PALEMBANG - Organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, menilai hutan di Indonesia kondisi kerusakannya semakin parah, kata Zulfahmi, pada talkshow yang digelar di kawasan hijau Kambang Iwak Palembang, Sabtu.
Menurut juru kampanye Greenpeace pada talkshow itu, secara global setiap tahunnya 1,8 juta hektare (ha) hutan di Indonesia terdekradasi, akibat aktifitas penebangan hutan sekala besar.
Adapun untuk wilayah Sumatera, berdasarkan pantauannya dari udara dalam tiga bulan terakhir, hampir setiap tempat terdapat aktifitas penebangan dalam jumlah besar, katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak tahu pasti apakah itu legal atau melawan hukum. Namun, legal tidak bisa hanya memandang dari selembar kerta saja. Padahal itu harus dipastikan dengan melihat apakah aktifitas tersebut mematuhi taturan atau tidak.
Ia mencontohkan, kawasan gambut dengan kedalaman tiga meter lebih apabila dikonversi merupakan praktek melawan hukum.
Ia menyayangkan, dari bentuk penggundulan hutan di negeri ini, tidak ada tindakan satupun dari pemerintah guna menyelamatkan kondisi alamnya.
Sebagai bukti, tahun 2008-2009 merupakan periode di mana pemerintah memberikan izin atas pengelolaan hutan secara besar-besaran. Jadi pertanyaan besar, kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu).
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat yang juga menjadi nara sumser dalam talkshow tersebut menyampaikan, hingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh hutan tanaman industri (HTI) serta konversi hutan alam menjadi suatu perkebunan, sudah di luar ambang batas.
"Sebagai bukti, dari 3,7 juta hektare hutan di Sumsel atau 3,4 persen dari luas hutan di Indonesia, sudah mulai menipis. Hal itu disertai dengan peningkatan bencana alam yang menimpa di daerah tersebut, baik tanah longsor dan banjir," katanya.
Kegiatan yang digelar Greenpeace bekerjasama dengan Walhi Sumsel, Wahana Bumi Hajau beserta komunitas fotografer dan pewarta foto Palembang itu, sebagai wujud peduli lingkungan guna melibatkan masyarakat luas.
Dalam kegiatan itu, mereka juga memajang foto-foto berkaitan dengan kondisi hutan alam di Sumatera khususnya Sumsel yaitu, kawasan hutan Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.
Hutan Merang merupakan penyangga hutan di Sumsel yang kondisinya semakin terkikis oleh aktifitas penebangan, dan juga konversi menjadi area perkebunan kelapa sawit.
Menurut juru kampanye Greenpeace pada talkshow itu, secara global setiap tahunnya 1,8 juta hektare (ha) hutan di Indonesia terdekradasi, akibat aktifitas penebangan hutan sekala besar.
Adapun untuk wilayah Sumatera, berdasarkan pantauannya dari udara dalam tiga bulan terakhir, hampir setiap tempat terdapat aktifitas penebangan dalam jumlah besar, katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak tahu pasti apakah itu legal atau melawan hukum. Namun, legal tidak bisa hanya memandang dari selembar kerta saja. Padahal itu harus dipastikan dengan melihat apakah aktifitas tersebut mematuhi taturan atau tidak.
Ia mencontohkan, kawasan gambut dengan kedalaman tiga meter lebih apabila dikonversi merupakan praktek melawan hukum.
Ia menyayangkan, dari bentuk penggundulan hutan di negeri ini, tidak ada tindakan satupun dari pemerintah guna menyelamatkan kondisi alamnya.
Sebagai bukti, tahun 2008-2009 merupakan periode di mana pemerintah memberikan izin atas pengelolaan hutan secara besar-besaran. Jadi pertanyaan besar, kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu).
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat yang juga menjadi nara sumser dalam talkshow tersebut menyampaikan, hingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh hutan tanaman industri (HTI) serta konversi hutan alam menjadi suatu perkebunan, sudah di luar ambang batas.
"Sebagai bukti, dari 3,7 juta hektare hutan di Sumsel atau 3,4 persen dari luas hutan di Indonesia, sudah mulai menipis. Hal itu disertai dengan peningkatan bencana alam yang menimpa di daerah tersebut, baik tanah longsor dan banjir," katanya.
Kegiatan yang digelar Greenpeace bekerjasama dengan Walhi Sumsel, Wahana Bumi Hajau beserta komunitas fotografer dan pewarta foto Palembang itu, sebagai wujud peduli lingkungan guna melibatkan masyarakat luas.
Dalam kegiatan itu, mereka juga memajang foto-foto berkaitan dengan kondisi hutan alam di Sumatera khususnya Sumsel yaitu, kawasan hutan Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.
Hutan Merang merupakan penyangga hutan di Sumsel yang kondisinya semakin terkikis oleh aktifitas penebangan, dan juga konversi menjadi area perkebunan kelapa sawit.
Artikel Terkait:
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar