WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Jumat, Oktober 28, 2011
Hujan Di Sumsel ; Datang di Jemput, Sudah Datang di Tendang
Rabu, Oktober 19, 2011
Selamatkan Sungai Musi, Walhi Sumsel Galang Dana Publik
SUNGAI Musi, sebuah sungai yang membelah sebagian besar wilayah Sumatera
Selatan, saat ini kondisinya kian memprihatinkan. Jika tidak segera
diselamatkan, di masa mendatang kondisi Sungai Musi akan lebih
memprihatinkan. Oleh karena itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) Sumatera Selatan mengkampanyekan program penggalangan dukungan
publik, untuk fokus pada upaya penyelamatan dan pemulihan ekosistem
Sungai Musi di daerahnya.
Demikian dikatakan Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat,
didampingi Stafnya, Hadi Jatmiko, di Palembang, Sabtu (15/10/2011).
Selain terus menjadi sasaran pembuangan limbah pencemaran, baik oleh
kalangan industri maupun aktivitas domestik warga masyarakat.
Menurut Sadat, melalui Divisi Penggalangan Sumberdaya (PSD), forum
LSM ini tengah gencar melakukan kampanye publik untuk penyelamatan
Sungai Musi itu.
PSD Walhi Sumsel sedang mengkampanyekan program penggalangan
dukungan publik, untuk fokus kampanye penyelamatan Sungai Musi dalam
bentuk dukungan publik yang diharapkan lebih dititikberatkan pada
penggalangan dana, kata dia pula.
"Hasil penggalangan dana itu akan digunakan untuk membantu
masyarakat dan melakukan upaya pemulihan lingkungan hidup Sungai Musi,"
ujar Sadat lagi.
Bantuan dana untuk pemulihan ekosistem dan masyarakat sekitar DAS
Sungai Musi itu, dapat disalurkan melalui rekening Walhi Sumsel pada
Bank BNI atasnama Walhi Sumsel, dengan nomor rekening 0051455164.
Sebagai informasi, upaya menyelamatkan Sungai Musi sudah dilakukan
sejumlah pekerja budaya dan lingkungan sejak delapan tahun terakhir.
Misalnya dimulai dari sejumlah gagasan berupa revitalisasi anak Sungai
Musi yang mengalir di kota Palembang. Gagasan ini mendapat tanggapan
dari pemerintah kota Palembang dengan melakukan penataan sejumlah anak
Sungai Musi.
Meskipun begitu, masih banyak persoalan di sekitar Sungai Musi. Hal
ini yang kemudian mendorong organisasi pecinta lingkungan hidup dari
Universitas Sriwijaya, Wiqwam bekerjasama dengan sebuah harian di
Palembang melakukan Jelajah Sungai Musi. Isu soal penyelamatan Sungai
Musi kemudian disambut sebuah harian nasional untuk melakukan hal yang
nyaris sama dilakukan Wiqwam berupa Ekspedisi Sungai Musi.
Sumber : www.beritamusi.com
Selengkapnya...
Pemulihan Ekosistem Sungai Musi Dikampanyekan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Selatan
mengkampanyekan program penggalangan dukungan publik, untuk fokus pada
upaya penyelamatan dan pemulihan ekosistem Sungai Musi di daerahnya.
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat, didampingi Stafnya,
Hadi Jatmiko, di Palembang, Sabtu (15/10), menilai kondisi ekosistem
Sungai Musi yang membelah Kota Palembang dan mengalir di sejumlah daerah
di Provinsi Sumsel hingga ke wilayah provinsi perbatasan itu, kini
memprihatinkan.
Selain terus menjadi sasaran pembuangan limbah pencemaran, baik oleh
kalangan industri maupun aktivitas domestik warga masyarakat,
lingkungan dan kondisi masyarakat sekitar Sungai Musi juga perlu segera
diselamatkan dan dipulihkan kembali.
Sungai Musi merupakan jatung kehidupan warga Sumsel sejak zaman dulu
hingga sekarang, namun masih minim upaya untuk melindunginya dari
berbagai ancaman pencemaran dan pengrusakan eksosistem daerah aliran
sungai (DAS)-nya.
Sumber : Media Indonesia
Selengkapnya...
DIBANGUN Proyek PSCC
Pembagunan Swiss belhotel PCP |
PEMKOT Melunak, WALHI Siapkan Puluhan ADVOKAT,
Selasa, Oktober 18, 2011
Ajudan Gubernur Sumsel dan Pol PP Hajar 9 Mahasiswa Unsri
Sikap
arogan oknum ajudan Gubernur serta oknum anggota Sat Pol PP Provinsi
Sumatera Selatan (Sum-Sel) kembali di pertontonkan, setelah sebelumnya
seorang ketua Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sum-Sel Anwar Sadat,
mendapat bogem mentah dari ajudan Gubernur Sum-Sel saatmenggelar aksi,
kini gilaran 9 mahasiswa Universitas Sriwijaya (unsri) mendapat
pelakukan yang sama pada selasa (11/10/11) silam.
Akibat
peristiwa itu banyak kalangan mengecam diantaranya timbul dari
masyarakat. Kendati demikian LSM Pemantau Penegak Hukum Indonesia (PPHI)
Sumsel. Walau mereka meyakini bila kejadian tersebut murni
inprosedural, bukan perintah dari Gubernur Sumsel.
Ketua LSM
PPHI Edy Mulyadi meyakini, pemukulan yang dialami oleh 9 mahasiswa FK
Unsri tersebut terjadi tanpa sepengetahuan ataupun perintah dari
Gubernur Alex Noerdin. "itu terjadi saat iring - iringan Patwal, tapi
kita sangat yakin bahwa sikap arogan tersebut bukan perintah dari
Gubernur," bebernya, minggu (16/10/11) siang.
Atas dasar itulah
Mulyadi meminta, agar Pemerintah dapat menindak tegas pelaku pemukulan
kemarin, mengingat perbuatan arogan tersebut secara tak langsung dapat
mencoreng nama Pemprov Sumsel terutama Gubernur Alex Noerdin. "kalau
perlu oknum tersebut diganti dan diumumkan di media massa, karena bila
tidak diganti justru berdampak pada pencitraan negative terhadap
Gubernur di mata masyarakat," ujarnya.
Selain itu PPHI, juga
medesak pihak kepolisian dalam hal ini Polres Ogan Ilir (OI) untuk terus
memproses secara hukum, pengaduan mahasiswa yang disampaikan melalui
laporan polisi nomor TAL/D/B-308/X/2011/SUMSEL/RES/OI, tertanggal 11
Oktober 2011, sekitar pukul 11.36 WIB, atas dugaan penganiayaan terhadap
9 mahasiswa Unsri, tersebut. "Kejadian ini sifatnya situasional
belaka, bukan memang keberadaan mahasiswa saat itu, mengancam
keselamatan gubernur," tukas Mulyadi.
Sebelumnya puluhan
mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsri beberapa waktu lalu
menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor Pemprov Sumsel dengan
tuntutan pencopotan jabatan terhadap oknum pemukulan.
Presiden
Mahasiswa (Presma) BEM Unsri, Dedi Susanto menjelaskan, aksi demonstrasi
yang digelar pihaknya, dilakukan untuk menuntut keadilan atas dugaan
tindak kriminal, berupa penganiayaan.
Menanggapi kejadian
tersebut, Asisten I bidang pemerintahan, Setda Pemprov Sumsel, Mukti
Sulaiman menyatakan, permintaan maafnya kepada mahasiswa atas perlakuan
yang tidak menyenangkan dari 2 oknum saat iring-iringan patwal beberapa
waktu lalu. "saya minta maaf bila tindakan mereka berlebihan," tutupnya.
Sumber : KabarIndonesia.com
Selengkapnya...
Minggu, Oktober 16, 2011
Walhi Sumsel galang dana pulihkan sungai Musi
Sabtu, Oktober 15, 2011
Ekologi Sumsel Dinilai Darurat
Melanie merasa bangga sebagai kaum muda dan masyarakat yang bisa mencintai dan peduli lingkungan.“Alangkah baiknya kalau kita cinta lingkungan, dimulai dari bagaimana menjaga lingkungan di sekitar rumah kita sendiri. Bagaimana kita bicara menanam sejuta pohon,kalau di rumah kita saja gersang,”ungkapnya.
Terkait pelaksanaan SEA Games yang bakal diselenggarakan di Kota Palembang, Melanie bangga karena Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah pesta olahraga se-Asia Tenggara tersebut. “Bangga sekali dongdengan Palembang. Karena daerah ini dipercaya menjadi tempat pelaksanaan SEA Games.Berbicara prestasi atlet Indonesia, saya yakin mereka akan memberikan yang terbaik bagi negara ini.
Kalah menang adalah hal biasa, tapi spirit memberikan yang terbaik bagi negara patut kita dukung,” tukasnya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat mengatakan, berbagai kegiatan menyambut HUT Walhi bakal dilaksanakan selama dua pekan ke depan.Termasuk, pameran foto yang akan dilaksanakan di kawasan Kambang Iwak dan diskusi tentang satwa dan lingkungan yang diselenggarakan di Universitas IBA Palembang.
“Kosep yang diinginkan adalah Walhi Goes to Public,bagaimana kampanye lingkungan hidup yang kami lakukan dapat diinternalisasi oleh masyarakat,” tukasnya. Terkait gencarnya proses pembangunan yang dilakukan Pemkot Palembang menjelang SEA Games, menurutnya, pemerintah tidak mengesampingkan kaidah-kaidah lingkungan.“ Yang kita ingin jangan sampai pemerintah sendiri yang menabrak aturan dalam melakukan pembangunan,” kata dia.
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/435727/37/ Selengkapnya...
Melanie Subono: Saya Konsen Pelestarian Lingkungan
Melanie Subono,
artis yang juga Sahabat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi),
menanam pohon trembesi di kantor sekretariat organisasi forum LSM itu di
Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (13/10/2011).
"Saya konsen terhadap kelestarian lingkungan, karena itu mari bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi," kata Melanie Subono.
Melanie
menjelaskan, sebenarnya tidak susah berkontribusi terhadap kelestarian
lingkungan, antara lain dengan menjaga kebersihan juga merupakan bentuk
partisipasi nyata. Setiap orang membuang sampah pada tempatnya merupakan
salah satu bentuk partisipasi menjaga lingkungan dari bencana ekologi.
Bencana
ekologi dan kemacetan lalu lintas yang saat ini terjadi hampir di
setiap kota besar termasuk Palembang, merupakan bukti bahwa kepedulian
terhadap lingkungan semakin rendah. Setiap pribadi tentunya
berkontribusi terhadap permasalahan tersebut, karena itu perlu
bersama-sama bekerja nyata dengan menjaga kelestarian lingkungan.
Melanie hadir di Palembang dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Walhi ke-31 di Sumsel.
Selain menanam pohon, Melanie
juga menampilkan sejumlah tembang di hadapan puluhan personel Sahabat
Walhi di Palembang bersama para tamu dan undangan lainnya.
Perayaan
ulang tahun Walhi tersebut dilaksanakan di sebuah kafe di kawasan
Kambang Iwak Palembang yang juga dimeriahkan pembacaan puisi lingkungan
hidup serta penampilan band lokal.
Walhi Sumsel dalam
kesempatan ini, juga memberikan penghargaan pada media, yaitu LKBN
ANTARA Biro Sumsel dan RRI Palembang, karena dinilai berperan nyata
dalam mendukung kampanye pemulihan lingkungan hidup di daerahnya melalui
pemberitaannya.
Penghargaan juga diberikan kepada kalangan individu yang dinilai peduli pada kelestarian lingkungan di daerah ini.
Sumber :http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/melanie-subono-saya-konsen-pelestarian-lingkungan.html
Selengkapnya...
Melanie Subono Himbau Masyarakat Agar Peduli Lingkungan
Tak hanya menganjurkan untuk melakukan penanaman pohon, Melanie juga
meminta agar masyarakat rajin menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Putri promotor kondang Adrie Subono, Melanie Subono,
himbau masyarakat untuk peduli lingkungan. Bersama LSM Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Palembang, Melanie khusus datang
untuk menanam pohon trembesi di kantor sekretariat organisasi forum LSM
itu di Palembang, Sumatera Selatan, Kamis, 13 Oktober.
"Aku konsen terhadap kelestarian lingkungan," kata Melanie. "Karena itu
mari bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi."
Sebagai bentuk nyata, Melanie meminta agar masyarakat mengutamakan
kebersihan lingkungan sekitar. Menurut mantan istri Radja Simatupang
itu, menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya adalah salah
satu usaha untuk menjaga lingkungan dari bencana ekologi.
Kehadiran Melanie tersebut berkaitan dengan perayaan ulang tahun WALHI
Sumsel ke-31. Selain menanam pohon, Melanie juga menampilkan sejumlah
tembang di hadapan puluhan personil Sahabat Walhi di Palembang bersama
para tamu.
Sumber :http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00011995.html
Selengkapnya...
Banjir Juga Oleh Manusia
PALEMBANG,
--- Banjir, tampaknya akan menjadi sesuatu hal yang akrab dialami
masyarakat Kota Palembang. Pasalnya, banjir bukan hanya disebabkan
faktor alam. Tetapi, juga faktor manusia. Kebiasaan buruk manusia yang
tidak menghiraukan keberlangsungan ekosistem lingkungan.
Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumsel, Anwar Sadad mengatakan,
jika Kota Palembag rawan banjir itu menjadi suatu keniscayaan.
"Terjadinya banjir ini bukan harus dilihat dari iklim saja. Tetapi harus
dilihat dari lingkungan yang saat ini telah terdegradasi akibat
pembangunan yang tanpa memperdulikan tata ruang", ujarnya di Kantor
Walhi Sumsel, kemarin (13/10).
Palembang merupakan suatu kota yang menjadi daerah serapan air terbaik, karena memiliki daerah rawa. "Jumlah rawa di Kota Palembang saat ini sudah banyak berkurang. Dahulu terdapat 22 ribu hektare daerah rawa. Namun, saat ini hanya terdapat 6.000 hektare rawa yang ada di Kota Palembang", ungkapnya. Terjadinya degradasi lingkungan tersebut, ditegaskan Anwar diperparah dengan mental masyarakat yang terus melakukan penghancuran terhadap rawa yang tanpa memperdulikan lingkungan. "Rawa ini ada beberapa jenis yakni rawa konservasi, reklamasi dan budidaya", katanya. Menurut Sadad, pembenahan ekosistem sangat penting, terutama soal memastikan tata ruang dan perlindungan-perlindungan terhadap rawa yang masih ada. Sementara itu, Melanie Subono, aktris juga pemerhati lingkungan yang kemarin hadir di kantor Walhi Sumsel mengungkapkan, jika terjadinya banjir maka yang harus disalahkan itu bukanlah orang lain tapi diri sendiri. "Jangan saling menyalahkan. Kita harus menyalahkan diri sendiri karena akibat kita inilah ekosistem menjadi rusak", katanya.
Sumber : Sumatera Ekpres
|
Melanie Subono tanam trembesi di halaman kantor Walhi
Palembang - Melanie Subono, artis yang juga Sahabat
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), menanam pohon trembesi di
kantor sekretariat organisasi forum LSM itu di Palembang, Sumatera
Selatan, Kamis.
"Saya konsen terhadap kelestarian lingkungan, karena itu mari
bersama-sama menanam pohon sebagai simbol menjaga ekologi," kata dia.
Melanie menjelaskan, sebenarnya tidak susah berkontribusi terhadap
kelestarian lingkungan, antara lain dengan menjaga kebersihan juga
merupakan bentuk partisipasi nyata.
Setiap orang membuang sampah pada tempatnya merupakan salah satu
bentuk partisipasi menjaga lingkungan dari bencana ekologi, ujar dia.
Menurut dia, bencana ekologi dan kemacetan lalu lintas yang saat ini
terjadi hampir di setiap kota besar termasuk Palembang, merupakan bukti
bahwa kepedulian terhadap lingkungan semakin rendah.
Setiap pribadi tentunya berkontribusi terhadap permasalahan
tersebut, karena itu mari bersama-sama bekerja nyata dengan menjaga
kelestarian lingkungan, kata dia lagi.
Melanie hadir di Palembang dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Walhi ke-31 di Sumsel.
Selain menanam pohon, Melanie juga menampilkan sejumlah tembang di
hadapan puluhan personel Sahabat Walhi di Palembang bersama para tamu
dan undangan lainnya.
Perayaan ulang tahun Walhi tersebut dilaksanakan di sebuah kafe di
kawasan Kambang Iwak Palembang yang juga dimeriahkan pembacaan puisi
lingkungan hidup serta penampilan band lokal.
Walhi Sumsel dalam kesempatan ini, juga memberikan penghargaan
kepada kalangan media massa, yaitu LKBN ANTARA Biro Sumsel dan RRI
Palembang, karena dinilai berperan nyata dalam mendukung kampanye
pemulihan lingkungan hidup di daerahnya melalui pemberitaannya.
Penghargaan juga diberikan kepada kalangan individu yang dinilai peduli pada kelestarian lingkungan di daerah ini
Sumber : www.Antaranews.com
Selengkapnya...
Sabtu, Oktober 08, 2011
1.200 Ha Lahan Pertanian Terancam Hilang
Direktur Walhi Sumsel itu mengatakan, selain menurunkan alat berat yang merusak tanaman padi, perusahaan itu juga melibatkan aparat untuk menakuti warga. Tujuannya agar bisa mengganggu kenyamanan penduduk, sehingga warga tersebut memilih pindah ke lokasi lain. ”Kami tahu negara melalui Undang-undang No 22 juga mengatur perlindungan lahan pangan berkelanjutan.
Itu sebabnya kami hadir dan mengadukan nasib ke Komisi II DPRD Sumsel dengan harapan bisa mendapatkan kembali lahan warga,”tuturnya. Kemudian, sambung Sadat, hasil dari dengar pendapat di Pemprov Sumsel,yang dihadiri Kepala BPN (Badan Pertanahan Negara) Sumsel pada 26 September lalu, ternyata diketahui bahwa PT SAML tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU).
Sehingga Sadat yakin lahan yang sudah diusahakan warga secara turun menurut itu bisa di-enclave. Sementara, Sekretaris Forum Petani Nusantara Sukirman mengungkapkan, pada awalnya tanah tempat mereka hidup adalah Lahan APL (Areal Penggunaan Lain). Namun sejak tahun 1980, banyak warga yang datang dari Jawa dan mulai bercocok tanam di lahan areal APL yang banyak hama dan binatang buas. Akhirnya u lahan yang mereka sejak tahun 2005 itu menghasilkan.
Namun anehnya,ujar Anwar Sadat,pada 2007 turun izin prinsip PT SAML dan menurunkan alat berat saat padi sedang berisi. ”Kami sempat mengalami kerugian besar ketika alat beras merusak padi kami yang sedang bunting (berisi).Namun, kami sempat melakukan perlawanan demi mempertahankan padi kami,”ungkap Sukirman.
Menyikapi permasalahan tersebut, Sekretaris Komisi II DPRD Sumsel Saifurrahman mengatakan,dewan sudah menerima keluhan yang disampaikan warga. Untuk itu dewan akan berusaha mewujudkan harapan petani di Air Sugihan OKI. ”Hal pertama yang akan kami lakukan yakni berkerja sama dengan Komisi I karena masih menyangkut lahan,”kata dia. Namun, karena ini merupakan lahan pertanian tanaman pangan, Komisi II perlu ikut campur.
Sebab,akan sangat merugikan jika lahan pangan pertanianinibergantidenganlahan perkebunan.“Terlebih bila melihat kondisi krisis pangan yang terjadi saat ini,”katanya. Tentang intimidasi masih terus berlangsung, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu membenarkan masih kerap terjadi.
Meskipun pada 2008–2009 sempat tidak ada intimidasi karena perusahaan tidak melakukan aktivitas, sejak 2010 sampai sekarang, terjadi lagi aktivitas sehingga mengganggu lahan warga
Sumber : Seputar Indonesia Selengkapnya...
Inasoc Belum Antisipasi Banjir di Venue SEAG
Palembang merupakan kota yang rentan banjir, dan Jakabaring dibangun di bekas rawa-rawa.
Kamis, Oktober 06, 2011
Floods Expected At Palembang SEA Games Venue, Says Environment Group
Its official Hadi Jatmiko said that the South Sumatran capital had a history of flooding during the wet season and last year alone, Palembang was hit by floods 48 times.
Worse still was the fact that the centerpiece of the Games, the sprawling Jakabaring Sports City, sits on what was formerly swampland, Hadi told english daily Jakarta Globe in its exclusive report Thursday.
"South Sumatra is approaching the end of a long dry season, and according to the BMKG (the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency) the rainy season will start at the end of October. Flooding is expected at the SEA Games venue," he was qouted as saying.
Hadi said Walhi had vehemently opposed the construction of the stadium for the international sports event because it believed the construction would worsen flooding in the city.
Hadi advised the local government to get ready for some major flooding.
Meanwhile Imam Hendargo of Indonesia's Environment Ministry said Jakabaring Sports City, could not have been built without prior analysis of its environmental impact.
Meanwhile the director of the center for climate change and air quality at the BMKG, Edvin Aldrian, confirmed that the rainy season would start in October or November in Palembang.
"I don't know exactly what preparations they have made. It can be handled through man-made rivers, but I don't know what their plans are to anticipate the rainy season," he said.
With just over one month until the Games, organisers are struggling to finish preparations in time and several venues in Palembang, such as the athletics stadium, aquatics centre and baseball field are still far from finished, the report said.
Flood Warning At Games Venues
Hadi Jatmiko, from the Palembang branch of the Indonesian Forum for the Environment (Walhi), told the Jakarta Globe on Wednesday that the South Sumatran capital had a history of flooding during the wet season. This year, the rainy season is due to hit the region later this month.
Worse still, Hadi said, was the fact that the centerpiece of the Games, the sprawling Jakabaring Sports City, sits on what was formerly swampland.
“South Sumatra is approaching the end of a long dry season, and according to the BMKG [the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency] the rainy season will start at the end of October,” Hadi said. “Flooding is expected at the SEA Games venue. Last year alone, Palembang was hit by floods 48 times. It was an ecological disaster.”
Hadi said Walhi had vehemently opposed the construction of the stadium for the international sports event because it believed the construction would worsen flooding in the city.
“They built the stadium on a swamp area without regard to the Environmental Impact Analysis [Amdal] or Bylaw No. 5 from 2008 about swamps.” He said the bylaw required developers to leave parts of the area as swampland and to construct buildings with foundations that allowed the swamp to function as a water catchment area.
Hadi advised the local government to get ready for some major flooding.
“The government must make sure it has a stand-by [search and rescue] team to help with the evacuation when the city is inundated, and it must improve the drainage system by building retention ponds immediately,” the activist said.
Imam Hendargo, the Environment Ministry’s deputy for spatial planning, said Jakabaring Sports City, could not have been built without prior analysis of its environmental impact.
“It’s a big project on many hectares, so the Amdal should be one of the requirements to be met,” Imam said.
But he was not sure whether an Amdal had been conducted as the matter was in the hands of a local committee formed by the governor there.
Meanwhile, Edvin Aldrian, the director of the center for climate change and air quality at the BMKG, confirmed that the rainy season would start in October or November in Palembang.
Like Hadi, Edvin also questioned whether the city was anticipating heavy rains.
“The problem is that those areas are swamps and lie very low, just five to seven meters above sea level,” Edvin said.
“I don’t know exactly what preparations they have made. It can be handled through man-made rivers, but I don’t know what their plans are to anticipate the rainy season.”
With just over one month until the Games, organizers are struggling to finish preparations in time. Several venues in Palembang, such as the athletics stadium, aquatics center and baseball field are still far from finished.