PALEMBANG, BeritAnda
- Tatapan kosong terlihat jelas di sorot mata Maymunah (50), istri dari
Kamaludin yang saat ini masih di tahan di Polda Sumatera Selatan.
Kesedihan karena memikirkan pasangan tercintanya yang terkurung di dalam
sel tak dapat ditutupinya.
Perlahan
tetesan air mata yang jatuh di pipinya ketika wanita parubaya ini
menceritakn beratnya kehidupan yang harus di jalaninya seorang diri
untuk memenuhi kebutuhannya dan tiga orang anak.
“Sekarang
ini saya hanya bisa berharap belas kasih dari Kapolda Sumatera Selatan,
untuk membebaskan suami saya. Saya selalu menangis sendiri ketika
mengenang suami saya di dalam sel, belum lagi melihat anak-anak saya
yang selalu menanyakan kabar ayahnya,” ujar Maymunah, sembari
menenteskan air mata saat bercerita kepada Beritanda.com Palembang, Jumat (15/2/2013).
Lanjut
Maymunah menceritkan, bahwa saat ini dirinya harus ekstra bekerja
keras, selain untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari (makan dan minum),
ia juga harus membiayai satu orang putrinya yang sekarang ini masih
duduk di bangku sekolah dasar (Kelas 6 SD). Dengan uang Rp200 ribu per
satu minggu, yang ia peroleh dari hasil menyadap karentnya itulah, ia
mencoba bertahan hidup, uang itupun harus di sisipkan lagi untuk biaya
membesuk Kamaludin di Polda Sumsel.
“Kalau
dulu saya beserta suami saya memperoleh uang dalam satu minggunya
hampir mencapai Rp500 ribu, tetapi semenjak suami saya ditahan
penghasilan kami pun jauh berkurang. Saya hanya bisa mengumpulkan uang
hasil menyadapt karet Rp200 ribu dalam satu minggu, uang tersebutlah
yang saya gunakan untuk makan, minum, dan biaya anak saya sekolah,
sisanya saya gunkan nuntuk ongkos ke Palembang untuk melihat kondisi
suami saya di Polda Sumsel,” terang Maymunah.
Sekedar
indormasih bahwa keluarga Kamaludin ini berdomosili di Desa Sunur
Kecamatan Keluang, Kabupaten Ogan Ilir, butuh waktu 4 jam untuk dapat ke
Palembang dengan menumpang angkutan umum.
“Kami
tinggal di dusun pak, jauh dari Kota Palembang, butuh biaya yang besar
untuk ke Palembang, namun karena kondisinya yang mengharuskan kami ke
Palembang. Maka dengan cara apapun kami harus tetap ke Palembang,
minimal satu minggu sekali, kami tidak mampu bila harus tiap hari ke
Palembang, karena dalam satu kali ke Palembang kami memerlukan uang
sebesar Rp500 ribu, hal ini di hitung dari ongkos, makan, dan membawakan
makanan untuk suami saya serta member uang untuk suami saya,” jelas
Maymunah.
Sementara
itu Sri Maymanah, putri sulung dari Kamaludin, meminta agar ayahnya
segera dilepaskan, karena ia terkadang sedih bilamana mengenang ayahnya,
terlebih lagi bila ia melihat teman-temannya ketika pulang sekolah
selalu dijemput oleh ayahnya masing-masing.
“Tolonglah
pak bebaskan ayah kami, apa salah ayah kami kok sampai sekarang ngak
pulang ke rumah, sunyi sekali rumah kami saat ini tanpa ada kehadiran
ayah kami, saya sangat merindukannya,” ujarnya sembari menangis.
Maymanah
menambahakan, setiap mau tidur ayah saya selalu menghantarkan saya
dengan cerita-cerita terdahulu, sehingga tidur saya terasa sangat
nyaman, akan tetapi saat ini tidak ada lagi yang menghantarkan saya
tidur.
“Saya
rindu ayah saya, saya rindu cerita-cerita dari ayah saya, tolonglah
kembalikan ayah saya,” ujar Maymanah yang terlihat gemetar menahan
kesedihan. (Iir)
Artikel Terkait:
agraria
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Walhi Sumsel Apresiasi Pembentukan Satgas Percepatan penyelesaian Konflik Agraria dan SDA di Muba.
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Pernyataan Sikap : Negara kembali di Lemahkan oleh Perusahaan HTI (PT. MHP/Marubeni Coorporation)
- Momentum dan Kesempatan Tegakan Wibawa Negara
- SERUAN TERBUKA Menyikapi Kasus Penggusuran Paksa Warga Desa Bumi Makmur, Sumatera Selatan
- Siaran Pers : Mengutuk Tindak Kekerasan dan pengusuran lahan yang dilakukan PT. Musi Hutan Persada (Marubeni Coorporation) bersama aparat Kepolisian, TNI dan POLHUT
- Perber 4 Menteri, Belum Seluruh Kepala Daerah Bentuk IP4T
Freeanwar
- Koalisi Antimafia Hutan Laporkan Korupsi SDA ke KPK
- "SBY Menepuk Air di Dulang Terpercik Muka Sendiri"
- SBY dituntut lindungi para pejuang lingkungan
- Aktivis Lingkungan Hidup Tagih Janji SBY
- Korupsi di Tambang dan Perkebunan, Negara Rugi Triliunan Rupiah
- KPK Diminta Usut 5 Dugaan Korupsi Sektor SDA
- Kami Aktivis, Bukan Penjahat Atau Kriminal
- Walhi Sumsel Siap Hadapi Banding Jaksa
- Anwar sadat Pejuang Lingkungan Hidup dan agraria lainnya Resmi Menyatakan Banding
- Walhi Sumsel : Putusan Hakim Terhadap Kamaludin Cacat Hukum
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar