WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Kamis, September 22, 2011

2.336 Hektare Sawah di Sumsel Terancam Puso

Ilustrasi dari kompas.com

PALEMBANG-Kemarau tahun ini yang berdampak kekeringan ektrem menyebabkan 2.336 hektare sawah di Sumatra Selatan terancam puso. Seluas 426 hektare lainnya sudah mengalami puso.

Pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura melalui Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatra Selatan telah melakukan sejumlah antisipasi untuk menghindari terjadinya perluasan sawah yang terancam puso dan puso.

Di antaranya dengan pompanisasi dan menyarankan petani menanam palawija, sayur-mayur, yang dapat dipanen dalam waktu singkat serta tahan terhadap kekeringan.

Menurut Kepala UPTD, Antoni Alam, kekeringan tahun ini lebih parah dibanding tahun sebelumnya. Bila tadinya Sumsel diharapkan
dapat menyumpang padi dari sawah lebak dalam dan sedang pada saat kemarau, dikhawatirkan kontribusi itu tidak dapat terpenuhi.

Namun dia berharap, kekhawatiran sawah yang terancam puso itu tidak akan terjadi puso terlebih saat ini di Sumatera Selatan sudah dilakukan hujan buatan, sehingga sawah di daerah ini tidak akan mengalami kekeringan yang ekstrem.

Berdasarkan laporan dari petugas dilapangan, kata Antoni, di Sumsel, seluas 426 hektare sawah di Kabupaten Banyuasin mengalami puso. Sisanya, 594 hektare di Kabupaten Ogan Ilir (OI), 1.451 hektare, 232 hektare di OKU Timur, dan 54,25 hektare di OKI yang terancam puso. Di OKU Selatan ada 5 hektare tanaman jagung yang sudah mengalami puso.

Awalnya menurut Antoni, jadwal tanam di sawah lebak dalam dan sedang serta tadah hujan dimulai pada Februari-Maret. Petani sudah menyemai di bulan itu namun pada April airnya belum turun sehingga padi sudah terlanjur tua untuk disemai. Belakangan penyusutan air berlangsung secara drastis sehingga terjadi kekeringan.

Menurut dia, produksi sawah lebak sangat menjadi andalan saat kemarau. Terlebih lebak di Sumsel merupakan satu dari dua lokasi di Tanah Air. Satunya lagi di Kalimantas Selatan yang diandalkan untuk menopang stok nasional.

"Potensi sawah lebak di Sumsel mencapai 336.514 hektare. Ini jadi andalan nasional saat kemarau namun kenyataan tahun ini tidak demikian," katanya.

Petani pun disarankan agar menanam palawija, dan sayur-mayur. Petugas juga diminta untuk menginventarisir dan mobilisasi peralatan pompa di lapangan ke daerah yang kekeringan.

Di sisi lain varitas padi yang ditanam di lahan kering disarankan gogo rancah varitas Situ Bagendit, dan Situ Patenggang
yang bisa ditanam di lahan tadah hujan.

Sementara Petugas Pengamat Hama UPTD Perlindungan Tanaman Pangan Kecamatan Tungkal Ilir, Banyuasin, Sudarto mengatakan di daerahnya terjadi puso di areal seluas 425 hektare. Di daerah ini terdapat sawah lebak seluas 4.000 hekare. Namun 2.400 hektare mengalami panen tidak maksimal. 

Sumber : MediaIndonesia.com



Artikel Terkait:

0 komentar: