PALEMBANG - Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat menegaskan, maraknya bencana alam seperti banjir atau longsor di Sumsel menandakan Provinsi Sumsel mengalami bencana ekologi. Bila tidak diambil langkah serius mengantisipasi atau menanggulai bencana, bisa-bisa Sumsel menjadi lumbung bencana ekologi.
Hal itu kemukakannya terkait dengan bencana banjir, longsor atau bencana lain yang berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup dibeberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumsel. Meski belum menelan banyak korban jiwa, tetapi menurutnya hal itu sudah seharusnya disikapi.
"Walhi Sumsel sudah jauh-jauh hari memprediksikan akan terjadinya bencana," ujar Sadat, Jumat (12/2).
Ia berharap dengan kejadian yang sudah, pihak pemerintah daerah baik di provinsi atau kabupaten/kota di Sumsel mengambil pelajaran. Kejadian tersebut merupakan warning agar pengelolaan lingkungan lebih baik diwaktu mendatang.
Sadat mencontohkan, diwilayah Kabupaten OKU ada kawasan dibagian hulu sungai yang merupakan kawasan hutan konservasi tetapi dibabat. Diwilayah lain, kawasan hutan menjadi perkantoran. Keadaan tersebut menurunkan daya dukung tanah sehingga berpotensi terjadi bencana seperti longsor.
Walhi Sumsel mengingatkan, berbagai jenis bantuan untuk masyarakat yang ditimpa bencana alam seperti banjir atau longsor tidak ada apa-apanya. Yang penting adalah niat baik melakukan pengelolaan lingkungan hidup. "Bantuan mi instan atau beras tidak cukup untuk menjawab bencana yang terjadi," tegas Sadat.
Soegeng Haryadi
Hal itu kemukakannya terkait dengan bencana banjir, longsor atau bencana lain yang berkaitan dengan kondisi lingkungan hidup dibeberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumsel. Meski belum menelan banyak korban jiwa, tetapi menurutnya hal itu sudah seharusnya disikapi.
"Walhi Sumsel sudah jauh-jauh hari memprediksikan akan terjadinya bencana," ujar Sadat, Jumat (12/2).
Ia berharap dengan kejadian yang sudah, pihak pemerintah daerah baik di provinsi atau kabupaten/kota di Sumsel mengambil pelajaran. Kejadian tersebut merupakan warning agar pengelolaan lingkungan lebih baik diwaktu mendatang.
Sadat mencontohkan, diwilayah Kabupaten OKU ada kawasan dibagian hulu sungai yang merupakan kawasan hutan konservasi tetapi dibabat. Diwilayah lain, kawasan hutan menjadi perkantoran. Keadaan tersebut menurunkan daya dukung tanah sehingga berpotensi terjadi bencana seperti longsor.
Walhi Sumsel mengingatkan, berbagai jenis bantuan untuk masyarakat yang ditimpa bencana alam seperti banjir atau longsor tidak ada apa-apanya. Yang penting adalah niat baik melakukan pengelolaan lingkungan hidup. "Bantuan mi instan atau beras tidak cukup untuk menjawab bencana yang terjadi," tegas Sadat.
Soegeng Haryadi
Artikel Terkait:
Berita-berita
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
0 komentar:
Posting Komentar