WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Senin, Februari 08, 2010

Waspadai Ancaman Longsor

SELAINmusibah banjir,sejumlah kabupaten/kota di Sumsel juga terancam longsor. Daerah rawan longsor terutama yang berada di perbukitan seperti Pagaralam,Lahat, Muaraenim, Lubuklinggau, dan sebagian wilayah OKU.

Kepala Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),Mohammad Irdam mengungkapkan, longsor ini sangat mungkin terjadi di daerah perbukitan mengingat curah hujan dalam sepekan terakhir cukup tinggi. “Selain banjir, hujan nanti yang harus diwaspadai longsornya.Karena curah hujan tinggi membuat tanah bisa longsor apalagi kalau hutan di sekitarnya gundul,” terang Irdam kemarin. Untuk itu, lanjut dia, masyarakat yang tinggal di sekitar perbukitan harus ekstra menjaga kelestarian hutan.

Karena pepohonan yang ada di sekitar bukit secara tidak langsung menguatkan tanah dengan akarnya. Tidak hanya itu, masyarakat yang berdiam di dataran tinggi juga patut waspada menghadapi musim penghujan kali ini.Pasalnya jika curah hujan lebih dari 50 mm, intensitas hujan akan sangat besar sehingga memungkinkan tanah menjadi labil dan menyebabkan longsor. “Kalau tidak dilestarikan vegetasinya bisa berkurang dan longsor mungkin terjadi,” paparnya. Selain tanah longsor, kawasan Sumsel Barat itu sambung Irdam juga rentan terhadap gempa bumi. Itu dikarenakan letaknya yang sangat dekat dengan perbukitan.

Sementara itu hingga kemarin, curah hujan yang terjadi di Kota Palembang masih dalam batas normal dengan besaran 135,4 mm, namun diperkirakan sampai akhir bulan curah hujannya akan sampai 200 mm.“Puncak musim hujan kita perkirakan Desember,Januari dan Maret.Tapi itu masih terpengaruh fenomena global juga, seperti Elnino,dan La-nina,”kata dia. Jika efek fenomena global Elnino yang terjadi lanjut Irdam kekeringan umumnya akan datang.

Karena Elnino diartikan sebagai peristiwa di lautan berupa penyimpangan suhu muka laut di atas rataratanya di daerah Pasifik Tengah dan Timur khatulistiwa yang ditandai dengan suhu muka laut yang panas. Curah hujan dapat dikatakan tinggi jika intensitasnya mencapai 300-400 mm. Biasanya saat itu curah hujan terjadi selama 24 jam. Namun jika La-nina yang memengaruhi, banjir besar harus segera diwaspadai karena fenomenanya kebalikan dari Elnino. “Musim penghujan itu kalau curah hujannya di atas 150 mm, kalau kurang dari itulah kemarau. Nah dari pengamatan kita sejak Oktober curah hujan sudah 211,6 mm.Kalau ini berlanjut sampai November berarti mendekati puncak musim hujan,”ujarnya.

Sementara itu,Prakirawan Stasiun Klimatologi Kenten Palembang Indra Purna menjelaskan, bahwa ombak laut masih cukup aman masing-masing 1-2 meter untuk selat Sunda dan 1-1,5 meter untuk selat Bangka.“ Masih aman tapi waspadai juga angin kencang karena kecepatan angin sekarang 5-15 knots,”kata dia. Dia juga menjelaskan, dengan keadaan tersebut dipastikan sedikit banyak akan mengganggu jadwal pelayaran terutama yang akan melintasi selat Bangka dan Batam. ”Ini dikarenakan belum stabilnya keadaan gelombang diperairan sungai Musi, kita himbau kepada seluruh adpel untuk berhati-hati dan selalu waspada,”kata dia.

Terpisah,Kepala Pelabuhan 35 Ilir Palembang,Ansyori menegaskan, untuk mengantisipasi kelebihan muatan, pihaknya melakukan pembatasan angkutan hewan ternak yang hendak menuju pulau bangka dengan menggunakan Ferry.”Untuk saat ini kita memang hanya mengangkut dua truk yang berisikan hewan ternak seperti sapi dan kambing untuk satu kali pemberangkatan.”kata dia. Ansyori mengatakan, biasanya dalam satu hari pihaknya dapat mengangkut empat hingga lima truk hewan.”Namun saat ini, kita harus lebih bisa mengatur posisi yang ada, ”ujarnya.

Pengurangan ini,menurutnya,mengingat kondisi cuaca diperairan selat bangka masih belum normal. ”Untuk gelombang sendiri, terkadang tidak teratur.Terkadang tinggi, namun terkadang juga normal.Hal tersebut sesuai dengan pelaporan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). Oleh karena itu,kita terus melakukan koordinasi dengan lembaga tersebut,”tegas dia. Hal yang sama juga ditegaskan Kepala Bidang Hubla dan ASDP Dishub Kota Palembang Said Albar. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, lanjut dia,kondisi cuaca di awal tahun selalu buruk dan kurang bersahabat bagi pelayaran.

“Pada pengalaman tahun sebelumnya, kondisi cuaca pada akhir tahun biasanya buruk dan gelombang tinggi mencapai 4 meter.Karena itu, kita kurangi muatan penumpang. Misalnya, kapasitas kapal 70 penumpang, kita izinkan hanya 50 penumpang saja.Tapi ini juga bukan untuk seterusnya,karena cuaca masih fluktuatif,” jelas dia. Said menegaskan, saat ini, karena curah hujan yang terus menerus tinggi membuat ketinggian gelombang laut menjadi besar. ”Hanya saja,laporan yang kita terima, gelombang masih mencapai ketinggian normal yakni sekitar 1,5 meter,”katanya.

Jika cuaca makin buruk,lanjut Said,maka jadwal kapal juga akan dikurangi (shift). Selain itu, kendaraan yang akan menyeberang juga ikut dibatasi. “Dalam satu kapal bisa dibagi antara truk muatan dengan kendaraan pribadi. Untuk truk pengangkut, kita juga minta agar diikat kencang.Supaya tidak mempengaruhi keseimbangan kapal,” kata dia.






Artikel Terkait:

0 komentar: