WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Jumat, November 30, 2012
Walhi Sumsel: Hentikan Alih Fungsi Rawa
Anwar Saddat: Sampah Rumah Tangga Harus Diperhatikan
"Kita harapkan Walhi Sumsel bisa memberikan masukan bagi pembuat kebijakan pembangunan kota. Politik ekologi perlu menjadi bagian dari cara berpikir pembuat kebijakan bagi walikota maupun gubernur," kata Anwar Saddat di sela-sela diskusi soal Bencana Banjir, Solusi Pemecahannya?
Menurut Anwar, arah pembangunan kota memerlukan sebuah acuan menghadapi perkembangan ke depan.
Ledakan penduduk harus menjadi bagian dari perhatian setiap rancangan kebijakan.
Terkait dengan bisnis dan ekonomi, juga harus memperhatikan kaedah lingkungan.
Jangan sampai seperti yang dialami Jakarta, sampai masalah banjir menjadi kompleks dan penanganan semakin rumit.
"Misalnya soal pengelolaan sampah rumah tangga, perlu penangan khusus. Jangan sampai ini menjadi persoalan ke depan. Perlu ada perangkat pengaturan agar sampah rumah tangga tidak menjadi persoalan," kata Anwar Saddat.
Sumber : Sripoku.com
Rabu, November 28, 2012
Pabrik Pulp Mills Raksasa di Sumsel Bahayakan Hutan Alam Sekitar
The Building of PT. OKI Pulp and Paper Mills; Threat to the Indonesian Forest and the People’s Safety.
Logyark PT. Rimba Hutani Mas di Musi Banyuasin |
- Stop the building of PT. OKI Pulp and Paper Mills in Ogan Komering Ilir Regency and the Pulp and Paper Mills in the other Regencies in South Sumatra Province. The reason is that it will threaten the preservation of the forest and the safety of the society, especially in South Sumatra.
- Stop the expansion of HTI license in South Sumatera, because it has contributed to the Damage of the Natural Forest in South Sumatra.
Senin, November 26, 2012
WALHI Sumsel Desak Pangdam II Sriwijaya Tarik Pasukan dari Rengas
Petani Desak Cabut HGU Sawit
Sukirman, salah seorang petani menuturkan, keresahan petani bermula pada tahun 2005 ketika Pemerintah Kabupaten OKI menerbitkan izin prinsip perkebunan kelapa sawit seluas 42 ribu hektare yang tersebar di 18 desa di Kecamatan Air Sugihan untuk PT Selatan Agro Makmur Lestari (SAML).
Keresahan itu kian menjadi begitu begitu diterbitkan HGU oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten OKI empat tahun kemudian. SAML pun berhasil menguasai sawah petani di 17 desa setelah pemilik sawah mau menjual sawahnya dengan uang "tali asih" per hektare sebesar Rp1 juta. Tapi petani yang ingin menanam padi di sawah yang telah dijualnya harus membayar Rp2 juta per hektare.
Pemberian izin lokasi untuk usaha perkebunan kelapa sawit itu mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat yang ikut menyarankan petani agar mau sawahnya diganti rugi. Petani Desa Nusantara yang menolak dikatakan melawan pemerintah. Intimidasi pun datang dari aparat yang kerap mendatangi warga dan menyuruh menjual sawahnya. Luas lahan milik petani Desa Nusantara sekitar 1200 hektar. Jumlah petani DesaNusantara ada sekitar 600 orang.
"Kami mendapat intimidasi dikatakan salah karena tidak mengikuti program pemerintah," kata Sukirman di kantor Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Jakarta, Jumat (23/11).
Dianggap berseberangan dengan pemerintah, Sukirman dan petani lainnya Ahmad Rusman diberhentikan dari Badan Pemusyawaratan Desa (BPD).
"Hanya desa kami yang menolak. Desa lain sudah ditanami," ujar Ahmad.
Staf pengembangan organisasi rakyat Walhi Dedek Chaniago menyebutkan pihaknya bersama Sukirman dan Ahmad telah mendatangi BPN Provinsi Sumatera Selatan pada 2011 lalu. Dikatakan kalau proses terbitnya HGU telah sesuai prosedur. "Namun BPN pusat menyatakan cacat hukum," ujar Dedek.
Pengkampanye hutan dan perkebunan skala besar Eksekutif Nasional Walhi Zenzi Suhadi mengatakan, BPN diduga tidak melakukan kajian terhadap kelayakan pengeluaran HGU dan terjadi suap dalam proses penerbitan HGU tersebut.
"Pertanian padi menjadi pencaharian utama di Desa Nusantara dan 17 desa lainnya.Tiap panen, per hektar sawah di Desa Nusantara bisa menghasilkan beras 4 ton dan mampu menyuplai persediaan pangan bagi Kabupaten OKI dan sekitarnya sampai 4800 ton. Sukses ini ditandai dengan diresmikannya Desa Nusantara sebagai lumbung padi Kabupaten OKI," kata Zenzi.
M. Islah, Pengkampanye Kedaulatan Air dan Pangan Walhi menilai pemerintah kehilangan arah menetapkan program yang harus menjadi prioritas.
"Kami melihat saat ini pemerintah gamang, hilang orientasi mana program yang harus menjadi prioritas. Padahal baik Presiden maupun kementeriannya menyadari bahwa pangan paling penting saat ini," kata Islah.
Sumber : Jurnas.com
Khawatir Lingkungan Rusak, Walhi Sumsel Tolak Pabrik Kertas
PALEMBANG--MICOM: Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi
Sumsel) bersama dengan Koalisi Masyarakat sipil untuk Penyelamatan Hutan
dan Keselamatan Rakyat menolak rencana pembangunan pabrik bubur kertas
di wilayah tersebut.
Pabrik tersebut direncanakan dibangun di kawasan Desa Air Sugihan,
Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumsel.
Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat menilai pembangunan pabrik PT OKI
Pulp and Paper Mills merupakan ancaman bagi hutan Indonesia dan
keselamatan rakyat.
Sumsel memiliki hutan seluas 3,7 Juta hektare. Saat ini luasan hutan yang kondisinya masih baik hanya sekitar 800 Ribu hektare.
"Kerusakan Hutan salah satunya disebabkan oleh pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI)," jelas Sadat.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Sumsel 2012, luas HTI di Sumsel
berjumlah 1.375.312 hektare yang dikuasai oleh 19 perusahaan. Dari
luasan tersebut hanya 944,205 hektare yang efektif untuk tanaman pokok.
Rencana pemerintah untuk membangun pabrik yang digadang-gadang
merupakan terbesar di dunia tersebut oleh perusahaan dengan pembiayaan
100 persen modal asing berdasarkan Surat BKPM No 361/1/IP/PMA/2012
tentang izin Prinsip Penanaman Modal PT OKI Pulp and Paper Mills.
"Rencana akan dibangun di Desa Jadi Mulya dengan luas mencapai
2.800 Hektare, 200 hektara di antaranya untuk Dermaga. Namun, kajian
Amdalnya masih belum diputuskan instansi terkait," tambah Sadat.
Pabrik tersebut nantinya akan memproduksi pulp sebesar 2.000.000
ton/tahun, dengan kebutuhan bahan baku kayu mencapai sedikitnya 8,6 juta
ton/tahun.
Selain itu, ujarnya pembangunan pabrik ini juga diperkirakan akan
semakin meningkatkan konflik agraria di Sumsel yang setiap tahunnya
terus mengalami peningkatan.
Bupati OKI Ishak Mekki, mengatakan pabrik yang akan dibangun di
kawasan desa Air Sugihan Kecamatan Air Sugihan akan menampung banyak
tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat terutama yang
menanam pohon kertas.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumsel Yusrin Effendi mengaku belum
mendapatkan kabar perihal pembangunan pabrik kertas tersebut. Pun dengan
Dinas Penanaman Modal Asing Provinsi Sumsel Permana juga belum
mendapatkan kabar pembangunan pabrik yang merupakan investasi modal
asing.
sumber ; http://m.mediaindonesia.com
Selengkapnya...
Ribuan Hektar Sawah Desa Nusantara Terancam Sawit
SENGKETA LAHAN: PETANI SAWIT MINTA HGU SELATAN AGRO MAKMUR LESTARI DICABUT
Sumber : www.bisnis.com
Lahan padi transmigran direbut perusahaan sawit
Sabtu, November 24, 2012
Sawit, Hama puncak lumbung Padi Desa Nusantara Sumsel
Pak Sukirman Mantan Kaur Desa Nusantara sekaligus Ketua Forum Petani Nusantara Bersatu, menyatakan bahwa kelompok petani transmigrasi di desa nusantara kebupaten OKI provinsi Sumsel, sukses merubah kawasan hutan belantara menjadi kawasan sentra tanaman pangan sejak tahun 1981. Kelompok kamii adalah sisa petani yang bertahan dari bencana kekeringan 1982 dan 1992 yang mengakibatkan kelaparan dan kematian, tidak sedikit juga yang memutuskan pulang ke kampung halamannya di tanah jawah karena tidak kuat menghadapi kesulitan di lokasi transmigrasi yang baru dibuka. Kesuksesan dan kegigihan petani keluar dari krisis dengan mengola tanah tadah hujan dalam kepungan hama babi, gajah dan binatang buas lainnya. . Lahan tadah hujan dengan tingkat keasam tinggi seluas 1200 hektar di Desa Nusantara, oleh 600 kepala keluarga diolah hingga mampu memproduksi beras 4 ton per hektarnya dimana setiap musim tanam dari Desa ini mampu menyuplai persediaan pangan bagi kabupaten OKI dan sekitarnya hingga 4800 Ton. Sukses ini ditandai dengan diresmikannya desa Nusantara sebagai lumbung padi kabupaten OKI oleh Wakil Gubernur Sumsel.
Sejak tahun 2005, menurut Pak Ahmad Rusman selaku sekretaris Forum Petani Nusantara Bersatu, untuk mempertahankan daya produksi padi, petani harus kerja yang lebih keras karena debit air tanah yang jauh menurun akibat perkebunan kelapa sawit yang mencapai 41.000 hektar disekitar kawasan sawah petani. Perkebuan kelapa sawit milik PT. SAML ini mendapat izin prinsip dari Bupati OKI Nomor: 460/1998/BPN/26-27/2005, seluas ±42.000 Ha yang terletak di 18 Desa di Kec. Air Sugihan, bahkan selain harus menghalau hama babi dan tikus, petani juga harus selalu siaga menghalau eksavator eksavator perusahaan perkebunan yang sejak tahun 2007 terus berusaha menggusur kawasan persawaan warga. Ketakutan petani terhadap perubahan lingkungan dan penggusuran berubah menjadi kenyataan kehilangan hak sama sekali setelah BPN mengeluarkan HGU secara sepihak terhadap PT. SAML tahun 2009 seluas 42.000 hektar, sambungnya.
Sedangkan Zenzi Suhadi selaku pengkampanye hutan dan perkebunan skala besar eksekutif nasional WALHI, menilai bahwa kejadian pengeluaran HGU diatas tanah hak milik warga merupakan indikator bahwa proses pengeluaran HGU oleh BPN tidak melalui proses yang benar, ada 2 kemungkinan, yang pertama BPN tidak melakukan kajian terhadap kelayakan pengeluaran HGU ini, atau kemungkinan lain praktek suap mewarnai proses pengeluaran keputusan hak guna usaha ini. Terlepas dari kedua kemungkinan tersebut, BPN bertanggung jawab untuk menghormati dan mematuhi undang undang dimana tanah garapan warga harus dilepaskan dari hak guna usaha pihak lain. Dalam surat izin lokasi Bupati OKI yang menjadi dasar pengeluaran HGU mewajibkan syarat bahwa tanah yang tidak diganti rugi harus enclave dari kawasan perkebunan. Bila terbukti ada tanah dengan status sertifikat hak milik masuk kedalam lokasi HGU yang dikeluarkan kemudian, kepolisian daerah sumsel harus menerapkan pidana terhadap pejabat yang terlibat dalam pengeluaran HGU PT. Selatan agro makmur.nomor : 07 dan 08 tahun 2009.
Menurut M. Islah, Pengkampanye Kedaulatan Air dan Pangan Eksekutif Nasional WALHI, tingginya konversi lahan pertanian pangan sudah menjadi tragedi nasional, paling tidak konversi lahan pertanian mencapai 100.000-150.000 Ha pertahun. Namun hingga kini, belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk melindungi lahan petani dari konversi bagi peruntukan selain pertanian, maupun dari perampasan lahan oleh perkebunan skala besar. Hal ini berdampak pada rawannya kedaulatan pangan bangsa. Karena selain menyebabkan turunnya angka produksi pangan nasional, juga berpindahnya penguasaan lahan pertanian, petani akan menjadi buruh diatas tanahnya sendiri.
Islah, menambahkan bahwa kerjasama antara Kementrian Pertanian dengan Kementerian Transmigrasi, juga dengan Kementrian Kehutanan, menjadi tidak ada artinya jika lahan pertanian pangan transmigran tidak dilindungi. ”adalah Ironi jika menteri pertanianbersusah payah untuk mendapatkan perluasan lahan pertanian baru, sementara lahan pertanian pangan yang sudah ada dibiarkan hilang”.(Walhi)
Jakarta,23 November 2012
(Walhi, KPA, Forum Petani Nusantara Bersatu )
Koalisi Rakyat Tolak Pembangunan Pabrik Kertas Oki Pulp and Paper
Jumat, November 23, 2012
Sawah Tergusur Sawit, Petani Minta Cabut HGU
Kamis, November 22, 2012
Pembagunan Pabrik PT. OKI Pulp and Paper Mills ; Ancaman bagi Hutan Indonesia dan keselamatan Rakyat.
- Stop rencana pembangunan Pabrik PT. OKI Pulp dan Paper Mills di kabupaten Ogan Komering Ilir dan Pabrik pulp dan paper mills yang ada di Kabupaten lainnya di Propinsi Sumatera Selatan. Karena hanya akan mengancam Kelestarian hutan dan keselamatan Rakyat khususnya di Sumatera Selatan.
- Hentikan ekspansi perizinan Hutan Tanaman Industri di Sumatera Selatan karena telah berkontribusi terhadap Kerusakan Hutan alam di Sumatera selatan.
Selasa, November 20, 2012
Banjir di Sumsel akibat Akumulasi Krisis Lingkungan
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatra Selatan (Walhi Sumsel) menilai
banjir yang melanda Kota Palembang serta Sumsel lima tahun terahir
merupakan akumulasi krisis lingkungan.
Krisis lingkungan tersebut, karena telah berkurangnya penyangga air
yang berada di sembilan anak Sungai Musi. Hal tersebut disebabkan oleh
tindakan alih fungsi lahan serapan yang berada di hulu sungai.
Kepala Devisi Pengorganisasian Walhi Sumsel Hadi Jatmiko, saat ini
kiriman air dari seluruh anak sungai musi yang berada di Kota Palembang
serta Sumsel belum masuk ke Sungai Musi.
"Jika air dari anak sungai sudah sampai ke Sungai Musi, tak terlekan
lagi Palembang terancam karam ditambah lagi dengan musim pasang pada
akhir tahun," jelasnya.
Ia menjelaskan, saat ini curah hujan di Sumsel masih dalam tahap
hujan sedang. " Hujan sedang di perkirakan akan berlangsung hingga Maret
2013," imbuhnya.
Hadi mencontohkan, lebih dari seratus anak sungai musi berada di
Palembang. Sementara drainase yang berada di kawasan barat Palembang
akan bermuara ke kawasan Sungai Bendung yang berada di Sekip Raya.
" Mangkanya sangat penting pemerintah melakukan revitalisasi
terhadap sungai Bendung mengingat anak sungai yang ada di Palembang
sekarang telah berkurang menjadi 60 buah", tegasnya.
Sementara itu Asisten Bidang Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumsel
Najib menjelaskan, banjir yang melanda Sumsel lebih dikarenakan letak
geografis Sumsel yang sebagian besar merupakan dataran rendah dengan
curah hujan lebih tinggi.
Sumber : Media Indonesia
Selengkapnya...
Sabtu, November 17, 2012
Tuntut Kesetaraan Hukum
Masih kata dia, ratusan hektare lahan hutan suaka yang digarap oleh perusahaan perkebunan, sama sekali tidak mendapat tindakan dari penegak hukum, baik oleh BKSDA maupun oleh Petugas Polres Muba. “Sebaliknya warga yang hanya menggarap lahan 2 hektare untuk kebutuhan hidup, langsung ditangkap aparat. Kalau memang kawasan hutan suaka margasatwa harus dilingdungi, semuanya harus dilibas, jangan pilih kasih,”katanya.
Demo berakhir dengan penyerahkan berkas pelanggaran hukum yang perlu ditindaklanjuti. Berkas diterima oleh Kapolres Muba AKBP Toto Wibowo melalui Kabag OPS Polres Muba AKP Rahmat Sihotang.
Selanjutnya masa bergerak menuju gedung DPRD Muba. Para perwakilan dari peserta demo yakni Zaki, M Nur Jakfar, Anwar Sadat diterima oleh Komisi III DPRD Muba Yakni Astawillah, Damsi Ucin, Robinson Malian dan Hery Kusmayadi.“Sebenarnya ranah persoalan warga ini adalah Komisi II bukan Komisi III. Namun karena tidak ada anggota dewan lainnya , dan rasa tanggungjawab, kita siap menampung aspirasi warga, yang nantinya akan kita teruskan ke komisi II dan Ketua DPRD Muba,”ujar Robinson.
Ketua AMAN, M Nur Jakfar dari Desa Dawas menuturkan kondisi petani di Muba kian terhimpit. Pasalnya, lahan sudah dikavling perusahaan perkebunan, pertambangan dan kehutanan terjadi tumpang tindih. “Tidak ada pemetaan yang akurat sehingga rakyat yang jadi korban. Belum lagi banyak izin perusahaan yang tidak sesuai,” beber M Nur Jakfar yang sudah melaporkan masalah tersebut sampai ke pemerintah pusat. Sementara janji pemerintah pusat dan daerah akan menurunkan tim terpadu hingga kini belum terealisasi.
Stop Penangkapan Petani
Massa yang didampingi Walhi Sumsel itu berasal dari Kecamatan Keluang,Batang Hari Leko, Tungkal Jaya, dan Bayung Lencir. Mereka mendatangi Polres dan DPRD Muba menggunakan belasan truk sambil membawa spanduk yang menyuarakan keadilan lahan yang berpihak kepada rakyat, bukan perusahaan. Aparat penegak hukum diminta tidak lagi menangkapi warga yang berkebun karena ingin menyambung hidup.
Di sisi lain, para cukong pembalakan liar justru dibiarkan, termasuk dugaan pelanggaran hukum pemanfaatan kawasan hutan oleh perusahaan perkebunan dan illegal logging. Aksi massa membuat Jalan Kol Wahid Udin ditutup dan diarahkan ke tempat lain. Massa meneriakkan “land reform”sebagai bentuk kebijakan yang berpihak kepada masyarakat di bidang pertanahan. Aksi berjalan tertib dan diterima Bag Ops Polres Muba AKP Rahmat Sihotang. Setelah itu, massa melakukan long march ke Gedung DPRD Muba.
Dalam pertemuan dengan anggota Dewan,Ketua AMAN M Nur Jakfar dari Desa Dawas menuturkan, kondisi petani kian terhimpit. Pasalnya, banyak lahan sudah dikaveling perusahaan perkebunan, pertambangan, dan kehutanan, sehingga terjadi tumpang tindih, tidak ada lagi untuk masyarakat. Pada kesempatan itu, anggota DPRD Muba Robinson, selaku pimpinan rapat, siap menampung semua aspirasi warga untuk disampaikan kepada Komisi II yang membidangi masalah tersebut.
Selasa, November 13, 2012
Banjir di Palembang Akibat Kebijakan yang Tidak Perhatikan LH
Tuntaskan Masalah Banjir
Tidak hanya mengganggu kenyamanan, banjir juga telah merugikan banyak hal,baik ekonomi,pendidikan, maupun jalur transportasi. “Dalam berbagai bencana ekologi yang ada,termasuk banjir, sudah jelas masyarakat yang menanggung akibatnya. Sementara, penyebab sesungguhnya adalah kebijakan atau perizinan- perizinan yang merusak kelangsungan hidup tidaklah pernah disentuh,”cecarnya.
Menurut dia,penyebab banjir yang tidak tuntas diatasi pemerintah saat ini di antaranya minimnya ruang terbuka hijau (RTH), alih fungsi rawa secara masif dan tidak efektifnya keberadaan drainase. Belum lagi berbagai kegiatan usaha yang tidak pernah memerhatikan lingkungan hidup semakin memicu terjadinya banjir di Kota Palembang “Kami mendesak Pemkot Palembang agar segera mencari solusi untuk mengantisipasi banjir,dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan di perkotaan,”tukasnya.
Kepala Satker Nonvertikal Tertentu (SNVT) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera VIII Provinsi Sumsel Tagore Ramlan memastikan,segera dibangun kolam retensi di simpang Bandara SMB II, seluas 2 hektare untuk mengatasi banjir di daerah itu.“Pengerjaan pembangunan kolam retensi ini direncanakan dilakukan awal 2013.Kita harap ganti rugi lahannya dapat disegerakan,” kata dia kemarin.
Pembuatan kolam retensi di kawasan ini dinilai sangat mendesak, mengingat tikungan di kawasan tersebut kerap dilanda banjir. Dengan dibangunnya kolam retensi di kawasan itu, dipastikan banjir dapat dikurangi.“ Apalagi lokasi tersebut strategis sebagai akses menuju bandara,”ujarnya. Terpisah,Ketua Komisi III DPRD Kota Palembang M Hidayat menilai, banjir yang terjadi di Kota Palembang tidak sepenuhnya disebabkan aktivitas penimbunan rawa untuk pembangunan mal, ruko, dan perumahan.
“Itu disebabkan beberapa drainase yang ada tersumbat.Untuk itulah,peran aktif masyarakat dibutuhkan, terutama bergotong-royong membersihkan aliran drainase,” ungkapnya. Adapun Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) No 5/2008 tentang Rawa, yang dicabut beberapa waktu lalu,kini sudah disahkan.
Pengesahan putusan dicetuskan Pansus XVI DPRD Kota Palembang. Alotnya putusan Perda Rawa ini lantaran harus dikaji dengan beberapa pertimbangan,salah satunya penimbunan rawa reklamasi harus ditimbun dengan pasir bukan tanah. “Kita perlu mempertimbangkan kepentingan rakyat. Kita tidak mau hal yang telah diputuskan akan berdampak buruk,”katanya.
Koica Kaji Penyebab Banjir
Terpisah,Kepala Dinas PU Cipta Karya (PUCK) Rizal Abdullah mengatakan, untuk mengatasi banjir yang terjadi di Kota Palembang,saat ini Korea Internasional Cooperation Agency (Koica) tengah melakukan kajian untuk membentuk master plan pencegah banjir. “Jika master plan-nya sudah selesai pada 2013, implementasi atau pengerjaan di lapangan akan kita laksanakan pada 2014.Kita harapkan,pada 2015 banjir yang terjadi di Kota Palembang dapat sepenuhnya teratasi,” ujar Rizal di ruang kerjanya kemarin.
Agar permasalahan banjir dapat teratasi dengan baik dan cepat, Rizal mengaku, pada 2013 pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran melalui APBN sebesar Rp40 miliar, yang nantinya dibagikan ke 15 kabupaten/kota dalam wilayah Sumsel.“Selain anggaran dari pemerintah pusat,pemerintah provinsi maupun kabupaten/- kota juga menyiapkan dana pendamping. Untuk provinsi sekitar Rp1,2 miliar,”tutur dia.
Rizal menuturkan,banjir di Kota Palembang ini di antaranya disebabkan pembangunan yang tidak memedulikan drainase. Jadi, air yang sebelumnya tertampung dengan baik menjadi meluap dan menggenangi jalan maupun permukiman warga. “Kebanyakan saat ini pembangunan lebih didahulukan, baru drainase. Padahal, yang benar itu sebelum melakukan pembangunan, terlebih dahulu kajian dan pembuatan drainase dilakukan.
Dengan begitu, saat terjadi hujan,air dapat mengalir dengan baik menuju sungai,”kata dia. Berdasarkan data Dinas PUBM dan PSDA Kota Palembang, hingga saat ini terdapat 43 titik yang menjadi langganan banjir saat turun hujan. Kawasan yang menjadi langganan banjir tersebut yaitu 12 titik di Kecamatan Ilir Timur II,6 titik di Ilir Timur I, 3 titik di Kalidoni,1 titik di Sako,4 titik di Ilir Barat I, dan 2 titik di Seberang Ulu II.
Sementara, di jalan protokol yang menjadi langganan banjir yaitu Jalan Jenderal Sudirman depan Hotel Sintera, Jalan Basuki Rahmat simpang Polda, Jalan R Sukamto depan Rumah Makan Pindang Meranjat,serta beberapa akses menuju permukiman, seperti Jalan Mayor Salim Batubara, Jalan Pipa Reja, Jalan Seduduk Putih,dan Jalan Sukabangun II.
KBM SDN 156 Berangsur Normal
Setelah sempat diliburkan tiga hari lantaran ruang kelasnya terendam banjir, kemarin ribuan siswa SDN 156 Palembang sudah kembali melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara normal.Meski begitu,di beberapa kelas siswa masih terlihat sibuk membersihkan sisa-sisa banjir. Ditemui di sekolahnya kemarin, Kepala SDN 156 Palembang Sumratul mengatakan, masalah banjir yang merendam puluhan sekolah ini sudah sering mereka adukan ke pemerintah kota hingga DPRD.
Namun, mereka harus kembali sabar karena perbaikan baru akan dianggarkan pada 2013. “Sudah tujuh kali kami melaporkan masalah ini.Terakhir ke DPRD langsung. Kami diminta sabar sampai 2013 karena perbaikan baru dapat dilakukan menggunakan dana tuntas,” tutur Sumratul. Karenatakpunya pilihanlain, pihaksekolahpunpasrahdengan kondisi yang ada, termasuk menjelang musim penghujan seperti ini.
Hanya, agar bukubuku pelajaran dan arsip tidak terendam seperti banjir empat hari lalu, mereka mulai mengamankanarsipdanbuku- buku ke tempat-tempat yang lebih tinggi agar terhindar dari banjir.
Senin, November 12, 2012
Apa Artinya Penghargaan Adipura Jika Palembang Masih Banjir
“Apa artinya penghargaan Adipura dan penghargaan-penghargaan yang diterima selama ini, jika masyarakat sengsara akibat dilanda banjir,” ujar Koordinator Unjukrasa, Gita yang datang bersama rombongan beberapa saat lalu.
Ia kemudian menjelaskan, saat ini hampir seluruh warga Kota Palembang resah dengan bencana ekologi berupa banjir yang tersebar hampir di seluruh wilayah kota. Tidak hanya mengganggu kenyamanan, banjir juga telah merugikan banyak hal di masyarakat. Kerugian secara ekonomi akibat perabotan rumah tangga yang rusak, anak sekolah harus diliburkan, terhambatnya arus lalu lintas di jalan, dan berbagai kerugian lainnya harus ditanggung masyarakat.
“Dalam berbagai bencana ekologi yang ada, termasuk banjir, sudah jelas masyarakat yang menanggung akibatnya. Sementara penyebab sesungguhnya adalah kebijakan atau perizinan-perizinan yang merusak kelangsungan hidup, tidaklah pernah disentuh,” jelasnya.
Di Kota Palembang sendiri, lanjutnya, minimnya ruang tata hijau (RTH), alih fungsi rawa secara massif, tidak efektifnya keberadaan drainase termasuk kolam retensi dan sampah menjadi pemicu banjir permanen, jika tidak segera diatasi. Belum lagi berbagai kegiatan usaha seperti hotel, mal, rumah sakit, perkantoran, perumahan dan lainnya dipastikan hampir seluruhnya tidak memperhatikan lingkungan hidup.
“Salah satu kasus alih fungsi rawa di Kota Palembang untuk pembangunan ruko adalah yang terjadi di lingkungan warga Lorong Pabrik Gelas, Kalidoni. Akibat yang ditimbulkan sudah jelas banjir yang selalu dialami masyarakat di sana,” sebut Gita.
Karena itu lanjutnya, melalui unjukrasa tersebut pihaknya mendesak Pemkot Palembang agar segera mencari solusi untuk mengantisipasi banjir di kota ini dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan di perkotaan. Seperti, perluasan RTH, konversi rawa yang tersisa, memperbaiki sistem drainase, membangun pengelolaan sampah berbasis komunitas, serta dengan tegas menindak atau mencabut izin usaha yang tidak memperhatikan lingkungan.
sumber : palembang.tribunnews.com
Sabtu, November 10, 2012
Palembang ‘Dikepung’ Banjir
Seperti terjadi di SD Negeri 156 Palembang. SDN yang beralamat di Jalan Lukman Idris, Kelurahan Sukodadi Kecamatan Sukarami, Palembang ini terpaksa meliburkan siswanya karena kedalaman air mencapai 1 meter. Akibat banjir ini, sebanyak 1.288 siswanya terpaksa diliburkan hingga kondisi air surut.
Pantauan wartawan koran ini, pagi kemarin Jumat (9/11) tidak ada aktivitas belajar mengajar disini. Sementara ruang kelas tertutup dan sejumlah berkas tampak sedang dijemur karena terndam banjir. Di halaman sekolah tampak anak-anak asyik berenang sambil mencari ikan.
“Sudah biaso banjir ini sejak 8 tahun lalu, tapi ini banjir yang paling besak, jadi tepakso siswa libur sampe air surut,” terang penjaga SDN 156, Harnawansyah, yang tengah sibuk membersihkan ruang kelas.
Sementara itu, Kepala SDN 156 Palembang, Sumratul Ani, melalui Staf Tata Usaha, Erlangga Saputra mengatakan, pihak sekolah sudah mengusulkan dengan Dinas Pendidikan baik itu Kota Palembang maupun Dinas Pendidikan Provinsi Sumsel, untuk mencarikan solusi atas masalah banjir yang kerap terjadi.
Namun, kata dia, sampai saat ini usulannya belum ada tanggapan, hanya ada beberapa kali Dinas Pendidikan mengecek ke sekolah. “Kami ajukan proposal terus, tapi belum ada tanggapan,” kata Erlangga.
“Akibat banjir ini, sebanyak 36 rombongan belajar dan 16 kelas dengan jumlah murid 1.288 orang terpaksa diliburkan hingga air surut. Otomatis siswa kami ketinggalan pelajar, nah untuk kelas 6, karena sebentar lagi akan ujian maka diberi les tambahan,” pungkasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Disdikpora Kota Palembang, Drs H Riza Fahlevi mengatakan, banjir yang melanda SD 156 ini memang banjir lokal yang sudah langganan karena kultur tanah.
Sebelumnya juga sudah sempat dilakukan perbaikan kondisi saluran air (gorong-gorong, red) yang mengarah pada sekolah tersebut, namun karena memang kondisi tanahnya yang berada di atas rawa selalu rawan banjir. Saat ini sejumlah sekolah inpres yang berdiri diatas tanah rawa atau sawah sudah dilakukan usulan untuk perbaikan.
“Sudah kita usulkan untuk ditimbun bagi sekolah inpers diatas sawah atau rawa menggunakan dana CSR agar sekolah terhindar dari banjir,” ujarnya.
Terkait kondisi sekolah yang terpaksa diliburkan, Riza menghimbau pada guru atau kepala sekolah untuk meliburkan siswa hingga kondisi sekolah memungkinkan untuk belajar kembali, tapi siswa juga harus tetap diberikan pelajaran dirumah atau dicarikan tempat lain untuk menampung siswa agar tetap bisa belajar. Jika tak memungkinkan sekolah pagi bisa diusahakan sekolah sore.
“Jangan sampai siswa dirugikan dengan alasan banjir, kondisi belajar mengajar harus tetap berlangsung,” imbuhnya.
Mengenai jumlah sekolah yang terendam banjir, bukan hanya SDN 156 saja yang diketahui banjir, melainkan ada juga di sekitaran Kertapati, Sukarami, Merah Mato, Sungai Lais. Pihaknya juga berharap agar sekolah yang kondisi dan letaknya berpotensi terkena banjir agar berkoordinasi dengan pihak kecamatan atau kelurahan setempat untuk membersihkan kondisi selokan atau aliran air lainnya. Agar tidak berpotensi menyebabkan banjir.
* Butuh Tiga Pompa
Memasuki musim penghujan sekarang, beberapa ruas Jalan Protokol di Palembang terkadang tergenang dengan air hujan. Hal itu sering memicu terjadinya kemacetan. Berdasarkan data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan Sumber Daya Air Kota Palembang tercatat ada sebanyak 43 lokasi genangan air yang menjadi langganan tergenang. Kawasan terbanyak berada di Kecamatan Ilir Timur II.
Rinciannya, Kecamatan Ilir Timur II 12 lokasi, Ilir Timur I terdapat 6 lokasi, Kalidoni sebanyak 3 lokasi, Sako ada 1 lokasi. Lalu, Kemuning terdapat 3 lokasi, Ilir Barat I ada 4 lokasi dan Seberang Ulu II 2 lokasi.
“Biasanya genangan air itu terjadi pada jalan-jalan protokol seperti Jl Jenderal Sudirman depan Hotel Sintera, Jalan Basuki Rahmat Simpang Polda, Jalan R Sukamto depan RM Pindang Meranjat dan lainnya,” ujar Kepala Dinas PU BM dan PSDA Kota Palembang, Dharma Budhy.
Di lokasi itu ketinggian air bisa mencapai 15-30 cm. Daerah tersebut memang menjadi langganan tergenang air, tetapi pihaknya telah berupaya mengantisipasinya dengan melakukan pembersihan drainase dan beberapa kolam retensi. Dalam mengatisipasi banjir, pihaknya telah menyiapkan tujuh pompa air.
Menurut Budhy, berdasarkan masterplan penanggulangan banjir yang dibuat Institut Teknologi Bandung, Kota Palembang membutuhkan satu pompa besar di Muara Sungai, tepatnya di pertemuan Sungai Bendung dan Sungai Musi. Tetapi biayanya sangat mahal sekitar Rp 60 miliar.
“Namun saat ini kita tengah mengajukan tiga pompa tambahan untuk tahun depan. Kondisi pompa yang kita miliki saat ini kondisinya baik. Pengoptimalan kerja pompa air bisa menjadi solusi untuk mengatasi genangan air,” jelasnya.
Selain itu, terang Budi, pihaknya telah menyiagakan petugas sebanyak 12 petugas yang langsung berada di lokasi mesin untuk menjaga apabila volume air hujan sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman yang lalu, pihaknya sering melakukan dan menggalakkan kembali program kali bersih (Prokasih) di setiap Kecamatan di Kota Palembang, yakni dengan membersihkan anak Sungai Musi yang merupakan salah satu faktor untuk mengalirkan air secara alami.
“Nah, tahun ini pun kita gencar melakukannya dibantu dengan TNI dan masyarakat,” pungkasnya.
* Puncak Curah Hujan Terjadi Desember-Januari
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten Palembang, memprediksi musim hujan tahun ini berlangsung hingga awal Mei 2013 mendatang. Untuk puncak curah hujan bulanan bakal terjadi pada Desember-Januari mendatang. Sementara terkait hujan yang mengguyur Kota Palembang dua hari terakhir tergolong hujan ekstrim khususnya yang terjadi pada Kamis malam, curah hujannya mencapai 214 Milimeter (MM) pada hujan normal curah hujan 20-50 MM perhari.
Kepala Stasiun BMKG, M Irdham, melalui Kasi Observasi dan Informasi BMKG Kenten Palembang, Indra Purna mengatakan, hujan yang terjadi pada Kamis malam sejak pukul 07.00 WIB-02.00 WIB dini hari kemarin merupakan kategori hujan sangat lebat alias ekstrim yang biasanya terjadi setahun dua kali.
“Curah hujan kemarin malam diatas 100 MM hingga 200 MM lebih. Yang terukur di Kenten 111 MM dan di Talang Betutu 214 MM, hujan sangat lebat ini terjadi karena ada perputaran angin (Eddy) di sebelah utara Kota Palembang yakni di Laut Cina Selatan,” jelas Indra, dibincangi diruang kerjanya, kemarin (9/11).
Dampak dari perputaran angin di sebelah utara Kota Palembang inilah yang berdampak terjadinya hujan lebat di Kota Palembang, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung. “Tapi saat ini dampaknya hanya Palembang saja,” imbuhnya.
Kendati curah hujan sudah masuk kategori ekstrim, namun kecepatan angin masih dalam kondisi normal yakni 10 -15 knot atau setara 20-3- km/jam sementara suhu udara berada pada suhu minimum 24 derajat suhu maksimum 33,8 derajat celcius.
Musim hujan ini, pihaknya mengimbau kepada masyarakat Kota Palembang untuk waspada banjir. “Potensi banjir sangat besar, karena Palembang datarannya rendah dan drainasenya buruk,” imbaunya.
* Bakal Panggil PU BM
Hujan yang mengguyur Kota Palembang akhir-akhir ini telah membuat sejumlah jalan maupun pemukiman warga tergenang. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari DPRD Kota Palembang. Bahkan, wakil rakyat tersebut bakal memanggil PU Bina Marga untuk mencarikan jalan terbaik dari permasalahan tersebut.
Demikian dikatakan Ketua Komisi III DPRD Kota Palembang M Hidayat, kemarin. Menurut politisi Partai Golkar ini, masalah bajir memang menjadi salah satu fokus perhatian dewan dalam pembahasan anggaran. Terlebih setelah meilihat langsung kondisi metropolis selama dua hari diguyur hujan, sudah membentuk banyak genangan.
“Agar kondisinya tidak bertambah parah, dalam waktu dekat Komisi III akan memanggil PU BM. kita ingin mempertanyakan masalah titik banjir yang kian banyak. Serta upaya apa saja yang akan dilakukan PU BM untuk menanggulanginya,” ujar Dayat.
Selain itu, lanjut Dayat, dalam APBD Kota Palembang tahun 2013 yang akan dibahas, diharapkan ada anggaran untuk penanggulangan banjir. “Saat ini kita memang belum menerima draf anggaran tahun 2013 dari pemerintah Kota Palembang. Namun, dari informasi yang kita dapat, untuk tahun 2013 mendatang PU BM akan mendapatkan anggaran hingga Rp 120 miliar lebih. Tetapi kita belum tahu rincian dana tersebut, dan kita berharap ada anggaran untuk penanggulangan banjir di Palembang,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Dayat menghimbau kepada masyarakat untuk menghidupkan kembali kebiasaan gotong royong, dan membersihkan selokan dan lainnya. “Kalau perlu camat maupun lurah ikut mengontrol kegiatan sosial tersebut. Selain itu, pemerintah juga bisa mengintruksikan kepada pemilik ruko untuk tidak mengecor lahan parkirnya, tetapi cukup dengan memasang con blok. Karena dengan cara ini, ruko tersebut masih menyisahkan daerah serapan air,’ tambahnya.
Sementara itu, warga di RW 03 Kecamatan Sukodadi, Marwan menuturkan, rumah yang terendam banjir di Kecamatan Sukodadi melanda 64 rumah. Selain itu, di Kecamatan AAL. Banjir juga merendam 46 rumah.
“Banjir yang merendam 64 rumah warga di Kelurahan Sukodadi meliputi 80 persen di RT 14 dan 20 persen di RT 3. Padahal hujan deras turun hanya beberapa jam yakni pada pukul 21.00-23.00 WIB ,” kata Ketua RT ini seraya menambahkan banjir tersebut bersifat sporadic, karena air berasal dari kiriman daerah Sukadamai karena pembangunan di kawasan tersebut banyak yang menimbun.
Selain itu, sambung dia, banjir terjadi karena parit yang ada juga sangat sedikit. Bahkan luasnya hanya 2 meter. “Solusi banjir ini adalah dengan pembanguna kolam retensi dan pembuatan parit diperlebar,” pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di beberapa lokasi, banjir juga terjadi di kawasan Sekip Bendung. Banjir juga merendam puluhan rumah warga. Salah seorang warga, Siti Najemah mengatakan, dia sudah 5 tahun tinggal di Sekip Bendung. “Sudah setiap tahun disini mengalami banjir. Setiap kali hujan deras pasti langsung banjir. Ketika Kamis malam hujan, sekitar pukul 03.00 WIB air mulai masuk ke rumah warga bahkan sudah setinggi lutut,” ujarnya.
Menurutnya, banjir tersebut terjadi karena saluran air (got) yang ada sangat kecil. Sehingga air tidak dapat mengalir dengan lancar. “Banjir tersebut juga disebabkan oleh pembangunan rumah di daerah yang lebih tinggi dilakukan dengan menimbun. Sehingga daerah rendah terkena banjir,” paparnya.
Hal senada diungkapkan, Rohim. Dia menuturkan, banjir terjadi sejak subuh hingga saat ini (red, siang) belum surut. Oleh karena itu, untuk berangkat ke sekolah, dia terpaksa membuka sepatu serta mengangkat celana. “Banjir ini sangat mengganggu warga yang akan keluar rumah,” kata siswa kelas 9 SMP Nurul Iman ini.