tersangka dengan jaringan teroris internasional karena penyelidikan masih berlangsung.
Dengan melihat bukti keberadaan jaringan teroris di Sumsel, Kepala Polda mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan. (SF/ONI)
Palembang, Kompas - Detasemen Khusus 88 Antiteror menemukan 20 bom, 16 di antaranya siap ledak, serta puluhan kilogram bahan peledak yang disembunyikan di plafon rumah kontrakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Densus 88 Antiteror juga membekuk sembilan orang yang diduga terkait temuan itu, salah satunya warga negara Singapura.
Informasi yang dihimpun Kompas dari kepolisian, Rabu (2/7), mengungkapkan, bahan peledak yang ditemukan itu milik kelompok yang diduga kuat terkait dengan jaringan teroris yang terus diburu polisi, sekaligus bagian dari organisasi klandestin Al Jamaah Al Islamiyah (JI).
Tim antiteror kepolisian dan Gegana Brigade Mobil Kepolisian Daerah Sumatera Selatan (Sumsel), Rabu siang mengevakuasi sedikitnya 16 bom siap ledak; empat bom jenis lain; dan puluhan kilogram bahan peledak; seperti potasium klorat, potasium nitrat, urea, sejumlah granat siap ledak, serta rangkaian elektronik. Hingga berita diturunkan pukul 21.25, polisi masih menginventarisasi seluruh temuan barang bukti tersebut.
Bom dan bahan peledak ditemukan di plafon rumah kontrakan di Simpang Dwikora di Jalan Papera Nomor 2110, Kelurahan 20 Ilir RT I Palembang, yang didiami warga yang mengaku bernama Wahyudi dan Heri. Mereka dibekuk Selasa.
Saat pencarian bom, polisi menutup tiga ruas jalan di Simpang Dwikora, yakni Jalan Dwikora I, Jalan Dwikora II, dan Jalan Papera yang dahulu Jalan Dwikora, sejak pukul 09.00. Arus lalu lintas dari semua arah ditutup dan dialihkan menuju jalan alternatif. Masyarakat tidak diperkenankan mendekati lokasi hingga jarak 80 meter. Warga di sekitar lokasi diminta meninggalkan rumah sejak pukul 09.00 guna menjauhkan dari bahaya jika terjadi ledakan. Situasi itu membuat tegang masyarakat.
Sekitar pukul 10.45, dua anggota Densus 88 Antiteror menjebol atap rumah. Polisi masuk ke plafon melalui lubang di langit-langit kamar di samping ruang tamu.
Polisi meyakini bom itu berdaya ledak tinggi dan termodifikasi lebih rumit ketimbang bom buatan tersangka teroris Azahari yang telah tewas. Ada yang dimodifikasi dengan peluru-peluru yang akan berdampak lebih destruktif ketika diledakkan.
Tunggu libur
Dari penyelidikan awal polisi, bom tersebut sempat direncanakan diledakkan di sebuah kafe di Pulau Sumatera pada musim liburan Juli 2007. Kafe itu merupakan salah satu tempat favorit turis asing. Sebagian anggota jaringan itu sudah menyurvei lokasi sasaran pengeboman, bahkan sudah membawa sejumlah bom siap ledak ke calon titik sasaran. Namun, rencana dibatalkan oleh jaringan mereka.
Penangkapan oleh tim kepolisian antiteror di Palembang dimulai sejak Sabtu (28/6) pagi pekan lalu dengan membekuk Alim alias Omar alias Taslim alias Abu Hazam, warga negara Singapura, di Sekayu. Omar yang ahli perakit bom pernah berlatih di Afganistan. Ia bekas tentara Singapura yang menjalani wajib militer. Polisi mengatakan, Omar sempat beberapa kali bertemu Osama bin Laden.
Omar juga diketahui murid ahli perakit bom JI, Azahari, yang tewas dalam penyergapan polisi di Malang tahun 2005. Kepada polisi, Omar mengaku menyiapkan operasi peledakan tersebut atas perintah seorang yang terus diburu polisi itu. Namun, masih belum jelas kapan dan di mana terakhir kali Omar bertemu dengan pemberi perintah.
Kronologi penggerebekan
Hingga Selasa lalu, polisi berturut-turut menangkap Musa alias Abdul Rahman alias Ifan di Simpang Sekip, Kota Palembang. Musa yang bersenjata api jenis Colt berusaha melawan. Akibatnya, motor Musa bertabrakan dengan motor polisi yang hendak menangkap. Polisi juga menangkap Sugi, salah satu pembuat bom, di Warnet Mujahid di Lorong Banten, Jalan Rajawali. Polisi lalu menggerebek rumah kontrakan Wahyudi dan Heri yang bertugas menjaga logistik bom.
Tersangka lain yang ditangkap adalah Gandhi, Rohman, dan Ali di Desa Bumiarjo, Blok C dan Blok J di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Bersama Ali ditemukan satu bom di dalam kontainer semacam tupperware. Gandhi juga alumnus pelatihan militer di Afganistan. Selain itu, polisi juga menangkap Agus Carang di perkuburan China di Lebong Siarang, Palembang.
Wahyudi dan Heri tinggal di rumah kontrakan milik Bustaman (Alm) di Jalan Papera sejak dua bulan lalu. Perakitan bom dilakukan di lokasi lain, salah satunya di rumah kontrakan Musa di Talang Ratu Kilometer 4,5, Palembang. Proses perakitan bom lalu beralih ke Jalan Letnan Murot, Talang Ratu. Bom yang telah dirakit itu lalu dipindahkan ke rumah di Jalan Papera dengan sepeda motor.
Tidak terlambat
Kepala Polda Sumsel Irjen Ito Sumardi membenarkan jaringan teroris sudah masuk ke sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumsel. Namun, dia enggan mengungkapkan keterkaitan tersangka dengan jaringan teroris internasional karena penyelidikan masih berlangsung.
Dengan melihat bukti keberadaan jaringan teroris di Sumsel, Kepala Polda mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan. (SF/ONI)
0 komentar:
Posting Komentar