WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Kamis, Oktober 06, 2011

Dalam Bayang-bayang Kepekatan Kabut Asap

Pagi di Sungai Musi selama sekitar sebulan terakhir kehilangan kesegarannya. Udara terasa berat. Cahaya pun temaram meski matahari mulai tinggi. Fajar hanya samar-samar merekah di balik kabut asap di tengah kesibukan persiapan akhir SEA Games yang akan digelar 11-22 November 2011. 

Dari plaza Benteng Kuto Besak di tepi Sungai Musi, Jumat (30/9) pagi, Jembatan Ampera yang biasanya tampak jelas hanya tampak samar-samar sebagai sebentuk siluet kabur. Perahu dan kapal mengambang perlahan seiring memendeknya jarak pandang. 

Gangguan kabut asap di Palembang, Sumatera Selatan, yang membuat sesak napas dan mata pedih itu mengusik kenyamanan warga. Dinas Kesehatan Kota Palembang melaporkan, ribuan warga menderita infeksi saluran napas akut selama musim kemarau yang berkabut asap tahun ini. 

Kabut asap putih kelabu dengan bau menyengat biasanya mulai datang sore hari, dan baru menipis menjelang siang keesokan harinya. Bersamanya terembus pula partikel-partikel debu sisa kebakaran lahan yang semarak di seantero Sumsel. 

Tak hanya kehidupan masyarakat, kabut asap pun membayangi persiapan SEA Games di Palembang yang saat ini memasuki tahap akhir. Terganggunya kegiatan telah dilaporkan beberapa pihak. 

Uji coba maraton, Sabtu (24/9) pagi, di kawasan Jaka- baring, Palembang, berlangsung di tengah pekatnya kabut asap. Belasan atlet maraton harus mengeluarkan energi ekstra saat menempuh lintasan sepanjang sekitar 42 kilometer. Jarak pandang saat itu tidak lebih dari 200 meter. 

”Bahkan, tepian jalan sudah tak terlihat lagi karena tebalnya kabut. Beberapa atlet mengeluh napas sesak dan sulit melihat jalan di depannya,” kata Ketua Pelaksanaan Cabang Olahraga Atletik SEA Games XXVI Sri Hastuti Merdiko. 

Pada hari yang sama, gangguan juga terjadi pada uji coba cabang olahraga petanque. Vice President International Federation of Petanque Suponnarth Lamlert terlambat karena penerbangannya dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, ditunda selama sekitar satu jam akibat kabut asap pekat. 

”Pesawat saya seharusnya terbang pukul 06.30, tetapi baru terbang pukul 07.30. Petugas bilang, penundaan karena kabut asap yang pekat,” ujar lelaki asal Thailand itu. 

Saat itu, lima penerbangan dari dan ke Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang ditunda karena jarak pandang di bandara internasional itu hanya sekitar 300 meter. Jarak pandang aman minimal 800 meter. 

Kekhawatiran gangguan kabut asap terus membayangi persiapan SEA Games. Sri Hastuti Merdiko mengatakan, jika kabut asap tak teratasi menjelang November, tim teknik bisa jadi akan meminta alternatif lokasi lain. Hal ini tentunya sangat merepotkan mengingat waktu yang kian sempit. 

Pada 1-28 September, jumlah titik panas di Sumsel mencapai 3.047 titik. Luas kebakaran hingga Oktober ini mencapai sekitar 1.883,9 hektar seperti tercatat di Sekretariat Manggala Agni Sumsel, yang terdiri dari 1.805 hektar lahan perkebunan dan 78,9 hektar hutan. Sebanyak 70 persen kebakaran lahan ditemukan di lahan perkebunan. 

Gambut kering
Kepala Divisi Pengembangan Sumber Daya Organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumsel Hadi Jatmiko mengatakan, kebakaran di lahan gambut dipicu rusaknya lingkungan. ”Sekarang ini banyak rawa gambut dikeringkan dan diubah menjadi perkebunan. Karena kering, lahan gambut menjadi sangat mudah terbakar dan meluas seperti yang terjadi sekarang ini,” ujarnya. 

Luas lahan gambut di Sumsel sekitar 1,4 juta hektar, dan sebagian telah menjadi area perkebunan. Sebagai calon batubara, gambut sangat mudah terbakar, dan jika sudah terbakar akan sulit padam.
Menurut Kepala Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Achmad Taufik, kebakaran juga dipicu kebiasaan membuka lahan dengan membakar. ”Ada indikasi pembakaran sengaja dilakukan,” ujarnya. 

Demi mengamankan SEA Games, berbagai upaya dilakukan. Tanggap darurat bencana kabut asap dicanangkan Gubernur Sumsel Alex Noerdin, yang diikuti pemadaman darat dan bom air. Puluhan ton garam dapur disemai dalam program hujan buatan sejak 12 September. 

Dua pekan pertama, program ini memang mampu menurunkan jumlah titik panas dari 368 titik pada 11 November menjadi puluhan saja. Namun, pekan terakhir September, program ini terkendala cuaca yang kering. 

”Awan kumulus yang dibutuhkan sebagai bahan baku utama hujan buatan sulit ditemukan. Kami sempat menghentikan penyemaian karena akan sia-sia,” kata Koordinator Pelaksana Hujan Buatan di Sumsel Sunu Tikno. 

Kemurahan alam tampaknya tetap menjadi harapan terakhir untuk mengatasi kabut asap.


Sumber : http://regional.kompas.com/read/2011/10/03/05182579/Dalam.Bayang-bayang.Kepekatan.Kabut.Asap



Artikel Terkait:

0 komentar: