SUARAAGRARIA.com, Jakarta: Kedatangan aktivis LSM, Ormas dan perwakilan akademisi ke Mabes Polri
ditemui langsung Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Wakapolri) Nanan Soekarna di Mabes Polri, Jakarta (11/02 2013). Dalam
pertemuan itu Wakapolri berjanji akan bersikap tegas terhadap Kapolda
atau Kapolres yang “nakal”.
“Mengenai Kapolda atau Kapolres yang “nakal” di daerah-daerah, akan kami
berikan teguran, dan jika sudah sangat parah akan kami copot,” tegasnya
dalam pertemuan tersebut seperti dilansir www.spi.or.id.
Pembicaraan dalam pertemuan yang dihadiri Serikat Petani Indonesia (SPI)
bersama Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Indonesia, Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA), Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(Kontras), Indonesia Human Right Commission for Social Justice (IHCS),
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), Institute for Global
Justice (IGJ), akademisi, dan LSM lainnya itu dilakukan secara
blak-blakan.
Pertemuan ini sendiri dilaksanakan untuk membahas penanganan penyelesaian konflik-konflik agraria
beserta sumber daya alam (SDA) yang marak terjadi di negeri ini. Yang
sedang menjadi sorotan adalah kriminalisasi petani di Desa Betung,
Kabupaten Ogan ilir, Sumatera Selatan pada saat pelaksanaan Maulid
beberapa waktu lalu.
Secara bergantian para aktivis menyampaikan harapan, kritik dan masukan
kepada Nanan. SPI melalui ketuanya, Henry Saragih, mengungkapkan
keprihatinannya atas penanganan konflik agraria yang tidak adil dan cenderung represif kepada petani dan masyarakat kecil. Padahal secara budaya petani kecil sangat dekat dengan polisi.
Senada dengan Henry, Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Abet Nego
Tarigan mengungkapkan kritik atas ketidakpahaman Polri dalam persoalan
konflik agraria. Akibatnya masalah struktural agraria yang menjadi
pokok persoalan tidak terungkap.
Kontras, yang diwakili Harris Azhar, memberi masukan agar Polri
menyadari bahwa ada kecenderungan munculnya konflik justru terkait
aktivitas politik di daerah. Ia mencontohkan jika mendekati Pemilu,
perusahaan-perusahaan besar biasanya semakin “giat” mengeruk SDA demi
dana yang “dimintai” oleh para bakal calon pemimpin di daerah.
Sementara itu dari perwakilan akademisi, DR. Soeryo Adiwibowo, mengungkapkan faktor penyebab konflik agraria karena reformasi hukum dan kebijakan yang komprehensif belum dilaksanakan dengan konsisten (Baca: Hasil Pertemuan Pakar Agraria: Konflik Agraria Faktornya Reformasi Hukum yang Stagnan!).
Atas masukan-masukan tersebut Nanan Soekarna mengapresiasinya. Ia
berjanji pihaknya akan segera menginventarisir setiap konflik di
lapangan, baik itu konflik tentang sumber daya alam dan agraria, ataupun
konflik-konflik lainnya, sebagai bahan dan acuan untuk melakukan
penyelesaian.
Menurut Nanan, Polri senantiasa berkomitmen untuk sejajar kedudukannya
dengan masyarakat. Karena Polri merupakan lembaga pelayan masyarakat.
Polri juga memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, bukan kepada
komandan.
Untuk itu ia berjanji akan bersikap tegas kepada Kapolda atau Kapolres
yang ditengarai “nakal”. Caranya, dengan memberikan teguran. Jika sudah
sangat parah akan pihaknya berjanji akan segera mencopot yang
bersangkutan.
Sumber : http://www.suaraagraria.com/detail-554-penanganan-konflik-agraria-wakapolri-janji-copot-kapolda-atau-kapolres-yang-nakal.html
WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Sabtu, Februari 16, 2013
Penanganan Konflik Agraria: Wakapolri Janji Copot Kapolda Atau Kapolres yang "Nakal"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar