PANGKALAN BALAI(SI) – Situasi di Sidomulyo, Banyuasin,kemarin pagi mencekam.Keinginan warga untuk menggelar upacara Ruwatan Bumi,berupa pembacaan Yaasin sekaligus pemetaan atas lahan yang diserobot PTPN VII Banyuasin,batal dilaksanakan.
Langkah warga dihadang lebih dari 500 karyawan PTPN VII Unit Usaha Bentayan.Ketegangan bertambah karena karyawan PTPN VII juga dilengkapi dengan senjata kayu. Sekitar pukul 08.00 WIB, lebih dari 200 petani Sidomulyo dan keluarga, korban dari penyerobotan lahan PTPN VII berniat menggelar aksi Ruwatan Bumi di atas lahan yang menjadi sengketa. Namun, penjagaan dan ancaman dari karyawan PTPN VII, menyebabkan petani emosi.
Apalagi, karyawan PTPN yang menjaga lahan, notabene juga merupakan warga Sidomulyo Tungkal Ilir.Satu jam kemudian, persiapan aksi Ruwatan Bumi terus dilakukan, sembari terus melakukan koordinasi antarkelompok. Petani Sidomulyo juga terus mengumpulkan barisan aksi yang lebih banyak lagi dengan mengajak warga desa lainnya.
Bahkan, beberapa petani yang bukan korban PTPN VII,juga bersolidaritas untuk melakukan aksi ruwatan, sebagai tanda kesedihan kehilangan tanah yang dimiliki. Namun, di posisi lain, setidaknya lebih dari ratusan pegawai PTPN VII Unit Bentayan juga melakukan koordinasi barisan guna menghadang barisan aksi petani tersebut.Tak segan-segan,mereka melengkapi diri dengan kayu dan mengeluarkan umpatan dan makian yang berlebihan.
Sementara itu, ketika persiapan upacara ruwatan selesai, massa yang terdiri dari petani Sidomulyo, kembali mengecek barisan. Koordinator Lapangan (Korlap) Ngadino, 30, terus menyemangati massa tani agar terus bergerak, walau akan mendapat hadangan dari sejumlah pegawai PTPN VII nantinya. “Kami hanya ingin berdoa di lahan yang sudah hilang sejak dulu. Hanya itu yang kami bisa.
Saat ini, kami hanya melihat penindasan tanpa rasa keadilan sedikit pun di negeri ini. Ke mana kami harus mencari hidup, ketika tanah kami diserobot begitu saja oleh perusahaan yang merupakan perusahaan negara kami sendiri,”ujarnya. Suasana aksi makin memanas ketika korlap menceritakan banyaknya kehidupan warga yang harus kehilangan tanahnya.
“Sudah bertahun-tahun kami hidup, dengan melihat tanah kami ditanami orang lain. Kami ini pemilik legal, kami punya sertifikat atas tanah kami.Lalu,kenapa kami diusir oleh perusahaan negara,”keluhnya. Kondisi mencekam ini berlangsung lebih dari 2 jam.“Benar, tadi pagi, sekitar 200 petani Sidomulyo ingin melakukan aksi ruwatan di lahan sengketa PTPN VII Unit Usaha Bentayan.
Namun, sempat terhadang dengan penjagaan ketat lebih dari 1.500 orang bayaran perusahaan yang bersenjata kayu,” ungkap Kades Sidomulyo Kecamatan Tunggkal Ilir Makhmud. Kapolres Banyuasin AKBP Susilo RI melalui Kasat Intel AKP Andiko Bagus Penuntun membenarkan terjadinya penjagaan yang dilakukan karyawan PTPN di atas lahan sengketa.“Bukan 1.500 orang.
Namun, hanya sekitar 500 karyawan yang terdiri dari 200 karyawan di Pos I,170 karyawan di Pos II,dan sekitar 150 orang di Pos III,” ujar Andiko. Dia juga membenarkan bahwa karyawan PTPN VII yang menduduki lahan sengketa juga membawa kayu untuk menghalangi warga yang ingin menggelar yasinan.
Namun, lanjut mantan Kasat Intel Kota Pagaralam ini,berkat upaya persuasif petugas Polres Banyuasin, berlahan-lahan karyawan yang membawa senjata bisa dikendalikan. “Benar-benar, sempat tegang. Apalagi,pihak karyawan PTPN melengkapi diri dengan kayu guna menghalangi petani yang ingin melakukan Yasinan.Alhasil,ketika dilakukan upaya peringatan,mereka bisa dikendalikan,”jelasnya.
Terpisah, Bupati Banyuasin Amiruddin Inoed meminta PTPN VII mengembalikan lahan warga, terutama lahan yang sudah memiliki sertifikat. “Demikian juga warga, untuk legowo lahan yang sama sekali tidak memiliki surat menyurat yang dikuasai PTPN VII. Pada dasarnya,Pemkab Banyuasin mendukung perjuangan warga Sidomulyo untuk merebut lahannya kembali,”tegas Amiruddin. (tazmalinda)
Langkah warga dihadang lebih dari 500 karyawan PTPN VII Unit Usaha Bentayan.Ketegangan bertambah karena karyawan PTPN VII juga dilengkapi dengan senjata kayu. Sekitar pukul 08.00 WIB, lebih dari 200 petani Sidomulyo dan keluarga, korban dari penyerobotan lahan PTPN VII berniat menggelar aksi Ruwatan Bumi di atas lahan yang menjadi sengketa. Namun, penjagaan dan ancaman dari karyawan PTPN VII, menyebabkan petani emosi.
Apalagi, karyawan PTPN yang menjaga lahan, notabene juga merupakan warga Sidomulyo Tungkal Ilir.Satu jam kemudian, persiapan aksi Ruwatan Bumi terus dilakukan, sembari terus melakukan koordinasi antarkelompok. Petani Sidomulyo juga terus mengumpulkan barisan aksi yang lebih banyak lagi dengan mengajak warga desa lainnya.
Bahkan, beberapa petani yang bukan korban PTPN VII,juga bersolidaritas untuk melakukan aksi ruwatan, sebagai tanda kesedihan kehilangan tanah yang dimiliki. Namun, di posisi lain, setidaknya lebih dari ratusan pegawai PTPN VII Unit Bentayan juga melakukan koordinasi barisan guna menghadang barisan aksi petani tersebut.Tak segan-segan,mereka melengkapi diri dengan kayu dan mengeluarkan umpatan dan makian yang berlebihan.
Sementara itu, ketika persiapan upacara ruwatan selesai, massa yang terdiri dari petani Sidomulyo, kembali mengecek barisan. Koordinator Lapangan (Korlap) Ngadino, 30, terus menyemangati massa tani agar terus bergerak, walau akan mendapat hadangan dari sejumlah pegawai PTPN VII nantinya. “Kami hanya ingin berdoa di lahan yang sudah hilang sejak dulu. Hanya itu yang kami bisa.
Saat ini, kami hanya melihat penindasan tanpa rasa keadilan sedikit pun di negeri ini. Ke mana kami harus mencari hidup, ketika tanah kami diserobot begitu saja oleh perusahaan yang merupakan perusahaan negara kami sendiri,”ujarnya. Suasana aksi makin memanas ketika korlap menceritakan banyaknya kehidupan warga yang harus kehilangan tanahnya.
“Sudah bertahun-tahun kami hidup, dengan melihat tanah kami ditanami orang lain. Kami ini pemilik legal, kami punya sertifikat atas tanah kami.Lalu,kenapa kami diusir oleh perusahaan negara,”keluhnya. Kondisi mencekam ini berlangsung lebih dari 2 jam.“Benar, tadi pagi, sekitar 200 petani Sidomulyo ingin melakukan aksi ruwatan di lahan sengketa PTPN VII Unit Usaha Bentayan.
Namun, sempat terhadang dengan penjagaan ketat lebih dari 1.500 orang bayaran perusahaan yang bersenjata kayu,” ungkap Kades Sidomulyo Kecamatan Tunggkal Ilir Makhmud. Kapolres Banyuasin AKBP Susilo RI melalui Kasat Intel AKP Andiko Bagus Penuntun membenarkan terjadinya penjagaan yang dilakukan karyawan PTPN di atas lahan sengketa.“Bukan 1.500 orang.
Namun, hanya sekitar 500 karyawan yang terdiri dari 200 karyawan di Pos I,170 karyawan di Pos II,dan sekitar 150 orang di Pos III,” ujar Andiko. Dia juga membenarkan bahwa karyawan PTPN VII yang menduduki lahan sengketa juga membawa kayu untuk menghalangi warga yang ingin menggelar yasinan.
Namun, lanjut mantan Kasat Intel Kota Pagaralam ini,berkat upaya persuasif petugas Polres Banyuasin, berlahan-lahan karyawan yang membawa senjata bisa dikendalikan. “Benar-benar, sempat tegang. Apalagi,pihak karyawan PTPN melengkapi diri dengan kayu guna menghalangi petani yang ingin melakukan Yasinan.Alhasil,ketika dilakukan upaya peringatan,mereka bisa dikendalikan,”jelasnya.
Terpisah, Bupati Banyuasin Amiruddin Inoed meminta PTPN VII mengembalikan lahan warga, terutama lahan yang sudah memiliki sertifikat. “Demikian juga warga, untuk legowo lahan yang sama sekali tidak memiliki surat menyurat yang dikuasai PTPN VII. Pada dasarnya,Pemkab Banyuasin mendukung perjuangan warga Sidomulyo untuk merebut lahannya kembali,”tegas Amiruddin. (tazmalinda)
0 komentar:
Posting Komentar