PALEMBANG, KOMPAS - Stasiun pengisian bahan bakar gas atau SPBG Prodexim, yang berada di Jalan Demang Lebar Daun, Kota Palembang, Sumatera Selatan, hingga Selasa (2/2), belum selesai dibangun. SPBG juga belum mengantongi sertifikat alat dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
Grand Manager SPBG Prodexim Hernoe Rosprijadji dari PT Citra Nusantara Gemilang mengatakan, kendala-kendala itu membuatnya sulit memenuhi target penyelesaian pembangunan pada Februari ini. Dia memperkirakan SPBG baru bisa dioperasikan satu bulan lagi.
Hernoe menjelaskan, pihaknya masih belum memasang pipa gas dan kompresor. ”Kami menunggu kedatangan kompresor dari Argentina. Mungkin alat itu baru datang Rabu pagi,” ujarnya.
Setelah alat terpasang, Hernoe juga masih harus mengurus sertifikat kelayakan penggunaan peralatan dan sertifikat kelayakan penggunaan instalasi dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi. Petugas ditjen dijadwalkan mengecek kondisi peralatan SPBG pada akhir Februari.
”Kalau semua proses legalisasi ini berjalan lancar, kami yakin SPBG bisa dibuka pada bulan Maret,” kata Hernoe.
Didukung dua mesin kompresor, SPBG Prodexim sanggup menyalurkan gas hingga 1.200 meter kubik per jam. Gas dialirkan dari kilang milik PT Medco di Muara Enim. Dengan kemampuan itu, SPBG Prodexim bisa melayani 600 kendaraan per hari dengan asumsi pengisian gas sebanyak 10-12 liter setara premium (spl). Gas dijual Rp 3.500 per spl.
Rencananya, SPBG Prodexim akan dimanfaatkan 667 mobil angkutan kota yang sudah menggunakan bahan bakar gas. Selain itu, SPBG juga akan melayani 25 bus transmusi yang beroperasi pada 10 Februari nanti.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Edi Nursalam tidak mempermasalahkan ketidaksiapan SPBG Prodexim. Menurut Edi, angkutan kota sementara ini masih bisa menggunakan bahan bakar bensin dan transmusi dapat memakai solar.
Edi meminta pengelola SPBG tidak perlu terburu-buru menyelesaikan pembangunan. Pengelola harus lebih mengutamakan kualitas dan keamanan pemasangan alat SPBG daripada mengejar target waktu. (YOP)
Grand Manager SPBG Prodexim Hernoe Rosprijadji dari PT Citra Nusantara Gemilang mengatakan, kendala-kendala itu membuatnya sulit memenuhi target penyelesaian pembangunan pada Februari ini. Dia memperkirakan SPBG baru bisa dioperasikan satu bulan lagi.
Hernoe menjelaskan, pihaknya masih belum memasang pipa gas dan kompresor. ”Kami menunggu kedatangan kompresor dari Argentina. Mungkin alat itu baru datang Rabu pagi,” ujarnya.
Setelah alat terpasang, Hernoe juga masih harus mengurus sertifikat kelayakan penggunaan peralatan dan sertifikat kelayakan penggunaan instalasi dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi. Petugas ditjen dijadwalkan mengecek kondisi peralatan SPBG pada akhir Februari.
”Kalau semua proses legalisasi ini berjalan lancar, kami yakin SPBG bisa dibuka pada bulan Maret,” kata Hernoe.
Didukung dua mesin kompresor, SPBG Prodexim sanggup menyalurkan gas hingga 1.200 meter kubik per jam. Gas dialirkan dari kilang milik PT Medco di Muara Enim. Dengan kemampuan itu, SPBG Prodexim bisa melayani 600 kendaraan per hari dengan asumsi pengisian gas sebanyak 10-12 liter setara premium (spl). Gas dijual Rp 3.500 per spl.
Rencananya, SPBG Prodexim akan dimanfaatkan 667 mobil angkutan kota yang sudah menggunakan bahan bakar gas. Selain itu, SPBG juga akan melayani 25 bus transmusi yang beroperasi pada 10 Februari nanti.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang Edi Nursalam tidak mempermasalahkan ketidaksiapan SPBG Prodexim. Menurut Edi, angkutan kota sementara ini masih bisa menggunakan bahan bakar bensin dan transmusi dapat memakai solar.
Edi meminta pengelola SPBG tidak perlu terburu-buru menyelesaikan pembangunan. Pengelola harus lebih mengutamakan kualitas dan keamanan pemasangan alat SPBG daripada mengejar target waktu. (YOP)
0 komentar:
Posting Komentar