Masih ingat kejadian musim asap
yang menyelimuti Sumsel pada saat kemarau beberapa minggu kemarin, dampak dari
Pembakaran Hutan dan lahan oleh perusahaan HTI dan Sawit? Untuk menginggatnya
kalian dapat baca disini.
Musim Asap telah membuat
pemerintah Sumatera selatan bagai cacing kepanasan karena jika ini terus
berlangsung,SEA GAMES yang Cuma berlangsung 10 hari itu, akan terganggu. Untuk
itu diputuskan agar di buatlah hujan buatan yang dananya menggunakan uang
Rakyat sebesar 10 Milyar. Sedangkan perusahaan pembakar tidak sedikitpun
tersentuh oleh Hukum. *hanyaadadiindonesia
Kini Asap tak lagi menyelimuti
Sumsel, hujan yang terjadi secara alami (not Buatan) di Bumi Sriwijaya telah
membawanya pergi ke ujung sumatera. Yang tersisa hanya tinggal Penyakit ISPA
yang diderita oleh 17.000 orang, di dominasi oleh masyarakat kelas menengah
kebawa, tanpa sedikitpun tanggung jawab pemerintah dan perusahaan pencipta
musim asap tersebut untuk memulihkan kesehatan mereka.
Datangnya hujan yang pada beberapa
Minggu lalu sangat diharapkan sampai dengan harus di “jemput” secara paksa.
Sekarang telah dianggap petaka bagi Propinsi Sumsel Khususnya Kota Palembang
yang pada tanggal 11 Nopember nanti akan menjadi tuan rumah Sea Games.
Wajar jika Pemerintah menganggap
kedatangan musim hujan merupakan sebuah petaka, apalagi dengan kondisi
menjelang SEA GAMES, karena menurut Data yang di rilis oleh WALHI Sumsel,
Propinsi sumatera selatan merupakan
daerah yang selalu mencatatkan dirinya sebagai salah satu Propinsi di Indonesia
yang menjadi langganan Banjir.
Selama dua tahun terakhir 2009 –
2010 bencana ekologi banjir di sumsel mengalami peningkatan, di tahun 2009
bencana banjir hanya terjadi 48 kali sedangkan pada tahun 2010 meningkat
menjadi 102 kali.
Banjir yang terjadi disebabkan oleh
kerusakan Lingkungan di wilayah ULU (DAS MUSI) dari total luas 6,7 juta Hektar
yang kini kondisinya masih baik, hanya sekitar 800.000 Ha. Sisanya, telah
berubah menjadi wilayah Industri Pertambangan, Perkebunan Kelapa sawit, Hutan
tanaman Industri dan Ilegal Logging.
Bencana banjir inipun diperparah
oleh kerusakan lingkungan di wilayah Ilir khususnya di Palembang. Menjelang Sea Games banyak terjadi
peralihan fungsi kawasan seperti RTH dan rawa rawa yang selama ini berfungsi
sebagai daerah tangkapan Air, telah berubah (dirusak) fungsi Menjadi gedung
gedung tinggi Seperti Hotel, Café, Mall dan venues Olah raga. Khusus dalam hal
perusakan rawa, hal yang paling besar terjadi saat ini adalah di timbunnya
Puluhan Hektar rawa di jakabaring menjadi Venues Venues Sea Games artinya
ketika hujan menguyur Palembang khususnya di jakabaring (komplek SEA GAMES)air
yang turun akan merebut wilayahnya kembali ( banjir) .
Ketakutan Pemerintah akan datangnya
Hujan dan banjir saat SEA GAMES, membuat Pemerintah Sumatera Selatan gelap mata
dan tidak mensyukuri berkah yang di berikan tuhan didalam setiap hujan yang
turun, seperti yang Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan
dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf: 9).
Sehingga Pada dua hari yang lalu
(26/10) Gubernur sumsel, Alex Noerdin menginstruksikan kepada pihak Badan
Penangulangan Bencana Daerah (BPPD) Sumsel untuk meminta Pihak Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang kemarin bertugas mendatangkan Hujan di
Sumsel. sekarang diminta untuk mengusir HUJAN, harapannya agar penyelenggaraan
SEA GAMES nanti dapat
berjalan dengan sukses tanpa halangan dan permasalahan.
Tindakan mengusir hujan karena
takut Banjir menyerang saat SEA GAMES berlangsung, adalah tindakan yang tidak
akan menyelesaikan akar dari persoalan karena sesungguhnya Hujan adalah berkah
sedangkan banjir adalah sebuah dampak dari rusaknya Lingkungan Hidup yang
sebenarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah sumsel sendiri yang tidak
pernah pro terhadap Lingkungan Hidup. Hal ini dapat disamakan dengan pepatah “
Buruk Rupa Cermin di Belah”.
Penulis : Hadi Jatmiko
0 komentar:
Posting Komentar