Menyulap Jakabaring
BERKUNJUNG ke Palembang tanpa mengitari kawasan Jakabaring serasa belum lengkap. Apalagi, sebagai kawasan pusat olahraga dan kawasan ekonomi ekslusif, kawasan yang berada di bagian selatan kota Palembang ini memiliki daya tarik yang luar biasa.
Kondisi Jakabaring saat ini sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi sekitar 1970-an saat kawasan ini mulai dibuka.Saat itu, persisnya tahun 1972 hingga sebelum pembebasan lahan, kawasan Jakabaring masih hutan belukar dan berawa. Jakabaring tak ubahnya sebagai kawasan pedesaan. Ratusan warga yang menetap disana, menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam di huma, dan menangkap ikan. Saat itu hampir setiap jengkal lahan di Jakabaring dimanfaatkan secara produktif oleh masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan kota terus dilakukan. Pada 1995,Pemkot Palembang melalui Kepala Dinas PU-nya saat itu, Eddy Santana Putra bersama pengusaha Amien Mulia melakukan pembebasan lahan untuk persiapan Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVI.Saat itu Sumsel akan menggelar hajatan besar sebagai tuan rumah PON ke XVI. Kondisinya hampir tidak berbeda dengan saat ini, dimana pemerintah akan menggelar SEA Games. Pemerintah terus menggenjot pembangunan berbagai venues,sarana dan prasarana untuk menunjang kesuksesan pelaksanaan PON mulai dilakukan.
Jakabaring telah menjelma menjadi kawasan yang metropolis. Mulai dari perumahan PTI, atlet, venue-venue, hingga pembangunan kompleks Stadion Gelora Sriwijaya yang berstandar internasional, semuanya tersedia. “Kalau melihat grande desain pembangunan belum mantap.Artinya, pembangunan seharusnya memperhatikan resapan air sehingga ke depan kemungkinan banjir dapat dihindarkan. “Memang kita tidak menutup mata terhadap pembangunan kawasan Jakabaring ini. Lahan yang kita bangun ini adalah daerah resapan air.Sangat berbahaya jika tidak ditanggulangi,” ujar Rizal di Palembang kemarin.
Menurut Rizal, dipastikan air yang tidak akan teresap oleh kawasan tersebut mencapai 1 juta kubik karena lahan ditimbun. Untuk itulah, guna menampung air tersebut pihaknya membuat kolam atau waduk seluas 40 ha dengan kedalaman 5 meter. Di mana, daya tampung kolam tersebut bisa mencapai 2 juta kubik sehingga semua air hujan bisa tertampung. “Masyarakat tidak perlu khawatir akan banjir karena kita melakukan penimbunan kawasan Jakabaring. Sebab, untuk menampung air kita buatkan kolam yang nantinya sekaligus digunakan untuk venues jet ski lebar 200 meter dan panjang 1,2 km dengan daya tampung air mencapai 2 juta kubik,” ujar Rizal.
Saat ini kolam tersebut tengah dilakukan pengerukan untuk menampung air di kawasan Jakabaring. Untuk melakukan pengerukan, dibutuhkan waktu sekitar 6–7 bulan. Dengan begitu, ketika kolam tersebut telah selesai, kekhawatiran masyarakat tidak akan terjadi. Apalagi, nantinya semua venues akan terhubung dengan saluran drainase ke waduk tersebut. Kepala Dinas PU Pengairan Provinsi Sumsel Rusdi mengatakan, selain membuat waduk yang dapat menampung air mencapai 2 juta kubik,nantinya pihaknya juga menyiapkan mesin penyedot di setiap venue.
Dengan begitu, jika saluran drainase tidak berfungsi dapat segera dilakukan penyedotan sehingga hanya dalam waktu beberapa menit genangan air sudah dapat diatasi. “Drainase ini sangat penting dan terhubung dari satu venue ke venue lain.Dengan begitu,air yang ada dapat mengalir ke waduk dan sebagian lain terserap,”kata dia. Untuk mengendalikan kondisi air di dalam waduk dalam kondisi tertentu,pihaknya juga akan membuat lima pintu air.Dengan begitu, jumlah air yang ada dapat dijaga sehingga banjir dapat dihindarkan. Dia juga memastikan,seluruh lokasi venues tidak akan terendam banjir karena dibangun lebih tinggi daripada kawasan lain.
“Teknologi ini sudah dipikirkan jauh-jauh hari.Apalagi,daerah yang akan kita bangun merupakan rawa. Sangat perlu dilakukan antisipasi. Jadi, dengan adanya waduk yang sekaligus sebagai venues jet ski tersebut diharapkan dapat menjadi jawaban untuk mengatasi banjir,”tukas dia. Project Manager PT Prambanan Dwipaka Tedjo Kuntjoro menambahkan, daerah Jakabaring adalah rawa dan rentan banjir. Untuk itulah,guna mengantisipasi banjir, dilakukan penimbunan untuk meninggikan tanah. Dengan begitu, dipastikan tidak akan tergenang air pada saat hujan turun. “Kita terus melakukan penimbunan agar tanah untuk venues dapat lebih tinggi,” ujarnya.
Dia membeberkan,untuk tribune akan ditinggikan mencapai 30 cm dari jalan utama. Sementara, track lintasan akan lebih tinggi,yakni 40 cm dan akan setara dengan tanah di stadion Jakabaring. “Sebelum melakukan peninggian, kita terlebih dahulu melakukan survei. Dari hasil survei, kita menyebutkan tanah di lokasi ini memang harus ditinggikan untuk mengantisipasi banjir, karena jika tetap pada posisi semula akan sangat rentan jika hujan turun dengan deras,”kata Tedjo. Setelah dilakukan peninggian tanah, akan dilanjutkan dengan pengerjaan struktur yang saat ini masih menunggu pengadaan besi.
Sedikitnya dibutuhkan sekitar 20.000 ton besi, diperkirakan pekan kedua Oktober sudah akan sampai beserta pekerja tambahan sebanyak 100 orang. “Pengerjaan struktur ini diperkirakan akan memakan waktu tiga bulan.Memang proses ini yang agak lama karena fondasi. Setelah itu akan lebih mudah.Yang penting pembangunan selesai tepat waktu,” ujar dia.
Banjir Mengancam Jakabaring
PALEMBANG – Sejak penyelenggaraan PON XVI pada 2004,kawasan Jakabaring mulai dikenal di luar Kota Palembang.Ditambah lagi,di kawasan ini terdapat Stadion Gelora Jakabaring,markas klub Sriwijaya FC,klub papan atas Indonesia.
Sebelum disulap menjadi kawasan olahraga, dahulu kawasan Jakabaring terkenal angker. Bahkan, tak jarang warga kota Palembang menyebut kawasan ini sebagai “tempat jin buang anak” untuk menggambarkan betapa terbelakangnya kawasan ini. Sekitar 1990-an hingga awal 2000-an, sebagian besar kawasan Jakabaring berupa kawasan rawa dan semak belukar. Pada awal 1990-an, di kawasan ini memang sempat digelar event motocross tingkat nasional, di kawasan yang sekarang menjadi lokasi Polresta Palembang dan DPRD Kota Palembang. Namun, setelah pagelaran usai, lokasi tersebut dibiarkan begitu saja hingga menjadi padang rumput.
Karena daerahnya yang sebagian besar rawa,di kawasan ini atau lebih luas lagi kawasan seberang ulu jarang terjadi banjir.Sebab,daerah resapan airnya masih banyak. Namun, seiring banyaknya pembangunan gedung di kawasan ini,lambat laun kawasan ini menjadi salah satu kawasan langganan banjir.
Sekitar 2003, saat giat-giatnya pembangunan venues untuk PON, terjadi banjir di kawasan ini.Pada awal tahun ini, banjir kembali melanda kawasan yang berdasarkan cerita dari mulut ke mulut merupakan singkatan dari nama sejumlah suku yang mendiami kawasan ini, yakni Jawa, MinangKabau, Batak, dan Komering. Telah banyak perkembangan pembangunan di daerah resapan air tersebut. Sejumlah kantor pemerintahan dan swasta, perumahan, hingga kawasan olahraga berdiri di kawasan yang dilintasi Jalan Gubernur HA Bastari ini.
Ditambah, sebagai salah satu kota penyelenggara event olahraga negara Asia Tenggara SEA Games XXVI 2011, pemerintah kembali menggenjot pembangunan di kawasan ini. M a k i n banyaknya pembangunan tentu saja membuat kawasan tangkapan air di daerah tersebut makin menipis. Dengan kondisi yang ada, banyak pihak khawatir akan terjadinya banjir di kawasan Sport City Jakabaring. Pasalnya, dari 700 ha lahan di kawasan ini, setengahnya atau sekitar350hasaatinimulaiditimbun untuk pembangunan sejumlah venues,seperti venues atletik,kolam renang,voli pantai,tenis,golf,wisma atlet. Otomatis,dengan adanya penimbunan, air terserap hanya b e b e r a p a persen.
Seleb i h n y a , sekitar 1 juta kubikairtidak akan teresap sehingga membuat daerah tersebut rawan banjir. Untuk itulah, perlu dilakukan antisipasi guna menghindari kekhawatiran yang membuat kawasan tersebut terendam banjir jika tidak ditanggulangi dengan tepat. Untuk itulah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut,misalnya membuat kolam retensi khusus dan penanaman pohon di kawasan Jakabaring. Kepala Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumsel Rizal Abdulah mengakui, untuk pembangunan venues di kawasan Jakabaring harus dilakukan penimbunan yang sangat banyak, yakni mencapai 1 juta kubik dengan luas lahan mencapai 350 ha.
Lahan yang ditimbun juga bukan lahan sembarangan yang tidak ada pengaruhnya, melainkan daerah resapan air. Jika hujan, kawasan inilah yang berfungsi sebagai penampungan air. Untuk itulah, pihaknya mengantisipasi terjadinya banjir dengan berbagai upaya yaitu melakukan penimbunan. “Memang kita tidak menutup mata terhadap pembangunan kawasan Jakabaring ini. Lahan yang kita bangun ini adalah daerah resapan air.Sangat berbahaya jika tidak ditanggulangi,” ujar Rizal di Palembang kemarin. Menurut Rizal, dipastikan air yang tidak akan teresap oleh kawasan tersebut mencapai 1 juta kubik karena lahan ditimbun.
Untuk itulah, guna menampung air tersebut pihaknya membuat kolam atau waduk seluas 40 ha dengan kedalaman 5 meter. Di mana, daya tampung kolam tersebut bisa mencapai 2 juta kubik sehingga semua air hujan bisa tertampung. “Masyarakat tidak perlu khawatir akan banjir karena kita melakukan penimbunan kawasan Jakabaring. Sebab, untuk menampung air kita buatkan kolam yang nantinya sekaligus digunakan untuk venues jet ski lebar 200 meter dan panjang 1,2 km dengan daya tampung air mencapai 2 juta kubik,” ujar Rizal.
Saat ini kolam tersebut tengah dilakukan pengerukan untuk menampung air di kawasan Jakabaring. Untuk melakukan pengerukan, dibutuhkan waktu sekitar 6–7 bulan. Dengan begitu, ketika kolam tersebut telah selesai, kekhawatiran masyarakat tidak akan terjadi. Apalagi, nantinya semua venues akan terhubung dengan saluran drainase ke waduk tersebut. Kepala Dinas PU Pengairan Provinsi Sumsel Rusdi mengatakan, selain membuat waduk yang dapat menampung air mencapai 2 juta kubik,nantinya pihaknya juga menyiapkan mesin penyedot di setiap venue.
Dengan begitu, jika saluran drainase tidak berfungsi dapat segera dilakukan penyedotan sehingga hanya dalam waktu beberapa menit genangan air sudah dapat diatasi. “Drainase ini sangat penting dan terhubung dari satu venue ke venue lain.Dengan begitu,air yang ada dapat mengalir ke waduk dan sebagian lain terserap,”kata dia. Untuk mengendalikan kondisi air di dalam waduk dalam kondisi tertentu,pihaknya juga akan membuat lima pintu air.Dengan begitu, jumlah air yang ada dapat dijaga sehingga banjir dapat dihindarkan. Dia juga memastikan,seluruh lokasi venues tidak akan terendam banjir karena dibangun lebih tinggi daripada kawasan lain.
“Teknologi ini sudah dipikirkan jauh-jauh hari.Apalagi,daerah yang akan kita bangun merupakan rawa. Sangat perlu dilakukan antisipasi. Jadi, dengan adanya waduk yang sekaligus sebagai venues jet ski tersebut diharapkan dapat menjadi jawaban untuk mengatasi banjir,”tukas dia. Project Manager PT Prambanan Dwipaka Tedjo Kuntjoro menambahkan, daerah Jakabaring adalah rawa dan rentan banjir. Untuk itulah,guna mengantisipasi banjir, dilakukan penimbunan untuk meninggikan tanah. Dengan begitu, dipastikan tidak akan tergenang air pada saat hujan turun. “Kita terus melakukan penimbunan agar tanah untuk venues dapat lebih tinggi,” ujarnya.
Dia membeberkan,untuk tribune akan ditinggikan mencapai 30 cm dari jalan utama. Sementara, track lintasan akan lebih tinggi,yakni 40 cm dan akan setara dengan tanah di stadion Jakabaring. “Sebelum melakukan peninggian, kita terlebih dahulu melakukan survei. Dari hasil survei, kita menyebutkan tanah di lokasi ini memang harus ditinggikan untuk mengantisipasi banjir, karena jika tetap pada posisi semula akan sangat rentan jika hujan turun dengan deras,”kata Tedjo. Setelah dilakukan peninggian tanah, akan dilanjutkan dengan pengerjaan struktur yang saat ini masih menunggu pengadaan besi. Sedikitnya dibutuhkan sekitar 20.000 ton besi, diperkirakan pekan kedua Oktober sudah akan sampai beserta pekerja tambahan sebanyak 100 orang.
“Pengerjaan struktur ini diperkirakan akan memakan waktu tiga bulan.Memang proses ini yang agak lama karena fondasi. Setelah itu akan lebih mudah.Yang penting pembangunan selesai tepat waktu,” ujar dia.
Siapkan Waduk Multifungsi
PEMERINTAH telah menyiapkan langkah antisipasi untuk mengatasi banjir di sekitar kawasan Sport City Jakabaring. Pemerintah merencanakan pembuatan sebuah waduk yang berfungsi sebagai kolam retensi sekaligus venues dayung dan ski air.Saat ini pemerintah telah menyiapkan dua unit kapal keruk milik PT SAC Nusantara (SACNA) untuk mengeruk waduk.
Dengan dua kapal keruk ini,dalam satu jam,ditargetkan 200–250 meter kubik(m3) tanahberhasilterangkut. Jadi, dari luas lahan sebesar 40 ha, dapat diambil 1,2 juta kubik tanah yang akan ditimbunkan untuk venue voli pantai. Manajer Proyek PT SAC Nusantara (SACNA) Hartono mengatakan, selama ini pengerukan belum bisa dilakukan, mengingat masih ada lahan yang belum diselesaikan. Namun,karena semua lahan sudah dibebaskan, meskipun masih ada yang dalam proses penyelesaian, pengerukan sudah dapat dilakukan. “Satu kapal keruk sudah beroperasi dan satu lagi sedang dalam perakitan karena baru sampai.
Pengerukan ini membutuhkan waktu tujuh bulan dengan pengerukan 200–250 m3 per hari untuk satu kapal keruk,” ujar Hartono saat melakukan peninjauan venues di Jakabaring Sport City Palembang kemarin. Dia mengatakan,waktu maksimal pengerukan dilakukan selama delapan jam per hari.Akan tetapi, agar semua pembangunan dapat selesai tepat waktu, diberlakukan kerja 24 nonstop dan maksimal 20 jam per hari.Namun,untuk sementara pengerjaan baru akan dilakukan selama 16 jam per hari. Dengan begitu, jika satu kapal keruk bias mengangkut 200–250 m3 tanah per jam,pengerukan akan memakan waktu tujuh bulan.
“Pembuatan tanggul untuk menampung tanah yang dikeruk dan dilimpahkan venue voli pantai sudah dilakukan. Setelah tanah terkumpul di venue voli pantai, juga akan dilimpahkan ke venues lainnya yang disalurkan melalui pipa. Untuk kolam, ini hanya butuh pengerukan dengan kedalaman 3 meter, sementara fasilitas pendukung lainnya akan dilakukan bertahap di sekitar kolam,”kata dia. Selain pengerukan, pembuatan lintasan ski air dengan lebar 200 meter dan panjang 1,2 meter saat ini juga sudah dilakukan. Begitu juga dengan saluran pintu air yang akan menghubungkan semua saluran di kawasan Jakabaring.
Hal ini untuk menghindari kawasan tersebut dari banjir yang mengancam.“ Kolam ini akan terhubung dengan pintu air. Dengan begitu, ketika hujan, air akan ditampung mencapai 2 juta kubik sehingga banjir dapat dihindarkan,” kata dia.
Selengkapnya...