Daftar Merah spesies terancam yang dikeluarkan Persatuan Conservasi Alam Internasional (IUCN, menyebut lebih dari sekitar 10 persen seluruh spesies burung--jumlah total 1.277-- dalam kondisi terancam musnah.
Dari jumlah tersebut, terdapat 192 jenis yang termasuk kategori 'sangat kritis' yang berarti mereka menghadapi resiko luar biasa besar alami kepunahan di alam liar.
Jumlah burung dalam kategori 'sangat kritis' tersebut meningkat hingga sembilan jenis pada tahun ini sementara jumlah yang turun dari kategori tersebut hanya tujuh jenis, itu artinya ada tambahan dua jenis yag masuk kategori lebih serius tersebut.
Di antara mereka yang ditambahkan dalam daftar ada spesies kolibri berwarna yang hanya ditemukan baru-baru ini di Kolombi. Sebagian habitat kecilnya, yang hanya seluas 1.200 hektar, di kanopi hutan rentang pegunungan Pinche, dirusak untuk fungsi pertanian coklat.
Sidamo Lark, spesies burung khas di Etophia juga berpindah dari terancam naik menjadi "sangat kritis", karena menghadapi ancaman kepunahan burung daratan Afrika yang pertama akibat perubahan penggunaan lahan.
Dan pada ulang tahun ke-150 buku The Origin of Species, Charles Darwin, yang menyajikan kumpulan bukti dari Galapagos, salah satu pulau spesies burung, burung Finch pohon sedang, juga telah terdaftar dalam kategori 'sangat kritis' untuk pertama kalinya.
Spesies-spesies itu terancam oleh lalat parasit dan karena burung tersebut memiliki area kecil terbatas, setiap ancaman membuat burung mudah diserang, demikian menurut Internasional BirdLife.
Simon Stuart, kepala komisi daya hidup spesies IUCN, sangat kecewa mengetahui lebih banyak burung kini masuk dalam daftar 'sangat kritis' terlepas dari upaya yang dilakukan seluruh dunia untuk melindungi habitat burung.
"Sangat luar biasa menghawatirkan melihat jumlah burung sangat kritis di dalam Daftar Merah IUCN terus bertambah terlepas keberhasilan inisiatif konservatif yang dilakukan di seluruh dunia," ujarnya
Sumber : Republika
Dari jumlah tersebut, terdapat 192 jenis yang termasuk kategori 'sangat kritis' yang berarti mereka menghadapi resiko luar biasa besar alami kepunahan di alam liar.
Jumlah burung dalam kategori 'sangat kritis' tersebut meningkat hingga sembilan jenis pada tahun ini sementara jumlah yang turun dari kategori tersebut hanya tujuh jenis, itu artinya ada tambahan dua jenis yag masuk kategori lebih serius tersebut.
Di antara mereka yang ditambahkan dalam daftar ada spesies kolibri berwarna yang hanya ditemukan baru-baru ini di Kolombi. Sebagian habitat kecilnya, yang hanya seluas 1.200 hektar, di kanopi hutan rentang pegunungan Pinche, dirusak untuk fungsi pertanian coklat.
Sidamo Lark, spesies burung khas di Etophia juga berpindah dari terancam naik menjadi "sangat kritis", karena menghadapi ancaman kepunahan burung daratan Afrika yang pertama akibat perubahan penggunaan lahan.
Dan pada ulang tahun ke-150 buku The Origin of Species, Charles Darwin, yang menyajikan kumpulan bukti dari Galapagos, salah satu pulau spesies burung, burung Finch pohon sedang, juga telah terdaftar dalam kategori 'sangat kritis' untuk pertama kalinya.
Spesies-spesies itu terancam oleh lalat parasit dan karena burung tersebut memiliki area kecil terbatas, setiap ancaman membuat burung mudah diserang, demikian menurut Internasional BirdLife.
Simon Stuart, kepala komisi daya hidup spesies IUCN, sangat kecewa mengetahui lebih banyak burung kini masuk dalam daftar 'sangat kritis' terlepas dari upaya yang dilakukan seluruh dunia untuk melindungi habitat burung.
"Sangat luar biasa menghawatirkan melihat jumlah burung sangat kritis di dalam Daftar Merah IUCN terus bertambah terlepas keberhasilan inisiatif konservatif yang dilakukan di seluruh dunia," ujarnya
Sumber : Republika
Artikel Terkait:
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar