Palembang - Lebih kurang 2000 petani dari Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Ogan Kpmering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel), mendesak polisi agar menarik anggotanya dari perusahaan perkebunan.
Desakan ini disampaikan langsung oleh petani, ke Polda Sumsel dan Gubernur Sumsel, Selasa (27/12).
Menurut Kordinator aksi, Anwar Sadat, alasan desakan ini, karena oknum polisi kerap menyalahgunakan kewenangannya dengan meneror warga, bahkan mengancam dengan menggunakan senjata api.
"Selama ini telah banyak korban jiwa oleh aparat kepolisian untuk itu mereka perlu ditarik, terutama pada desa Sodong dan Kabupaten Musi Banyuasin," ujar Anwar Sadat.
Dituturkan Sadat, yang juga Direktur Walhi Sumsel, salah satu contoh keterlibatan Polisi membekingi pengusaha ditunjukkan dalam insiden berdarah di desa Sodong, Mesuji, Sumsel. Dalam insiden berdarah itu, salah seorang warga setempat tewas dengan luka tembak di bagian dada.
Sementara itu, Suratman, wakil warga desa simpang Bayat dan Siinar Harapan, Musi Banyuasin meminta agar pengamanan di lahan dan perkebunan cukup dakukan oleh Satpam perusahaan.
"Kita ini bukan teroris, jadi tidak perlu dengan polisi yang bersenjata, cukup dilakukan oleh Satpam," ujarnya.
Terkait desakan tersebut kepala Bidang Humas Polda Sumsel, Kombes Pol. Sabarudin Ginting mengatakan keberadaan Polisi di sejumlah areal perkebunan bukan untuk mengamanakan pemilik modal semata melainkan setiap warga yang ada disekitar kebun.
"Kami tidak bisa menarik polisi pada daerah yang rawan konflik, karena kami mengkhatirkan tidakan anarkis," ujar Ginting.
"Kami tidak bisa menarik polisi pada daerah yang rawan konflik, karena kami mengkhatirkan tidakan anarkis," ujar Ginting.
Sumber : Gatra.com
0 komentar:
Posting Komentar