MUARABELITI – Bupati Musi Rawas (Mura) H Ridwan Mukti membekukan
(menutup) jalur angkutan minyak mentah di Kecamatan Rawas Ilir. Hal ini
dilakukan untuk meredam konflik yang terjadi di kawasan itu.
“Pembekuan ini dimaksudkan
untuk mencari solusi yang terbaik agar tidak terjadi konflik antara
masyarakat,kepolisian, dan perusahaan,” ujar Ridwan saat menggelar rapat
darurat di pendopoan rumah dinasnya kemarin. Dia meminta pihak
perusahaan segera melakukan pembuatan pipanisasi pengangkutan minyak
mentah,agar jangan sampai menimbulkan konflik di
masyarakat.Sebab,pengangkutan minyak menggunakan angkutan darat memang
tidak dibenarkan, meskipun tidak ada undang-undang yang melarangnya.
Tindakan
penutupan ini selaras dengan hasil rapat yang dilakukan Presiden
bersama para gubernur, wali kota/ bupati, Kapolda dan Pangdam seluruh
Indonesia beberapa waktu lalu.Dalam kesempatan itu, presiden meminta
setiap kepala daerah menjaga stabilitas politik dan ketahanan pangan di
daerah. Artinya, setiap ada masalah yang berpotensi konflik HAM di
masyarakat segera kepala daerah mengambil tindakan terkait.
“Pembekuan
ini sematamata untuk menghindari konflik. Sebab, jika berlarut-larut
akan meluas ke daerah lainnya dan akan menimbulkan konflik HAM di
masyarakat.Apalagi, konflik antara masyarakat dan aparat kepolisian
pasti bersumber dengan pihak perusahaan,” katanya. Dia meminta para
pengusaha tidak khawatir dengan keputusan ini. Sebab, kebijakan tersebut
diambil untuk mencegah kerugian yang lebih besar. “Pembekuan ini untuk
pengangkutan minyak mentah dan tidak merugikan perusahaan apakah sumur
minyaknya akan berkurang jika dibekukan pengangkutannya,” ungkap Ridwan.
Selain itu, Pemkab Mura mengharapkan peran serta aktif
masyarakat menjaga situasi yang ada.Sebab,Pemkab Mura senantiasa
melakukan pembangunan dan membuka akses di Kecamatan Rawas Ilir.
Secepatnya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait melakukan tender
perbaikan kawasan jalan di Rawas Ilir. Dia mengatakan dalam waktu dekat
akan turun ke Rawas Ilir dan berdialog dengan masyarakat untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Meskipun saat kejadian pemblokadean
jalan,wakil bupati, sekretaris daerah (sekda), dan asisten sudah turun
ke lapangan menyelesaikan masalah yang ada.
“Silakan masyarakat
berdialog dengan saya di pendopoan rumah dinas. Saya sambut demi
kepentingan masyarakat,” tuturnya. Sementara itu,Kepala Bagian (Kabag)
Humas Effendi Fery mengatakan, pembekuan kawasan minyak di Rawas Ilir
untuk mencegah konflik di masyarakat dan tindakan pembekuan tidak
mempengaruhi iklim investasi di masyarakat. “Pembekuan mulai efektif
dilakukan seusai rapat ini dan dibuat surat tembusan ke aparat
kepolisian dan TNI sehingga diketahui secara umum,”tuturnya.
Sebelumnya
sejumlah warga melakukan pemblokadean jalan dari jalan Rawas Ilir
hingga Muara Rupit. Pemblokadean jalan dilakukan karena warga marah
akibat jalan yang ada rusak akibat aktivitas perusahaan pertambangan dan
perkebunan.
Artikel Terkait:
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar