Program bus rapid transit (BRT) Transmusi baru akan diluncurkan tanggal 10 Februari 2010. Hanya, sejauh ini sejumlah sarana dan prasarana yang ada seperti halte dan bus dinilai belum dibangun dengan maksimal.
Demikian diungkap PUM Netherlands Senior Expert, Kees Bergman kepada wartawan, kemarin. Menurut dia, berdasarkan hasil pengamatan selama di Palembang, ada beberapa kendala dan kekurangan untuk halte. “Jarak halte dengan bus agak jauh,” ujarnya di kantor pemkot.
Kondisi tersebut, kata dia, akan membuat para penumpang sedikit kesulitan dan merasa tidak nyaman saat hendak naik ke bus. Di samping, halte yang dibangun terlalu rumit dan dibangun dengan dana yang tidak sedikit.
Menurut Kees, lantaran menggunakan banyak material seperti besi dan kaca, biaya yang dikeluarkan semakin besar. “Kesannya pemborosan,” ujarnya. Lain lagi jika halte dibangun secara lebih sederhana seperti menggunakan konsep COX.
“COX juga diterapkan di negara maju seperti Tokyo dan Singapura,” katanya lagi. Lantas, seperti apa halte COX itu? Menurut Kees, COX merupakan halte konsep terbuka. Tidak memiliki dinding kaca seperti halte BRT.
Yang ada, hanya atap pelindung calon penumpang dari hujan dan panas. “Namanya halte, tentu dilengkapi dengan tempat duduk,” cetusnya. Nah, lantaran memiliki konsep terbuka, bahan yang digunakan untuk membangun halte tersebut sedikit sehingga biaya pembangunannya lebih murah.
Tak hanya itu. Dengan halte COX tadi, pemerintah dapat mencari pihak sponsor atau swasta yang ingin membangun halte. “Konpensasinya, si sponsor diperbolehkan memasang iklan atau reklame di halte yang mereka bangun tadi.”
Lantas, bila ada kerusakan di halte tersebut maka itu menjadi tanggung jawab pihak sponsor. “Jadi perawatannya diserahkan ke sponsor sehingga pemerintah dapat menghemat biaya,” tukasnya.
Masih kata Kees, pihak sponsor juga tidak akan keberatan. Sebab, prinsif kerjanya kedua belah pihak saling diuntungkan. Namun, terangnya, karena sudah dibangun maka tidak banyak hal yang bisa dilakukan.
“Harapannya, ya agar difungsikan maksimal. Ke depan, kalau haltenya hendak ditambah maka bagusnya menggunakan sistem COX tadi. Lebih murah, nyaman dan fleksibel,” tukasnya.
Sementara itu, Kabid Wasdalops Pathi Riduan didampingi Kabid LLAJ dan Rel KA Agus Supriyanto menegaskan, peluncuran BRT bakal dilangsungkan sesuai jadwal yakni 10 Februari mendatang. Maka itu, pihaknya mulai melakukan berbagai persiapan mulai pengecekan fisik bus hingga pelatihan supir. “Kita juga akan gelar simulasi selama kurang lebih satu minggu,” tukasnya.
(mg13)
Demikian diungkap PUM Netherlands Senior Expert, Kees Bergman kepada wartawan, kemarin. Menurut dia, berdasarkan hasil pengamatan selama di Palembang, ada beberapa kendala dan kekurangan untuk halte. “Jarak halte dengan bus agak jauh,” ujarnya di kantor pemkot.
Kondisi tersebut, kata dia, akan membuat para penumpang sedikit kesulitan dan merasa tidak nyaman saat hendak naik ke bus. Di samping, halte yang dibangun terlalu rumit dan dibangun dengan dana yang tidak sedikit.
Menurut Kees, lantaran menggunakan banyak material seperti besi dan kaca, biaya yang dikeluarkan semakin besar. “Kesannya pemborosan,” ujarnya. Lain lagi jika halte dibangun secara lebih sederhana seperti menggunakan konsep COX.
“COX juga diterapkan di negara maju seperti Tokyo dan Singapura,” katanya lagi. Lantas, seperti apa halte COX itu? Menurut Kees, COX merupakan halte konsep terbuka. Tidak memiliki dinding kaca seperti halte BRT.
Yang ada, hanya atap pelindung calon penumpang dari hujan dan panas. “Namanya halte, tentu dilengkapi dengan tempat duduk,” cetusnya. Nah, lantaran memiliki konsep terbuka, bahan yang digunakan untuk membangun halte tersebut sedikit sehingga biaya pembangunannya lebih murah.
Tak hanya itu. Dengan halte COX tadi, pemerintah dapat mencari pihak sponsor atau swasta yang ingin membangun halte. “Konpensasinya, si sponsor diperbolehkan memasang iklan atau reklame di halte yang mereka bangun tadi.”
Lantas, bila ada kerusakan di halte tersebut maka itu menjadi tanggung jawab pihak sponsor. “Jadi perawatannya diserahkan ke sponsor sehingga pemerintah dapat menghemat biaya,” tukasnya.
Masih kata Kees, pihak sponsor juga tidak akan keberatan. Sebab, prinsif kerjanya kedua belah pihak saling diuntungkan. Namun, terangnya, karena sudah dibangun maka tidak banyak hal yang bisa dilakukan.
“Harapannya, ya agar difungsikan maksimal. Ke depan, kalau haltenya hendak ditambah maka bagusnya menggunakan sistem COX tadi. Lebih murah, nyaman dan fleksibel,” tukasnya.
Sementara itu, Kabid Wasdalops Pathi Riduan didampingi Kabid LLAJ dan Rel KA Agus Supriyanto menegaskan, peluncuran BRT bakal dilangsungkan sesuai jadwal yakni 10 Februari mendatang. Maka itu, pihaknya mulai melakukan berbagai persiapan mulai pengecekan fisik bus hingga pelatihan supir. “Kita juga akan gelar simulasi selama kurang lebih satu minggu,” tukasnya.
(mg13)
Artikel Terkait:
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar