SUKARAMI - Hujan yang mengguyur Kota Palembang pada
Kamis malam mengakibatkan ratusan rumah di Kecamatan Kelurahan Sukodadi
Kecamatan Sukarami dan Kecamatan Alang-Alang Lebar terendam banjir.
Bahkan ketinggian banjir mencapai 130 centimeter (cm). Tak hanya itu,
banjir juga menyebabkan banyak kendaraan utamanya sepeda motor yang
mogok. Selain sejumlah ruas jalan, gedung sekolahpun tak luput dari
genangan air hingga terpaksa meliburkan siswanya sampai kondisi air
surut.
Seperti terjadi di SD Negeri 156 Palembang. SDN yang beralamat di Jalan Lukman Idris, Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami, Palembang ini terpaksa meliburkan siswanya karena kedalaman air mencapai 1 meter. Akibat banjir ini, sebanyak 1.288 siswanya terpaksa diliburkan hingga kondisi air surut.
Pantauan wartawan koran ini, pagi kemarin Jumat (9/11) tidak ada aktivitas belajar mengajar disini. Sementara ruang kelas tertutup dan sejumlah berkas tampak sedang dijemur karena terndam banjir. Di halaman sekolah tampak anak-anak asyik berenang sambil mencari ikan.
“Sudah biaso banjir ini sejak 8 tahun lalu, tapi ini banjir yang paling besak, jadi tepakso siswa libur sampe air surut,” terang penjaga SDN 156, Harnawansyah, yang tengah sibuk membersihkan ruang kelas.
Sementara itu, Kepala SDN 156 Palembang, Sumratul Ani, melalui Staf Tata Usaha, Erlangga Saputra mengatakan, pihak sekolah sudah mengusulkan dengan Dinas Pendidikan baik itu Kota Palembang maupun Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, untuk mencarikan solusi atas masalah banjir yang kerap terjadi.
Namun, kata dia, sampai saat ini usulannya belum ada tanggapan, hanya ada beberapa kali Dinas Pendidikan mengecek ke sekolah. “Kami ajukan proposal terus, tapi belum ada tanggapan,” kata Erlangga.
“Akibat banjir ini, sebanyak 36 rombongan belajar dan 16 kelas dengan jumlah murid 1.288 orang terpaksa diliburkan hingga air surut. Otomatis siswa kami ketinggalan pelajar, nah untuk kelas 6, karena sebentar lagi akan ujian maka diberi les tambahan,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Disdikpora Kota Palembang, Drs H Riza Fahlevi mengatakan, banjir yang melanda SD 156 ini memang banjir lokal yang sudah langganan karena kultur tanah.
Sebelumnya juga sudah sempat dilakukan perbaikan kondisi saluran air (gorong-gorong, red) yang mengarah pada sekolah tersebut, namun karena memang kondisi tanahnya yang berada di atas rawa selalu rawan banjir. Saat ini sejumlah sekolah inpres yang berdiri diatas tanah rawa atau sawah sudah dilakukan usulan untuk perbaikan.
“Sudah kita usulkan untuk ditimbun bagi sekolah inpers diatas sawah atau rawa menggunakan dana CSR agar sekolah terhindar dari banjir,” ujarnya.
Terkait kondisi sekolah yang terpaksa diliburkan, Riza menghimbau pada guru atau kepala sekolah untuk meliburkan siswa hingga kondisi sekolah memungkinkan untuk belajar kembali, tapi siswa juga harus tetap diberikan pelajaran dirumah atau dicarikan tempat lain untuk menampung siswa agar tetap bisa belajar. Jika tak memungkinkan sekolah pagi bisa diusahakan sekolah sore.
“Jangan sampai siswa dirugikan dengan alasan banjir, kondisi belajar mengajar harus tetap berlangsung,” imbuhnya.
Mengenai jumlah sekolah yang terendam banjir, bukan hanya SDN 156 saja yang diketahui banjir, melainkan ada juga di sekitaran Kertapati, Sukarami, Merah Mato, Sungai Lais. Pihaknya juga berharap agar sekolah yang kondisi dan letaknya berpotensi terkena banjir agar berkoordinasi dengan pihak kecamatan atau kelurahan setempat untuk membersihkan kondisi selokan atau aliran air lainnya. Agar tidak berpotensi menyebabkan banjir.
* Butuh Tiga Pompa
Memasuki musim penghujan sekarang, beberapa ruas Jalan Protokol di Palembang terkadang tergenang dengan air hujan. Hal itu sering memicu terjadinya kemacetan. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Sumber Daya Air Kota Palembang tercatat ada sebanyak 43 lokasi genangan air yang menjadi langganan tergenang. Kawasan terbanyak berada di Kecamatan Ilir Timur II.
Rinciannya, Kecamatan Ilir Timur II 12 lokasi, Ilir Timur I terdapat 6 lokasi, Kalidoni sebanyak 3 lokasi, Sako ada 1 lokasi. Lalu, Kemuning terdapat 3 lokasi, Ilir Barat I ada 4 lokasi dan Seberang Ulu II 2 lokasi.
“Biasanya genangan air itu terjadi pada jalan-jalan protokol seperti Jl Jenderal Sudirman depan Hotel Sintera, Jalan Basuki Rahmat Simpang Polda, Jalan R Sukamto depan RM Pindang Meranjat dan lainnya,” ujar Kepala Dinas PU BM dan PSDA Kota Palembang, Dharma Budhy.
Di lokasi itu ketinggian air bisa mencapai 15-30 cm. Daerah tersebut memang menjadi langganan tergenang air, tetapi pihaknya telah berupaya mengantisipasinya dengan melakukan pembersihan drainase dan beberapa kolam retensi. Dalam mengatisipasi banjir, pihaknya telah menyiapkan tujuh pompa air.
Menurut Budhy, berdasarkan masterplan penanggulangan banjir yang dibuat Institut Teknologi Bandung, Kota Palembang membutuhkan satu pompa besar di Muara Sungai, tepatnya di pertemuan Sungai Bendung dan Sungai Musi. Tetapi biayanya sangat mahal sekitar Rp 60 miliar.
“Namun saat ini kita tengah mengajukan tiga pompa tambahan untuk tahun depan. Kondisi pompa yang kita miliki saat ini kondisinya baik. Pengoptimalan kerja pompa air bisa menjadi solusi untuk mengatasi genangan air,” jelasnya.
Selain itu, terang Budi, pihaknya telah menyiagakan petugas sebanyak 12 petugas yang langsung berada di lokasi mesin untuk menjaga apabila volume air hujan sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman yang lalu, pihaknya sering melakukan dan menggalakkan kembali program kali bersih (Prokasih) di setiap Kecamatan di Kota Palembang, yakni dengan membersihkan anak Sungai Musi yang merupakan salah satu faktor untuk mengalirkan air secara alami.
“Nah, tahun ini pun kita gencar melakukannya dibantu dengan TNI dan masyarakat,” pungkasnya.
* Puncak Curah Hujan Terjadi Desember-Januari
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten Palembang, memprediksi musim hujan tahun ini berlangsung hingga awal Mei 2013 mendatang. Untuk puncak curah hujan bulanan bakal terjadi pada Desember-Januari mendatang. Sementara terkait hujan yang mengguyur Kota Palembang dua hari terakhir tergolong hujan ekstrim khususnya yang terjadi pada Kamis malam, curah hujannya mencapai 214 Milimeter (MM) pada hujan normal curah hujan 20-50 MM perhari.
Kepala Stasiun BMKG, M Irdham, melalui Kasi Observasi dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Indra Purna mengatakan, hujan yang terjadi pada Kamis malam sejak pukul 07.00 WIB-02.00 WIB dini hari kemarin merupakan kategori hujan sangat lebat alias ekstrim yang biasanya terjadi setahun dua kali.
“Curah hujan kemarin malam diatas 100 MM hingga 200 MM lebih. Yang terukur di Kenten 111 MM dan di Talang Betutu 214 MM, hujan sangat lebat ini terjadi karena ada perputaran angin (Eddy) di sebelah utara Kota Palembang yakni di Laut Cina Selatan,” jelas Indra, dibincangi diruang kerjanya, kemarin (9/11).
Dampak dari perputaran angin di sebelah utara Kota Palembang inilah yang berdampak terjadinya hujan lebat di Kota Palembang, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung. “Tapi saat ini dampaknya hanya Palembang saja,” imbuhnya.
Kendati curah hujan sudah masuk kategori ekstrim, namun kecepatan angin masih dalam kondisi normal yakni 10 -15 knot atau setara 20-3- km/jam sementara suhu udara berada pada suhu minimum 24 derajat suhu maksimum 33,8 derajat celcius.
Musim hujan ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat Kota Palembang untuk waspada banjir. “Potensi banjir sangat besar, karena Palembang datarannya rendah dan drainasenya buruk,” imbaunya.
* Bakal Panggil PU BM
Hujan yang mengguyur Kota Palembang akhir-akhir ini telah membuat sejumlah jalan maupun pemukiman warga tergenang. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari DPRD Kota Palembang. Bahkan, wakil rakyat tersebut bakal memanggil PU Bina Marga untuk mencarikan jalan terbaik dari permasalahan tersebut.
Demikian dikatakan Ketua Komisi III DPRD Kota Palembang M Hidayat, kemarin. Menurut politisi Partai Golkar ini, masalah bajir memang menjadi salah satu fokus perhatian dewan dalam pembahasan anggaran. Terlebih setelah meilihat langsung kondisi metropolis selama dua hari diguyur hujan, sudah membentuk banyak genangan.
“Agar kondisinya tidak bertambah parah, dalam waktu dekat Komisi III akan memanggil PU BM. kita ingin mempertanyakan masalah titik banjir yang kian banyak. Serta upaya apa saja yang akan dilakukan PU BM untuk menanggulanginya,” ujar Dayat.
Selain itu, lanjut Dayat, dalam APBD Kota Palembang tahun 2013 yang akan dibahas, diharapkan ada anggaran untuk penanggulangan banjir. “Saat ini kita memang belum menerima draf anggaran tahun 2013 dari pemerintah Kota Palembang. Namun, dari informasi yang kita dapat, untuk tahun 2013 mendatang PU BM akan mendapatkan anggaran hingga Rp 120 miliar lebih. Tetapi kita belum tahu rincian dana tersebut, dan kita berharap ada anggaran untuk penanggulangan banjir di Palembang,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dayat menghimbau kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali kebiasaan gotong royong, dan membersihkan selokan dan lainnya. “Kalau perlu camat maupun lurah ikut mengontrol kegiatan sosial tersebut. Selain itu, pemerintah juga bisa mengintruksikan kepada pemilik ruko untuk tidak mengecor lahan parkirnya, tetapi cukup dengan memasang con blok. Karena dengan cara ini, ruko tersebut masih menyisahkan daerah serapan air,’ tambahnya.
Sementara itu, warga di RW 03 Kecamatan Sukodadi, Marwan menuturkan, rumah yang terendam banjir di Kecamatan Sukodadi melanda 64 rumah. Selain itu, di Kecamatan AAL. Banjir juga merendam 46 rumah.
“Banjir yang merendam 64 rumah warga di Kelurahan Sukodadi meliputi 80 persen di RT 14 dan 20 persen di RT 3. Padahal hujan deras turun hanya beberapa jam yakni pada pukul 21.00-23.00 WIB ,” kata Ketua RT ini seraya menambahkan banjir tersebut bersifat sporadic, karena air berasal dari kiriman daerah Sukadamai karena pembangunan di kawasan tersebut banyak yang menimbun.
Selain itu, sambung dia, banjir terjadi karena parit yang ada juga sangat sedikit. Bahkan luasnya hanya 2 meter. “Solusi banjir ini adalah dengan pembanguna kolam retensi dan pembuatan parit diperlebar,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di beberapa lokasi, banjir juga terjadi di kawasan Sekip Bendung. Banjir juga merendam puluhan rumah warga. Salah seorang warga, Siti Najemah mengatakan, dia sudah 5 tahun tinggal di Sekip Bendung. “Sudah setiap tahun disini mengalami banjir. Setiap kali hujan deras pasti langsung banjir. Ketika Kamis malam hujan, sekitar pukul 03.00 WIB air mulai masuk ke rumah warga bahkan sudah setinggi lutut,” ujarnya.
Menurutnya, banjir tersebut terjadi karena saluran air (got) yang ada sangat kecil. Sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar. “Banjir tersebut juga disebabkan oleh pembangunan rumah di daerah yang lebih tinggi dilakukan dengan menimbun. Sehingga daerah rendah terkena banjir,” paparnya.
Hal senada diungkapkan, Rohim. Dia menuturkan, banjir terjadi sejak subuh hingga saat ini (red, siang) belum surut. Oleh karena itu, untuk berangkat ke sekolah, dia terpaksa membuka sepatu serta mengangkat celana. “Banjir ini sangat mengganggu warga yang akan keluar rumah,” kata siswa kelas 9 SMP Nurul Iman ini.
sumber : Palembang-pos.com
0 komentar:
Posting Komentar