INILAH.COM, Jakarta - Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan
dan calon gubernur DKI Jakarta, berjanji mengatasi banjir di ibu kota
dalam tiga tahun. Padahal, sejak 2008 hingga kini, Palembang selalu
direndam banjir.
"Easy said than done." Pepatah bule itu
benar adanya. Memang lebih mudah berbicara daripada melakukan, apalagi
merealisasikan. Kalimat itu, agaknya, pas disematkan buat Alex Noerdin,
calon Gubernur DKI Jakarta yang kini masih menjabat Gubernur Provinsi
Sumatera Selatan.
Bagaimana tidak? Dalam berbagai aksi
sosialisasi pencalonannya, Alex berulang kali berbicara soal
penanggulangan banjir di Jakarta. Ia bahkan berjanji bakal membebaskan
masyarakat Jakarta dari banjir, dalam waktu tiga tahun sejak dirinya
terpilih. Artinya, jika dia memenangkan Pilkada dan menjadi gubernur
pada 2012 ini, Jakarta bakal tak kebanjiran lagi di tahun 2015.
Begitu
pun dalam hal mengatasi kemacetan, Alex sangat optimistis. “Komitmen
saya, kalau tidak bisa menyelesaikan masalah kemacetan dalam waktu tiga
tahun, saya akan mundur,” kata Alex saat mengumumkan bahwa dirinya
berpasangan dengan Nono Sampurno untuk maju sebagai kandidat, pada Maret
lalu.
Mampukah janji-janji itu dipenuhi? Kita lihat saja nanti.
Sebab, mengatasi banjir Jakarta juga kemacetannya bukanlah perkara
gampang. Dan reputasi Alex dalam hal ini, maaf, belum teruji. Lihat saja
yang terjadi pada pertengahan April lalu, saat hujan deras mengguyur
Palembang. Kantor Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, tempat Alex
berkantor, ternyata ikut-ikutan terendam air.
Padahal, banjir di
Kota Palembang juga bukan masalah baru. Pada November 2008, saat Alex
baru saja menjabat gubernur, Palembang juga dihajar banjir besar. Saat
itu, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Sumatera Selatan bahkan menyebut
angka kerugian akibat kerusakan dan kehilangan harta benda mencapai Rp5
miliar.
“Akibat banjir selama November (2008) saja, banyak
sekolah yang terendam sehingga harus diliburkan. Selain itu, banyak
dampak lain, seperti imateriil yang jumlahnya bisa jauh lebih besar,"
kata Sri Lestari Kadariah, Direktur eksekutif Walhi Sumsel.
Nah,
agaknya problem sejak 2008 silam, tak juga terurai hingga memasuki 2012
ini. Banjir yang sempat menggenangi kantor Pak Gubernur, jalan protokol,
hingga pemukiman warga, pada April lalu, membuktikan bahwa tidak ada
upaya serius dari pemerintah provinsi untuk mengatasi problem tahunan
tersebut.
TAK ADA ANGGARAN
Toh, Alex tak kehabisan akal.
Menurutnya, persoalan banjir di Palembang merupakan pekerjaan rumah bagi
eddy Santana Putra, Walikota Palembang. Sementara dirinya sebagai
gubernur, hanya bertugas membantu pemerintah kota dalam mengatasi
genangan yang terjadi.
Menurut Alex, banjir di Kota Palembang
hanya terjadi pada saat hujan, dan itu disebabkan kurangnya perencanaan
atau masterplan dalam penanggulangan banjir. Pemerintahan Kota Palembang
telah diminta oleh Alex untuk membuat masterplan penanganan banjir yang
terbaik.
“ya, masterplan mengenai penanggulanan banjir itu mesti
dikerjakan dulu oleh Pemerintah Kota Palembang. Nah, jika telah ada
masterplan, baru setelah itu perencanaannya. Jadi bisa dipadukan,
komprehensif dan tidak sepotong-sepotong,” ujarnya, seusai mengikuti
acara debat kandidat Gubernur DKI, di universitas Indonesia, Depok, pada
Jumat (27/4).
Masih menurut Alex, Pemprov Sumsel pasti akan
membantu dalam menangani banjir di Kota Palembang, dan akan menyediakan
anggaran untuk itu. Tetapi, Pemerintah Kota Palembang harus membuat
surat resmi kepada Pemprov Sumsel dalam hal administrasinya. “Kami lebih
dari siap untuk membantu Pemkot Palembang dalam menanggulangi banjir.
Tapi perlu adanya surat resmi untuk permintaan bantuan,” katanya.
Tak
hanya itu. Dalam pandangan Alex, ada perbedaan men dasar antara banjir
di Palembang dan Jakarta. “Itu beda. Itu (di Palembang) bukan banjir.
Itu karena sistem kita belum selesai,” katanya. Sementara banjir di
Jakarta, menurutnya, lebih disebabkan kurang sterilnya 13 sungai kecil
yang datang dari daerah yang berbatasan dengan Jakarta. “Oleh sebab itu,
penanganan banjir di Jakarta tak bisa ditangani oleh Jakarta sendiri,”
katanya.
Terlepas dari opini Alex soal banjir di Jakarta, agaknya
menarik melihat fakta yang disampaikan Yudha Rinaldi, Sekretaris Komisi
IV DPRD Provinsi Sumsel. Menurutnya, di dalam APBD Sumsel tahun 2012
yang diajukan gubernur, sama sekali tidak ada anggaran untuk
penanggulangan masalah banjir. “untuk penanggulangan masalah banjir pada
APBD Sumsel tahun 2012, memang tidak ada anggarannya,” kata Yudha.
Masih
menurut yudha, anggaran di Dinas Pekerjaan umum Pengairan Sumsel pada
tahun ini, hanya sedikit untuk normalisasi air di kawasan olahraga
Jakabaring, Palembang. “Sedangkan di daerah perkotaan seperti Palembang
tidak ada,” katanya menegaskan.
Namun melihat kondisi Kota
Palembang saat banjir April lalu, pihak DPRD Sumsel mulai berpikir untuk
mengusulkan anggaran penanggulangan banjir dalam APBD perubahan
mendatang. “Meski sejauh ini memang belum ada usulan mengenai anggaran
untuk mengatasi banjir di Palembang,” katanya.
Wah, agaknya
sinyalemen Gubernur Alex kepada Walikota eddy Santana Putra tadi bakal
terbukti. yakni agar Eddy ‘berkirim’ surat resmi meminta bantuan kepada
gubernur. Jadi, jangan-jangan birokrasi seperti ini pula yang kelak
bakal diterapkan di Jakarta. Dan buat para walikota di DKI,
bersiap-siaplah menerima ‘pekerjaan rumah’ untuk mengatasi banjir di
wilayah masing-masing. Karena Pak Gubernur nanti hanya akan sekedar
membantu. [mah]
WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Senin, Mei 21, 2012
Yakin Atasi Banjir, Tapi Palembang Terendam Air
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar