WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, Oktober 28, 2011

Hujan Di Sumsel ; Datang di Jemput, Sudah Datang di Tendang



Masih ingat kejadian musim asap yang menyelimuti Sumsel pada saat kemarau beberapa minggu kemarin, dampak dari Pembakaran Hutan dan lahan oleh perusahaan HTI dan Sawit? Untuk menginggatnya kalian dapat baca disini.

Musim Asap telah membuat pemerintah Sumatera selatan bagai cacing kepanasan karena jika ini terus berlangsung,SEA GAMES yang Cuma berlangsung 10 hari itu, akan terganggu. Untuk itu diputuskan agar di buatlah hujan buatan yang dananya menggunakan uang Rakyat sebesar 10 Milyar. Sedangkan perusahaan pembakar tidak sedikitpun tersentuh oleh Hukum. *hanyaadadiindonesia

Kini Asap tak lagi menyelimuti Sumsel, hujan yang terjadi secara alami (not Buatan) di Bumi Sriwijaya telah membawanya pergi ke ujung sumatera. Yang tersisa hanya tinggal Penyakit ISPA yang diderita oleh 17.000 orang, di dominasi oleh masyarakat kelas menengah kebawa, tanpa sedikitpun tanggung jawab pemerintah dan perusahaan pencipta musim asap tersebut untuk memulihkan kesehatan mereka.

Datangnya hujan yang pada beberapa Minggu lalu sangat diharapkan sampai dengan harus di “jemput” secara paksa. Sekarang telah dianggap petaka bagi Propinsi Sumsel Khususnya Kota Palembang yang pada tanggal 11 Nopember nanti akan menjadi tuan rumah Sea Games.

Wajar jika Pemerintah menganggap kedatangan musim hujan merupakan sebuah petaka, apalagi dengan kondisi menjelang SEA GAMES, karena menurut Data yang di rilis oleh WALHI Sumsel, Propinsi sumatera selatan  merupakan daerah yang selalu mencatatkan dirinya sebagai salah satu Propinsi di Indonesia yang menjadi langganan Banjir.

Selama dua tahun terakhir 2009 – 2010 bencana ekologi banjir di sumsel mengalami peningkatan, di tahun 2009 bencana banjir hanya terjadi 48 kali sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 102 kali.

Banjir yang terjadi disebabkan oleh kerusakan Lingkungan di wilayah ULU (DAS MUSI) dari total luas 6,7 juta Hektar yang kini kondisinya masih baik, hanya sekitar 800.000 Ha. Sisanya, telah berubah menjadi wilayah Industri Pertambangan, Perkebunan Kelapa sawit, Hutan tanaman Industri dan Ilegal Logging.

Bencana banjir inipun diperparah oleh kerusakan lingkungan di wilayah Ilir khususnya di Palembang. Menjelang Sea Games banyak terjadi peralihan fungsi kawasan seperti RTH dan rawa rawa yang selama ini berfungsi sebagai daerah tangkapan Air, telah berubah (dirusak) fungsi Menjadi gedung gedung tinggi Seperti Hotel, Café, Mall dan venues Olah raga. Khusus dalam hal perusakan rawa, hal yang paling besar terjadi saat ini adalah di timbunnya Puluhan Hektar rawa di jakabaring menjadi Venues Venues Sea Games artinya ketika hujan menguyur Palembang khususnya di jakabaring (komplek SEA GAMES)air yang turun akan merebut wilayahnya kembali ( banjir) .

Ketakutan Pemerintah akan datangnya Hujan dan banjir saat SEA GAMES, membuat Pemerintah Sumatera Selatan gelap mata dan tidak mensyukuri berkah yang di berikan tuhan didalam setiap hujan yang turun, seperti yang Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf: 9).

Sehingga Pada dua hari yang lalu (26/10) Gubernur sumsel, Alex Noerdin menginstruksikan kepada pihak Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPPD) Sumsel untuk meminta Pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang kemarin bertugas mendatangkan Hujan di Sumsel. sekarang diminta untuk mengusir HUJAN, harapannya agar  penyelenggaraan SEA GAMES nanti dapat berjalan dengan sukses tanpa halangan dan permasalahan.

Tindakan mengusir hujan karena takut Banjir menyerang saat SEA GAMES berlangsung, adalah tindakan yang tidak akan menyelesaikan akar dari persoalan karena sesungguhnya Hujan adalah berkah sedangkan banjir adalah sebuah dampak dari rusaknya Lingkungan Hidup yang sebenarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah sumsel sendiri yang tidak pernah pro terhadap Lingkungan Hidup. Hal ini dapat disamakan dengan pepatah “ Buruk Rupa Cermin di Belah”. 

Penulis : Hadi Jatmiko
Selengkapnya...

Rabu, Oktober 19, 2011

Selamatkan Sungai Musi, Walhi Sumsel Galang Dana Publik

SUNGAI Musi, sebuah sungai yang membelah sebagian besar wilayah Sumatera Selatan, saat ini kondisinya kian memprihatinkan. Jika tidak segera diselamatkan, di masa mendatang kondisi Sungai Musi akan lebih memprihatinkan. Oleh karena itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan ekosistem Sungai Musi di daerahnya.

Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat, didampingi Stafnya, Hadi Jatmiko, di Palembang, Sabtu (15/10/2011).

Selain terus menjadi sasaran pembuangan limbah pencemaran, baik oleh kalangan industri maupun aktivitas domestik warga masyarakat.

Menurut Sadat, melalui Divisi Penggalangan Sumberdaya (PSD), forum LSM ini tengah gencar melakukan kampanye publik untuk penyelamatan Sungai Musi itu.

PSD Walhi Sumsel sedang mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus kampanye penyelamatan Sungai Musi dalam bentuk dukungan publik yang diharapkan lebih dititikberatkan pada penggalangan dana, kata dia pula.

"Hasil penggalangan dana itu akan digunakan untuk membantu masyarakat dan melakukan upaya pemulihan lingkungan hidup Sungai Musi," ujar Sadat lagi.

Bantuan dana untuk pemulihan ekosistem dan masyarakat sekitar DAS Sungai Musi itu, dapat disalurkan melalui rekening Walhi Sumsel pada Bank BNI atasnama Walhi Sumsel, dengan nomor rekening 0051455164.

Sebagai informasi, upaya menyelamatkan Sungai Musi sudah dilakukan sejumlah pekerja budaya dan lingkungan sejak delapan tahun terakhir. Misalnya dimulai dari sejumlah gagasan berupa revitalisasi anak Sungai Musi yang mengalir di kota Palembang. Gagasan ini mendapat tanggapan dari pemerintah kota Palembang dengan melakukan penataan sejumlah anak Sungai Musi.

Meskipun begitu, masih banyak persoalan di sekitar Sungai Musi. Hal ini yang kemudian mendorong organisasi pecinta lingkungan hidup dari Universitas Sriwijaya, Wiqwam bekerjasama dengan sebuah harian di Palembang melakukan Jelajah Sungai Musi. Isu soal penyelamatan Sungai Musi kemudian disambut sebuah harian nasional untuk melakukan hal yang nyaris sama dilakukan Wiqwam berupa Ekspedisi Sungai Musi.

Sumber : www.beritamusi.com Selengkapnya...

Pemulihan Ekosistem Sungai Musi Dikampanyekan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Selatan mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan ekosistem Sungai Musi di daerahnya.

Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat, didampingi Stafnya, Hadi Jatmiko, di Palembang, Sabtu (15/10), menilai kondisi ekosistem Sungai Musi yang membelah Kota Palembang dan mengalir di sejumlah daerah di Provinsi Sumsel hingga ke wilayah provinsi perbatasan itu, kini memprihatinkan.

Selain terus menjadi sasaran pembuangan limbah pencemaran, baik oleh kalangan industri maupun aktivitas domestik warga masyarakat, lingkungan dan kondisi masyarakat sekitar Sungai Musi juga perlu segera diselamatkan dan dipulihkan kembali.

Sungai Musi merupakan jatung kehidupan warga Sumsel sejak zaman dulu hingga sekarang, namun masih minim upaya untuk melindunginya dari berbagai ancaman pencemaran dan pengrusakan eksosistem daerah aliran sungai (DAS)-nya.

Sumber : Media Indonesia Selengkapnya...

DIBANGUN Proyek PSCC

Walhi Segera Tempuh Legal Standing Proses BOT Eks-GOR Kampus

Pembagunan Swiss belhotel PCP

PEMKOT Melunak, WALHI Siapkan Puluhan ADVOKAT, 
Persoalan alih fungsi kawasan GOR Kampus menjadi pusat bisnis dan perhotelan yang diusung sejumlah elemen masyarakat, salah satunya Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel ternyata hingga kini terus bergulir. Kabar paling gress, Walhi akan menempuh upaya legal standing (gugatan organisasi ke jalur hukum)  terhadap Pemprov Sumsel dan PT GISI atas tindakan BOT GOR Kampus yang selama ini merupakan Ruang Publik.
Disisi lain, meski awalnya mengklaim bakal mengakomodir keberadaan pedagang yang ada di sekeliling eks-GOR, ternyata GISI ingkar janji. Pedagang tersebut bakal diberikan pilihan menempati kios yang disiapkan, dengan catatan pedagang bersedia membayar sewa. Nah loh, kalau sudah begitu artinya disini siapa yang ingkar ?

Setelah sekitar setengah jam menunggu di kantornya Jl Sumatera akhirnya Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel, Anwar Sadat datang juga ke kantornya untuk memenuhi janji wawancara dengan Sumeks Mingguan. Orangnya berpenampilan serius. Terlihat jelas guratan letih yang menyembul dari balik kelopak matanya, namun dia berupaya menutupi semuanya itu. “Hingga kini, mudah-mudahan gerakan kami tetap solid meski ada beberapa kawan yang memilih mundur teratur dengan bermacam alasan, kami sepertinya hendak dibenturkan dengan berbagai elemen masyarakat. Tapi, ini tak lebih dari sebuah ujian kami yakin bisa melalui itu semuanya,” tukas Anwar kepada Sumeks Mingguan di kantornya, Kamis (13/10) lalu.
Anwar tak juga bergeming di saat sebagian pihak yang pada awalnya menggebu-gebu menolak rencana Pemprov Sumsel untuk memodernisasi kawasan GOR yang dikesankan kumuh serta tak tertata dengan baik. “Teori balik kucing dan sikap kompromistis yang hanya ingin menangguk kepentingan pribadi terkait proses BOT GOR ini sebetulnya sudah tercium sejak awal, termasuk yang kami sayangkan sikap Pemkot Palembang yang kami nilai tidak konsisten. Mereka mengeluarkan izin meski awalnya secara tegas menyetop pembangunannya,” keluh pria berlatar belakang sarjana agama yang tak bisa menutupi kekecewaannya.

Dia berani berkata demikian bukan tanpa alasan, pasalnya meski GOR tersebut di klaim sebagai salah satu aset Pemprov Sumsel namun secara administratif lokasinya ada di wilayah Kota Palembang. Saking geramnya dengan langkah mundur Pemkot Palembang yang akhirnya melunak dengan mengeluarkan sejumlah perizinan terhadap pembangunan tiga bangunan sekaligus, masing-masing Palembang Sport and Convention Centre (PSCC), Swiss-Bellhotel dan Palembang Centre Point (PCP).

“Harusnya, Pemkot ada di garda terdepan untuk mempertahankan fungsi GOR bukan malah mendukung karena sesuai dengan yang diamanatkan pada UU No.26/2007 tentang penataan ruang ada kewajiban penyediaan minimal 20 persen untuk RTH. Sekaligus kebijakan ini melanggar RTRW yang sudah dirancang Pemkot,” ungkap dia.

Harusnya, Pemkot Palembang belajar kepada jajaran Pemkot Solo yang dibawah komando Walikota Joko Widodo yang secara tegas menolak rencana Pemprov Jateng yang hendak mem-BOT salah satu ruang publik untuk dikelola oleh pihak swasta.
“Bukan hanya sebatas upaya penghancuran ekologi yang sedari dulu sebetulnya sudah tertata dengan sangat apik disana, berdirinya bangunan hotel dan mal di eks-GOR ini juga berpotensi menghilangkan ruang kreasi seni dan budaya dan fungsi ekonomi dengan keberadaan pedagang-pedagang mikro disana,” ucapnya.

Kembali ke soal upaya legal standing, Sadat menegaskan saat ini dia bersama puluhan advokat di Sumsel tengah menyusun materi gugatan terkait kebijakan BOT GOR yang dilakukan Gubernur Sumsel dengan PT Griya Inti Sejahtera Insani (GISI) selaku investor. “Walhi sebagai penggugat melihat ada beberapa pelanggaran dari proses BOT GOR diantaranya melanggar UU No.32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga UU No.26/2007. Sehingga kita berkeyakinan secara keseluruhan pembangunan PSCC dan dua bangunan lain di eks lokasi GOR melanggar,”  tegas Sadat.

Walhi juga kurang sependapat terhadap klaim pihak investor yang di sejumlah media menggembar-gemborkan keberadaan hotel dan mal disana juga akan memacu tumbuhnya iklim ekonomi kerakyatan. Yang terjadi, malah adanya proses kapitalis berupa pengambilalihan ruang-ruang publik yang hanya sebatas menguntungkan pengusaha tanpa hirau terhadap kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Disisi lain, kecurigaan yang mencuat berdasarkan hasil investigasi tim di lapangan menurut Sadat nantinya sebagian besar dari counter-counter juga ruangan yang ada di PSCC tersebut ditawarkan untuk dijual dan mengarah pada kepemilikan secara personal.

“Masyarakat seolah di ninabobokkan dengan janji BOT tersebut akan berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan setelah pengelolaan berikut seluruh aset yang ada di dalamnya bakal menjadi pilik Pemprov Sumsel. Padahal, saat ini kami mensinyalir sudah ada mengarah kepada penjualan untuk kepemilikan pribadi,” tandas dia. 
Pejabat Dinas Tata Kota  Enggan Komentar

Bagaimana pula tanggapan para pejabat terkait di lingkungan Pemkot Palembang terhadap upaya legal standing yang akan dilakukan Walhi ini ? Ternyata, tidak mudah untuk bisa mendapatkan keterangan dan konfirmasi dari para pejabat terkait ini, salah satunya dari pejabat yang ada di Dinas Tata Kota (DTK) Palembang, selaku instansi yang berwenang.

Hal ini terlihat dari ketidaksukaan jajaran dinas dibawah kendali dari Ir H Ucok Hidayat ini ketika hendak dikonfirmasi Sumeks Mingguan terkait permasalahan keluarnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tiga proyek di bawah naungan PT GISI di eks-GOR Kampus ini.

Salah satunya, sikap antipati yang ditunjukkan sekretaris DTK Palembang, Ir Raden Wijaya yang menolak ditemui Sumeks Mingguan, Kamis (13/10) lalu meskipun saat itu dia sedang ada di ruang kerjanya.

“Maaf, kak Bapak tidak mau bertemu tidak tahu apa alasannya, beliau menyarankan untuk langsung mengkonfirmasikan hal ini kepada kepala dinas (Ucok Hidayat,red),” tukas salah seorang pegawai DTK Palembang yang ditugasi menjaga pintu depan.
Setali tiga uang, sambutan serupa juga dialami Sumeks Mingguan ketika hendak menanyakan perihal ketidaksinkronan pembangunan PSCC ini dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Palembang.Alhasil tidak ada komentar yang keluar dari pejabat dari instansi terkait yang mestinya peduli soal mega proyek yang mendapatkan respon dari masyarakat . Ada apa ini, padahal semula DTK berada di lini depan untuk membatalkan proyek pembangunan PSCC tersebut namun sekarang berbalik 180 derajat yang terkesan malah berada dalam satu gerbong dengan pihak investor. (kms)

Sumber : www.sumeksminggu.com
Selengkapnya...

Selasa, Oktober 18, 2011

Ajudan Gubernur Sumsel dan Pol PP Hajar 9 Mahasiswa Unsri

Sikap arogan oknum ajudan Gubernur serta oknum anggota Sat Pol PP Provinsi Sumatera Selatan (Sum-Sel) kembali di pertontonkan, setelah sebelumnya seorang ketua Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sum-Sel Anwar Sadat, mendapat bogem mentah dari ajudan Gubernur Sum-Sel saatmenggelar aksi, kini gilaran 9 mahasiswa Universitas Sriwijaya (unsri) mendapat pelakukan yang sama pada selasa (11/10/11) silam.

Akibat peristiwa itu banyak kalangan mengecam diantaranya timbul dari masyarakat. Kendati demikian LSM Pemantau Penegak Hukum Indonesia (PPHI) Sumsel. Walau mereka  meyakini bila kejadian tersebut murni inprosedural, bukan perintah dari Gubernur Sumsel.

Ketua LSM PPHI Edy Mulyadi meyakini, pemukulan yang dialami oleh 9 mahasiswa FK Unsri tersebut terjadi tanpa sepengetahuan ataupun perintah dari Gubernur Alex Noerdin. "itu terjadi saat iring - iringan Patwal, tapi kita sangat yakin bahwa sikap arogan tersebut bukan perintah dari Gubernur," bebernya, minggu (16/10/11) siang.

Atas dasar itulah Mulyadi meminta, agar Pemerintah dapat menindak tegas pelaku pemukulan kemarin, mengingat perbuatan arogan tersebut secara tak langsung dapat mencoreng nama Pemprov Sumsel terutama Gubernur Alex Noerdin. "kalau perlu oknum tersebut diganti dan diumumkan di media massa, karena bila tidak diganti justru berdampak pada pencitraan negative terhadap Gubernur di mata masyarakat," ujarnya.

Selain itu PPHI, juga medesak pihak kepolisian dalam hal ini Polres Ogan Ilir (OI) untuk terus memproses secara hukum, pengaduan mahasiswa yang disampaikan melalui laporan polisi nomor TAL/D/B-308/X/2011/SUMSEL/RES/OI, tertanggal 11 Oktober 2011, sekitar pukul 11.36 WIB, atas dugaan penganiayaan terhadap 9 mahasiswa Unsri, tersebut.  "Kejadian ini sifatnya situasional belaka, bukan memang keberadaan mahasiswa saat itu, mengancam keselamatan gubernur," tukas Mulyadi.

Sebelumnya puluhan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsri beberapa waktu lalu menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Pemprov Sumsel dengan tuntutan pencopotan jabatan terhadap oknum pemukulan.

Presiden Mahasiswa (Presma) BEM Unsri, Dedi Susanto menjelaskan, aksi demonstrasi yang digelar pihaknya, dilakukan untuk menuntut keadilan atas dugaan tindak kriminal, berupa penganiayaan.

Menanggapi kejadian tersebut, Asisten I bidang pemerintahan, Setda Pemprov Sumsel, Mukti Sulaiman menyatakan, permintaan maafnya kepada mahasiswa atas perlakuan yang tidak menyenangkan dari 2 oknum saat iring-iringan patwal beberapa waktu lalu. "saya minta maaf bila tindakan mereka berlebihan," tutupnya.


Sumber : KabarIndonesia.com Selengkapnya...

Minggu, Oktober 16, 2011

Walhi Sumsel galang dana pulihkan sungai Musi


Palembang - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan ekosistem Sungai Musi di daerahnya.
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat, didampingi Stafnya, Hadi Jatmiko, di Palembang, Sabtu, menilai kondisi ekosistem Sungai Musi yang membelah Kota Palembang dan mengalir di sejumlah daerah di Provinsi Sumsel hingga ke wilayah provinsi perbatasan itu, kini kondisinya memprihatinkan.

Selain terus menjadi sasaran pembuangan limbah pencemaran, baik oleh kalangan industri maupun aktivitas domestik warga masyarakat, lingkungan dan kondisi masyarakat sekitar Sungai Musi juga perlu segera diselamatkan dan dipulihkan kembali.

Sungai Musi merupakan jatung kehidupan warga Sumsel sejak zaman dulu hingga sekarang, namun masih minim upaya untuk melindunginya dari berbagai ancaman pencemaran dan pengrusakan eksosistem daerah aliran sungai (DAS)-nya.

Kondisi tersebut, antara lain terekspose dari hasil Jelajah Musi yang dilakukan tim Harian Umum Kompas bekerja sama dengan Pemprov Sumsel beberapa waktu lalu, kemudian didokumentasikan dan dibukukan selain dimuat secara berseri di koran nasional tersebut.

Menurut Sadat, melalui Divisi Penggalangan Sumberdaya (PSD), forum LSM ini tengah gencar melakukan kampanye publik untuk penyelamatan Sungai Musi itu.

PSD Walhi Sumsel sedang mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus kampanye penyelamatan Sungai Musi dalam bentuk dukungan publik yang diharapkan lebih dititikberatkan pada penggalangan dana, kata dia pula.

"Hasil penggalangan dana itu akan digunakan untuk membantu masyarakat dan melakukan upaya pemulihan lingkungan hidup Sungai Musi," ujar Sadat lagi.

Bantuan dana untuk pemulihan ekosistem dan masyarakat sekitar DAS Sungai Musi itu, dapat disalurkan melalui rekening Walhi Sumsel pada Bank BNI atasnama Walhi Sumsel, dengan nomor rekening 0051455164.

"Kami terus mengupayakan dukungan publik untuk peduli pada kelestarian Sungai Musi melalui dukungan dana publik tersebut," ujar Hadi Jatmiko pula.

Walhi merupakan organisasi forum lingkungan hidup terbesar di Indonesia, dengan jumlah anggota mencapai 493 organisasi yang tersebar pada 27 provinsi di Indonesia.

Sejak 15 Oktober 1980, Walhi secara aktif telah mendorong upaya-upaya pemulihan lingkungan hidup di Indonesia, dengan fokus kampanye pada isu pokok air, pangan dan keberlanjutan, hutan dan perkebunan, energi dan tambang, pesisir dan laut, serta pengembangan hukum dan litigasi.

Dalam rangka peringatan HUT Walhi ke-31 di Sumsel dengan tema "Walhi untuk Indonesia", digelar sejumlah kegiatan berupa rangkaian acara, di antaranya "Gathering Malam Hiburan" bersama Melanie Subono, pameran foto lingkungan hidup dan beberapa kegiatan penyadaran kelestarian lingkungan hidup untuk sejumlah sasaran kampanye lainnya.

Walhi Sumsel juga memberikan sejumlah penghargaan kepada institusi media massa dan individu yang dinilai aktif dan peduli pada upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di daerahnya.

LKBN ANTARA Biro Sumsel dan RRI Palembang merupakan institusi media massa yang mendapatkan penghargaan itu, karena dinilai oleh Walhi Sumsel selama ini aktif mengkampanyekan pemulihan dan pelestarian lingkungan hidup melalui pemberitaannya. 
Sumber: Antaranews.com
Selengkapnya...

Sabtu, Oktober 15, 2011

Ekologi Sumsel Dinilai Darurat


PALEMBANG – Serangkaian peringatan hari ulang tahun (HUT) Ke-31 Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan (Sumsel) yang dihadiri musisi Melanie Subono kemarin bernuansa dinamis.

Dalam kegiatan diskusi bertema “Ekologi Sumsel Darurat” ini, putri promotor musik Adrie Subono mengajak masyarakat Sumsel memulai perubahan dari diri sendiri.“Kalau setiap orang siap melakukan perubahan yang dimulai dari diri sendiri untuk lebih baik, tentu semuanya akan berjalan baik,” ujarnya di Kantor Walhi Sumsel kemarin.

Melanie merasa bangga sebagai kaum muda dan masyarakat yang bisa mencintai dan peduli lingkungan.“Alangkah baiknya kalau kita cinta lingkungan, dimulai dari bagaimana menjaga lingkungan di sekitar rumah kita sendiri. Bagaimana kita bicara menanam sejuta pohon,kalau di rumah kita saja gersang,”ungkapnya.

Terkait pelaksanaan SEA Games yang bakal diselenggarakan di Kota Palembang, Melanie bangga karena Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia Tenggara tersebut. “Bangga sekali dongdengan Palembang. Karena daerah ini dipercaya menjadi tempat pelaksanaan SEA Games.Berbicara prestasi atlet Indonesia, saya yakin mereka akan memberikan yang terbaik bagi negara ini.

Kalah menang adalah hal biasa, tapi spirit memberikan yang terbaik bagi negara patut kita dukung,” tukasnya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat mengatakan, berbagai kegiatan menyambut HUT Walhi bakal dilaksanakan selama dua pekan ke depan.Termasuk, pameran foto yang akan dilaksanakan di kawasan Kambang Iwak dan diskusi tentang satwa dan lingkungan yang diselenggarakan di Universitas IBA Palembang.
“Kosep yang diinginkan adalah Walhi Goes to Public,bagaimana kampanye lingkungan hidup yang kami lakukan dapat diinternalisasi oleh masyarakat,” tukasnya. Terkait gencarnya proses pembangunan yang dilakukan Pemkot Palembang menjelang SEA Games, menurutnya, pemerintah tidak mengesampingkan kaidah-kaidah lingkungan.“ Yang kita ingin jangan sampai pemerintah sendiri yang menabrak aturan dalam melakukan pembangunan,” kata dia.




Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/435727/37/ Selengkapnya...

Melanie Subono: Saya Konsen Pelestarian Lingkungan


 Melanie Subono, artis yang juga Sahabat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), menanam pohon trembesi di kantor sekretariat organisasi forum LSM itu di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (13/10/2011).

"Saya konsen terhadap kelestarian lingkungan, karena itu mari bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi," kata Melanie Subono.
Melanie menjelaskan, sebenarnya tidak susah berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan, antara lain dengan menjaga kebersihan juga merupakan bentuk partisipasi nyata. Setiap orang membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu bentuk partisipasi menjaga lingkungan dari bencana ekologi.

Bencana ekologi dan kemacetan lalu lintas yang saat ini terjadi hampir di setiap kota besar termasuk Palembang, merupakan bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan semakin rendah. Setiap pribadi tentunya berkontribusi terhadap permasalahan tersebut, karena itu perlu bersama-sama bekerja nyata dengan menjaga kelestarian lingkungan.

Melanie hadir di Palembang dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Walhi ke-31 di Sumsel.
Selain menanam pohon, Melanie juga menampilkan sejumlah tembang di hadapan puluhan personel Sahabat Walhi di Palembang bersama para tamu dan undangan lainnya.

Perayaan ulang tahun Walhi tersebut dilaksanakan di sebuah kafe di kawasan Kambang Iwak Palembang yang juga dimeriahkan pembacaan puisi lingkungan hidup serta penampilan band lokal.

Walhi Sumsel dalam kesempatan ini, juga memberikan penghargaan pada media, yaitu LKBN ANTARA Biro Sumsel dan RRI Palembang, karena dinilai berperan nyata dalam mendukung kampanye pemulihan lingkungan hidup di daerahnya melalui pemberitaannya.
Penghargaan juga diberikan kepada kalangan individu yang dinilai peduli pada kelestarian lingkungan di daerah ini.

Sumber :http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/melanie-subono-saya-konsen-pelestarian-lingkungan.html  Selengkapnya...

Melanie Subono Himbau Masyarakat Agar Peduli Lingkungan

Tak hanya menganjurkan untuk melakukan penanaman pohon, Melanie juga meminta agar masyarakat rajin menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
 
Putri promotor kondang Adrie Subono, , himbau masyarakat untuk peduli lingkungan. Bersama LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Palembang, Melanie khusus datang untuk menanam pohon trembesi di kantor sekretariat organisasi forum LSM itu di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, 13 Oktober.

"Aku konsen terhadap kelestarian lingkungan," kata Melanie. "Karena itu mari bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi."

Sebagai bentuk nyata, Melanie meminta agar masyarakat mengutamakan kebersihan lingkungan sekitar. Menurut mantan istri Radja Simatupang itu, menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu usaha untuk menjaga lingkungan dari bencana ekologi.

Kehadiran Melanie tersebut berkaitan dengan perayaan ulang tahun WALHI Sumsel ke-31. Selain menanam pohon, Melanie juga menampilkan sejumlah tembang di hadapan puluhan personil Sahabat Walhi di Palembang bersama para tamu.

Sumber :http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00011995.html Selengkapnya...

Banjir Juga Oleh Manusia


PALEMBANG,  --- Banjir, tampaknya akan menjadi sesuatu hal yang akrab dialami masyarakat Kota Palembang. Pasalnya, banjir bukan hanya disebabkan faktor alam. Tetapi, juga faktor manusia. Kebiasaan buruk manusia yang tidak menghiraukan keberlangsungan ekosistem lingkungan. Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel, Anwar Sadad mengatakan, jika Kota Palembag rawan banjir itu menjadi suatu keniscayaan. "Terjadinya banjir ini bukan harus dilihat dari iklim saja. Tetapi harus dilihat dari lingkungan yang saat ini telah terdegradasi akibat pembangunan yang tanpa memperdulikan tata ruang", ujarnya di Kantor Walhi Sumsel, kemarin (13/10).

Palembang merupakan suatu kota yang menjadi daerah serapan air terbaik, karena memiliki daerah rawa. "Jumlah rawa di Kota Palembang saat ini sudah banyak berkurang. Dahulu terdapat 22 ribu hektare daerah rawa. Namun, saat ini hanya terdapat 6.000 hektare rawa yang ada di Kota Palembang", ungkapnya. Terjadinya degradasi lingkungan tersebut, ditegaskan Anwar diperparah dengan mental masyarakat yang terus melakukan penghancuran terhadap rawa yang tanpa memperdulikan lingkungan. "Rawa ini ada beberapa jenis yakni rawa konservasi, reklamasi dan budidaya", katanya. Menurut Sadad, pembenahan ekosistem sangat penting, terutama soal memastikan tata ruang dan perlindungan-perlindungan terhadap rawa yang masih ada.

Sementara itu, Melanie Subono, aktris juga pemerhati lingkungan yang kemarin hadir di kantor Walhi Sumsel mengungkapkan, jika terjadinya banjir maka yang harus disalahkan itu bukanlah orang lain tapi diri sendiri. "Jangan saling menyalahkan. Kita harus menyalahkan diri sendiri karena akibat kita inilah ekosistem menjadi rusak", katanya.

Sumber : Sumatera Ekpres
Selengkapnya...

Melanie Subono tanam trembesi di halaman kantor Walhi

Palembang  - Melanie Subono, artis yang juga Sahabat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), menanam pohon trembesi di kantor sekretariat organisasi forum LSM itu di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis.

"Saya konsen terhadap kelestarian lingkungan, karena itu mari bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi," kata dia.

Melanie menjelaskan, sebenarnya tidak susah berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan, antara lain dengan menjaga kebersihan juga merupakan bentuk partisipasi nyata.

Setiap orang membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu bentuk partisipasi menjaga lingkungan dari bencana ekologi, ujar dia.

Menurut dia, bencana ekologi dan kemacetan lalu lintas yang saat ini terjadi hampir di setiap kota besar termasuk Palembang, merupakan bukti bahwa kepedulian terhadap lingkungan semakin rendah.

Setiap pribadi tentunya berkontribusi terhadap permasalahan tersebut, karena itu mari bersama-sama bekerja nyata dengan menjaga kelestarian lingkungan, kata dia lagi.

Melanie hadir di Palembang dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Walhi ke-31 di Sumsel.

Selain menanam pohon, Melanie juga menampilkan sejumlah tembang di hadapan puluhan personel Sahabat Walhi di Palembang bersama para tamu dan undangan lainnya.

Perayaan ulang tahun Walhi tersebut dilaksanakan di sebuah kafe di kawasan Kambang Iwak Palembang yang juga dimeriahkan pembacaan puisi lingkungan hidup serta penampilan band lokal.

Walhi Sumsel dalam kesempatan ini, juga memberikan penghargaan kepada kalangan media massa, yaitu LKBN ANTARA Biro Sumsel dan RRI Palembang, karena dinilai berperan nyata dalam mendukung kampanye pemulihan lingkungan hidup di daerahnya melalui pemberitaannya.

Penghargaan juga diberikan kepada kalangan individu yang dinilai peduli pada kelestarian lingkungan di daerah ini


Sumber : www.Antaranews.com Selengkapnya...

Sabtu, Oktober 08, 2011

1.200 Ha Lahan Pertanian Terancam Hilang


PALEMBANG– Ratusan petani, warga Desa Nusantara Jalur 27, Air Sugihan OKI, terancam gagal panen. Pasalnya, 1.200 hektare (ha) lahan pertanian mereka terancam digusur PT Selatan Agro Makmur Lestari (SAML).

Menurut Koordinator Forum Petani Nusantara Anwar Sadat, sebanyak 1200 ha tanaman padi warga bakal hilang lantaran kehadiran PT SAML.Alasannya, karena warga yang sudah menempati lokasi sejak 10 tahun lalu dianggap menempati lahan pertanian mereka. ”Tidaksedikitbentukintimidasi yang dilakukan PT SAML untuk mengusir warga.Namun, warga memilih bertahan dan ingin memperjuangkan apa yang diusahakan sejak lama,” kata dia saat dibincangi di GedungDPRDSumselkemarin.

Direktur Walhi Sumsel itu mengatakan, selain menurunkan alat berat yang merusak tanaman padi, perusahaan itu juga melibatkan aparat untuk menakuti warga. Tujuannya agar bisa mengganggu kenyamanan penduduk, sehingga warga tersebut memilih pindah ke lokasi lain. ”Kami tahu negara melalui Undang-undang No 22 juga mengatur perlindungan lahan pangan berkelanjutan.

Itu sebabnya kami hadir dan mengadukan nasib ke Komisi II DPRD Sumsel dengan harapan bisa mendapatkan kembali lahan warga,”tuturnya. Kemudian, sambung Sadat, hasil dari dengar pendapat di Pemprov Sumsel,yang dihadiri Kepala BPN (Badan Pertanahan Negara) Sumsel pada 26 September lalu, ternyata diketahui bahwa PT SAML tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU).

Sehingga Sadat yakin lahan yang sudah diusahakan warga secara turun menurut itu bisa di-enclave. Sementara, Sekretaris Forum Petani Nusantara Sukirman mengungkapkan, pada awalnya tanah tempat mereka hidup adalah Lahan APL (Areal Penggunaan Lain). Namun sejak tahun 1980, banyak warga yang datang dari Jawa dan mulai bercocok tanam di lahan areal APL yang banyak hama dan binatang buas. Akhirnya u lahan yang mereka sejak tahun 2005 itu menghasilkan.

Namun anehnya,ujar Anwar Sadat,pada 2007 turun izin prinsip PT SAML dan menurunkan alat berat saat padi sedang berisi. ”Kami sempat mengalami kerugian besar ketika alat beras merusak padi kami yang sedang bunting (berisi).Namun, kami sempat melakukan perlawanan demi mempertahankan padi kami,”ungkap Sukirman.

Menyikapi permasalahan tersebut, Sekretaris Komisi II DPRD Sumsel Saifurrahman mengatakan,dewan sudah menerima keluhan yang disampaikan warga. Untuk itu dewan akan berusaha mewujudkan harapan petani di Air Sugihan OKI. ”Hal pertama yang akan kami lakukan yakni berkerja sama dengan Komisi I karena masih menyangkut lahan,”kata dia. Namun, karena ini merupakan lahan pertanian tanaman pangan, Komisi II perlu ikut campur.

Sebab,akan sangat merugikan jika lahan pangan pertanianinibergantidenganlahan perkebunan.“Terlebih bila melihat kondisi krisis pangan yang terjadi saat ini,”katanya. Tentang intimidasi masih terus berlangsung, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membenarkan masih kerap terjadi.

Meskipun pada 2008–2009 sempat tidak ada intimidasi karena perusahaan tidak melakukan aktivitas, sejak 2010 sampai sekarang, terjadi lagi aktivitas sehingga mengganggu lahan warga

Sumber : Seputar Indonesia Selengkapnya...

Inasoc Belum Antisipasi Banjir di Venue SEAG

Palembang merupakan kota yang rentan banjir, dan Jakabaring dibangun di bekas rawa-rawa.

Masalah baru muncul sebelum SEA Games XXVI berlangsung di Jakarta dan Palembang, 11-22 November 2011. Venue di kompleks Jakabaring, Palembang terancam banjir karena musim hujan akan datang pada Oktober atau November.

Peringatan banjir ini dikatakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Ini berdasarkan fakta Palembang merupakan kota yang rentan banjir, dan Jakabaring dibangun di bekas rawa-rawa.

Namun, dengan fakta seperti ini, belum ada solusi pencegahan dari Panitia Penyelenggara SEA Games Indonesia (Inasoc). Menurut Ketua Deputi I Sport and Venue Inasoc, Djoko Pramono, hal ini harusnya sudah ditanggulangi sejak pembangunan venue dimulai oleh para ahli konstruksi.

"Menurut tim saya tidak ada masalah. Untuk masalah ini, saya sebelumnya sudah minta pada Bapak Menteri (Menpora) agar dibuatkan bukan cuma tim olahraga, tapi juga tim ahli konstruksi," kata Djoko pada VIVAnews, Jumat 7 Oktober 2011.

"Kita sudah tahu di sana (Jakabaring) bekas rawa. Tentu saja bagi para pemenang tender semua sudah diperhitungkan karena mereka ahli-ahli konstruksi," tambahnya.

Namun, jika memang terjadi banjir, Djoko mengaku belum ada rencana cadangan. "Mau kemana lagi, ya sudah nanti kalau banjir di sana disiapkan perahu karet saja," kata Djoko sambil tertawa.

Pengerjaan venue memang jadi fokus utama SEA Games 2011. Sebab, hingga 35 hari sebelum hari-H masih banyak venue yang belum rampung atau pun melengkapi standar internasional. Di luar masalah venue, Indonesia sebagai tuan rumah menargetkan keluar sebagai juara umum. 

Sumber http://sport.vivanews.com
Selengkapnya...

Kamis, Oktober 06, 2011

Floods Expected At Palembang SEA Games Venue, Says Environment Group

JAKARTA, Oct 6 (Bernama) -- A Palembang branch of the Indonesian Forum for the Environment (Walhi) has warned that the rainy season in the region later this month may cause some of the SEA Games venue to be flooded.

Its official Hadi Jatmiko said that the South Sumatran capital had a history of flooding during the wet season and last year alone, Palembang was hit by floods 48 times.

Worse still was the fact that the centerpiece of the Games, the sprawling Jakabaring Sports City, sits on what was formerly swampland, Hadi told english daily Jakarta Globe in its exclusive report Thursday.

"South Sumatra is approaching the end of a long dry season, and according to the BMKG (the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency) the rainy season will start at the end of October. Flooding is expected at the SEA Games venue," he was qouted as saying.

Hadi said Walhi had vehemently opposed the construction of the stadium for the international sports event because it believed the construction would worsen flooding in the city.

Hadi advised the local government to get ready for some major flooding.

Meanwhile Imam Hendargo of Indonesia's Environment Ministry said Jakabaring Sports City, could not have been built without prior analysis of its environmental impact.

Meanwhile the director of the center for climate change and air quality at the BMKG, Edvin Aldrian, confirmed that the rainy season would start in October or November in Palembang.

"I don't know exactly what preparations they have made. It can be handled through man-made rivers, but I don't know what their plans are to anticipate the rainy season," he said.

With just over one month until the Games, organisers are struggling to finish preparations in time and several venues in Palembang, such as the athletics stadium, aquatics centre and baseball field are still far from finished, the report said.

Sumber : http://www.bernama.com/bernama/v5/newsindex.php?id=618075
Selengkapnya...

Flood Warning At Games Venues

After having to deal with construction delays and cashflow woes, Palembang is rushing to complete its facilities for November’s Southeast Asian Games, but more problems are looming on the horizon.

Hadi Jatmiko, from the Palembang branch of the Indonesian Forum for the Environment (Walhi), told the Jakarta Globe on Wednesday that the South Sumatran capital had a history of flooding during the wet season. This year, the rainy season is due to hit the region later this month.

Worse still, Hadi said, was the fact that the centerpiece of the Games, the sprawling Jakabaring Sports City, sits on what was formerly swampland.

“South Sumatra is approaching the end of a long dry season, and according to the BMKG [the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency] the rainy season will start at the end of October,” Hadi said. “Flooding is expected at the SEA Games venue. Last year alone, Palembang was hit by floods 48 times. It was an ecological disaster.”

Hadi said Walhi had vehemently opposed the construction of the stadium for the international sports event because it believed the construction would worsen flooding in the city.

“They built the stadium on a swamp area without regard to the Environmental Impact Analysis [Amdal] or Bylaw No. 5 from 2008 about swamps.” He said the bylaw required developers to leave parts of the area as swampland and to construct buildings with foundations that allowed the swamp to function as a water catchment area.

Hadi advised the local government to get ready for some major flooding.

“The government must make sure it has a stand-by [search and rescue] team to help with the evacuation when the city is inundated, and it must improve the drainage system by building retention ponds immediately,” the activist said.

Imam Hendargo, the Environment Ministry’s deputy for spatial planning, said Jakabaring Sports City, could not have been built without prior analysis of its environmental impact.

“It’s a big project on many hectares, so the Amdal should be one of the requirements to be met,” Imam said.

But he was not sure whether an Amdal had been conducted as the matter was in the hands of a local committee formed by the governor there.

Meanwhile, Edvin Aldrian, the director of the center for climate change and air quality at the BMKG, confirmed that the rainy season would start in October or November in Palembang.

Like Hadi, Edvin also questioned whether the city was anticipating heavy rains.

“The problem is that those areas are swamps and lie very low, just five to seven meters above sea level,” Edvin said.

“I don’t know exactly what preparations they have made. It can be handled through man-made rivers, but I don’t know what their plans are to anticipate the rainy season.”

With just over one month until the Games, organizers are struggling to finish preparations in time. Several venues in Palembang, such as the athletics stadium, aquatics center and baseball field are still far from finished.

Sumber : http://www.thejakartaglobe.com/home/flood-warning-at-games-venues/469856
Selengkapnya...