Palembang (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Selatan pada hari ulang tahun ke-30, mengajak pemangku kepentingan untuk memulihkan kondisi lingkungan di daerah itu, dengan tetap mengutamakan keselamatan masyarakat.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Selatan (Sumsel), Anwar Sadat, di Palembang, Rabu, menilai kondisi alam di Sumsel saat ini semakin kritis.
"Tema tersebut merupakan turunan dari pusat, yaitu `Pulihkan Indonesia Utamakan Keselamatan Rakyat`," ujar dia pula.
Menurut Sadat, kondisi lingkungan di daerahnya sangat penting untuk diperhatikan, mengingat krisis ekologi akibat perambahan hutan yang terjadi di Sumsel dinilai sudah memprihatinkan.
Ia menyebutkan, dari total luas wilayah daerah itu yang berkisar 7 juta hektare, hanya menyisakan tidak lebih dari satu juta ha kawasan hutan.
Ia menyatakan, di tengah kebijakan pemerintah yang membuka ivestasi seluas-luasnya di bidang pengelolaan hutan dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) semakin masif dan besar pengaruhnya juga dengan kesejahteraan masyarakat.
Dia menjelaskan, sebanyak 6 juta ha yang dikuasai oleh pemilik modal bergerak di bidang pertambangan, perkebunan, dan hutan tanaman industri (HTI).
Ia berharap, untuk menyelamatkan sumber daya alam yang masih tersisa, pejabat pemerintah pemegang kebijakan harus berkomitmen dan mengembangkan solidaritas yang kuat.
Bencana Struktural
Menurut penggiat lingkungan di Sumsel itu, bencana alam yang sering melanda negeri ini merupakan bencana struktural.
"Ini disebabkan masif penebangan hutan, baik yang sah secara hukum maupun melawan hukum," ujar dia.
Ia menambahkan, dengan kondisi alam di Sumsel yang memprihatinkan, tidak menutup kemungkinan peristiwa menimpa warga Papua bisa terjadi di sini.
Hadi Jatmiko, staf Walhi Sumsel menjelaskan, acara ulang tahun itu akan diselenggarakan di kawasan hijau Gedung Olahraga (GOR) Palembang, dengan menggelar berbagai macam kegiatan yang semuanya berkaitan dengan lingkungan hidup serta mimbar bebas.
Menurut dia, sengaja perayaan itu diselenggarakan di GOR Palembang, mengingat daerah itu merupakan salah satu kawasan yang dialihfungsikan oleh pemda setempat menjadi areal perhotelan, restoran, dan pusat kegiatan olahraga.
"Ini merupakan bentuk perlawanan kami atas kebijakan pengalihfungsian kawasan hijau publik di Kota Palembang," ujar dia.
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Selatan (Sumsel), Anwar Sadat, di Palembang, Rabu, menilai kondisi alam di Sumsel saat ini semakin kritis.
"Tema tersebut merupakan turunan dari pusat, yaitu `Pulihkan Indonesia Utamakan Keselamatan Rakyat`," ujar dia pula.
Menurut Sadat, kondisi lingkungan di daerahnya sangat penting untuk diperhatikan, mengingat krisis ekologi akibat perambahan hutan yang terjadi di Sumsel dinilai sudah memprihatinkan.
Ia menyebutkan, dari total luas wilayah daerah itu yang berkisar 7 juta hektare, hanya menyisakan tidak lebih dari satu juta ha kawasan hutan.
Ia menyatakan, di tengah kebijakan pemerintah yang membuka ivestasi seluas-luasnya di bidang pengelolaan hutan dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) semakin masif dan besar pengaruhnya juga dengan kesejahteraan masyarakat.
Dia menjelaskan, sebanyak 6 juta ha yang dikuasai oleh pemilik modal bergerak di bidang pertambangan, perkebunan, dan hutan tanaman industri (HTI).
Ia berharap, untuk menyelamatkan sumber daya alam yang masih tersisa, pejabat pemerintah pemegang kebijakan harus berkomitmen dan mengembangkan solidaritas yang kuat.
Bencana Struktural
Menurut penggiat lingkungan di Sumsel itu, bencana alam yang sering melanda negeri ini merupakan bencana struktural.
"Ini disebabkan masif penebangan hutan, baik yang sah secara hukum maupun melawan hukum," ujar dia.
Ia menambahkan, dengan kondisi alam di Sumsel yang memprihatinkan, tidak menutup kemungkinan peristiwa menimpa warga Papua bisa terjadi di sini.
Hadi Jatmiko, staf Walhi Sumsel menjelaskan, acara ulang tahun itu akan diselenggarakan di kawasan hijau Gedung Olahraga (GOR) Palembang, dengan menggelar berbagai macam kegiatan yang semuanya berkaitan dengan lingkungan hidup serta mimbar bebas.
Menurut dia, sengaja perayaan itu diselenggarakan di GOR Palembang, mengingat daerah itu merupakan salah satu kawasan yang dialihfungsikan oleh pemda setempat menjadi areal perhotelan, restoran, dan pusat kegiatan olahraga.
"Ini merupakan bentuk perlawanan kami atas kebijakan pengalihfungsian kawasan hijau publik di Kota Palembang," ujar dia.
0 komentar:
Posting Komentar