Sukirman (40) di salah satu kegiatan yang diadakan Walhi Sumsel |
Palembang.(News). Di tundanya pertemuan penyelesaian
konflik agrarian di sumatera selatan beberapa hari lalu (selasa 17/1), secara
sepihak oleh Pemerintah sumsel, telah
menimbulkan rasa kecewa terhadap petani dari 17 desa yang berasal dari
MUBA dan OKI.
Hal ini diungkapkan oleh Sukirman
salah satu perwakilan warga desa Nusantara OKI di Sekretariat Walhi Sumsel “
Penundaan kemarin memberikan Isyarat kepada kami, bahwa Pemerintah sumsel tidak
serius untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi rakyatnya”. Kata kirman
yang di iyakan oleh warga lainnya.
Menurut kirman “Harusnya
pemerintah berpikir juga dengan jarak desa kami dengan palembang yang jauh, dan otomatis memakan
biaya besar, karena pembatalan ini warga harus menyisihkan uangnya kembali
untuk membiayai 10 orang dari kami yang ditunjuk sebagai perwakilan dalam
pertemuan”
Dijelaskan Kirman, untuk menuju
desa nusantara tempat tinggal mereka, jalan satu satunya harus menggunakan
transportasi sungai dengan jarak tempuh mencapai 9 jam dengan biaya tranportasi
p/p sebesar 150 ribu rupiah, maka kalo ditotalkan untuk biaya berangkat 10
orang sebesar 1.5 Juta.
“ Jalan darat hancur mas, tidak bisa
dilewati oleh kendaraan apapun, kami seperti hidup di negara yang belum merdeka”
kata syaiful ketua Forum Komunikasi Petani desa Nusantara Bersatu (FKPNB) coba
melengkapi pernyataan kirman.
Sekedar meninformasikan Desa Nusantara merupakan salah satu desa yang sedang
berkonflik dengan PT. SAML yang bergerak di perkebunan kelapa sawit. Konflik ini
dimulai sejak tahun 2008, saat masyarakat tahu bahwa 1.200 hektar lahan persawahan
yang telah bertahun tahun di kelolah oleh masyarakat, diklaim oleh perusahaan
masuk sebagai lahan HGU perusahaan.
Kini petani desa nusantara telah berada di Sekretariat Walhi Sumsel, mereka
datang untuk memenuhi kembali undangan pertemuan penyelesaian konflik Agraria,
yang kemarin telah di jadwalkan ulang oleh Pemerintah Propinsi Sumsel melalui
Wakil gubenur Eddy yusuf pada Jumat Besok (20/1). Mereka berharap dalam
pertemuan besok pemerintah tidak lagi membohongi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar