Peta Titik Api di Sumsel (8/9) 57 titik,titik panas 222 titik |
Palembang -
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Selatan
(Walhi Sumsel) menilai Gubernur Alex Noerdin gagal mengatasi kebakaran
hutan. Sementara jarak pandang di Sungai Musi pun tersisa 10 meter pada
malam hari.
"Banyaknya titik api di Sumsel menunjukan Pemprov Sumsel dalam hal ini Gubernur Alex Noerdin belumlah layak menerima penghargaan dari Menhut Zulkifli Hasan pada 18 Juli 2011 lalu di Jakarta sebagai Gubernur Peduli Api Terbaik tahun 2010," kata Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat melalui siaran pers, Jumat (9/9/2011).
Walhi Sumsel menjelaskan hasil pantauan Satelit Terra dan Aqua pada 6 September 2011, ada 970 titik api dengan tingkat keyakinan 70-100 persen. Dari jumlah itu ada 170 titik api dengan tingkat kepastian 100 persen. Titik api tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Muaraenim, Banyuasin, OKU, OKUS, Ogan Ilir, Lahat, OKUT dan Musirawas.
Titik api didominasi lahan gambut yang masuk dalam lahan konsesi perusahaan baik itu Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit baik yang telah aktif maupun nonaktif.
"Sampai dengan saat ini tidak ada upaya pemerintah Sumsel untuk mencegah dan memulihkan kesehatan masyarakat yang terkena dampak langsung akibat asap sesuai mandat PP No 4/2001, terkhusus untuk
golongan masyarakat yang rentan terserang penyakit misalnya balita, anak- anak, dan perempuan," kata Sadat.
Terhadap fakta tersebut, Walhi Sumsel mendesak pemerintah Sumsel segera menghentikan dan mencabut pemberian izin terhadap perkebunan skala besar, HTI, dan tambang di kawasan hutan dan lahan gambut. Pemprov diminta menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan melalui pembentukan pos kesehatan bagi masyarakat dan posko-posko di kawasan hutan dan lahan gambut. Pemprov juga diminta menindak pelaku usaha yang di dalam wilayah konsesinya terdapat titik api atau aktifitas pembakaran sesuai aturan yang ada.
Sementara itu, akibat dari kebakaran hutan, jarak pandang di Sungai Musi susut tinggal kisaran 10 meter saat gelap. Para pengguna perahu pun harus ekstra hati-hati.
"Kalau malam dan subuh, saat masuk ke Palembang lampu kapal kami tidak mampu menembus kabut asap di atas Sungai Musi. Jarak pandang berkisar 10 meter," ujar Warsi, pengemudi kapal jukung.
Sebagai daerah perairan, sebagian besar warga di Sumsel sangat mengandalkan angkutan sungai, baik menggunakan perahu jukung, tongkang, maupun speedboat. Daerah tujuan antara lain kawasan perairan
di Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Musi Banyuasin. Semua angkutan tersebut, mangkal di sekitar Jembatan Ampera Palembang.
"Mudah-mudahan tahun ini tidak ada kecelakaan di Sungai Musi akibat kabut asap ini," kata Warsi.
(tw/fay)
"Banyaknya titik api di Sumsel menunjukan Pemprov Sumsel dalam hal ini Gubernur Alex Noerdin belumlah layak menerima penghargaan dari Menhut Zulkifli Hasan pada 18 Juli 2011 lalu di Jakarta sebagai Gubernur Peduli Api Terbaik tahun 2010," kata Direktur Walhi Sumsel Anwar Sadat melalui siaran pers, Jumat (9/9/2011).
Walhi Sumsel menjelaskan hasil pantauan Satelit Terra dan Aqua pada 6 September 2011, ada 970 titik api dengan tingkat keyakinan 70-100 persen. Dari jumlah itu ada 170 titik api dengan tingkat kepastian 100 persen. Titik api tersebar di Kabupaten Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Muaraenim, Banyuasin, OKU, OKUS, Ogan Ilir, Lahat, OKUT dan Musirawas.
Titik api didominasi lahan gambut yang masuk dalam lahan konsesi perusahaan baik itu Hutan Tanaman Industri dan perkebunan sawit baik yang telah aktif maupun nonaktif.
"Sampai dengan saat ini tidak ada upaya pemerintah Sumsel untuk mencegah dan memulihkan kesehatan masyarakat yang terkena dampak langsung akibat asap sesuai mandat PP No 4/2001, terkhusus untuk
golongan masyarakat yang rentan terserang penyakit misalnya balita, anak- anak, dan perempuan," kata Sadat.
Terhadap fakta tersebut, Walhi Sumsel mendesak pemerintah Sumsel segera menghentikan dan mencabut pemberian izin terhadap perkebunan skala besar, HTI, dan tambang di kawasan hutan dan lahan gambut. Pemprov diminta menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan melalui pembentukan pos kesehatan bagi masyarakat dan posko-posko di kawasan hutan dan lahan gambut. Pemprov juga diminta menindak pelaku usaha yang di dalam wilayah konsesinya terdapat titik api atau aktifitas pembakaran sesuai aturan yang ada.
Sementara itu, akibat dari kebakaran hutan, jarak pandang di Sungai Musi susut tinggal kisaran 10 meter saat gelap. Para pengguna perahu pun harus ekstra hati-hati.
"Kalau malam dan subuh, saat masuk ke Palembang lampu kapal kami tidak mampu menembus kabut asap di atas Sungai Musi. Jarak pandang berkisar 10 meter," ujar Warsi, pengemudi kapal jukung.
Sebagai daerah perairan, sebagian besar warga di Sumsel sangat mengandalkan angkutan sungai, baik menggunakan perahu jukung, tongkang, maupun speedboat. Daerah tujuan antara lain kawasan perairan
di Banyuasin, Ogan Komering Ilir (OKI), dan Musi Banyuasin. Semua angkutan tersebut, mangkal di sekitar Jembatan Ampera Palembang.
"Mudah-mudahan tahun ini tidak ada kecelakaan di Sungai Musi akibat kabut asap ini," kata Warsi.
(tw/fay)
sumber berita : detik.com
Artikel Terkait:
Kebakaran Hutan
- Largest NGO says APP peat fires deliberately set for replanting purposes
- Modus Klaim Asuransi di Balik Kejadian Kebakaran Hutan dan lahan
- Memantau Hutan dengan Wahana Tanpa Awak
- Walhi Curigai Anggaran Penanggulangan Kabut Asap di Sumsel
- Walhi Minta Presiden Jokowi “Blusukan” Ke Palembang
- KEBAKARAN HUTAN: Pemerintah Diminta Ambil Alih Penegakan Hukum
- JOKOWI - KPK Harus Segera Blusukan dan Ambil Alih Penegakan Hukum atas Perusahaan Pembakar Hutan dan Lahan di Sumsel
- Petisi Gubernur @alexnoerdin Kami bukan iwak salai, Cabut izin dan pidanakan perusahaan pembakar hutan Lahan
- Cabut Izin Perusahaan Penyebab Bencana Asap serta Hentikan Ekspansi Perkebunan dan HTI di Sumatera selatan
- Siaran Pers : Perusahaan Pembakar lahan di Sumsel harus segera di Pidanakan
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar