Apakah benar telah terjadi pembantaian petani di
Kabupaten Mesuji, Lampung? Pihak kepolisian daerah Lampung maupun
Kapolri Jendral Timor Pradopo membantahnya. Namun bantahan itu disanggah
oleh direktur Walhi Nasional Berry Nahdian Forgan yang baru saja
kembali dari Mesuji untuk melakukan investigasi.
"Pembantaian itu memang betul terjadi. Ada rekaman video dan
gambar-gambarnya," tegas Berry kepada Radio Nederland Wereldomroep.
"Kami di sana menemukan selongsong-selongsong peluru yang berhamburan.
Bukan peluru karet seperti pernyataan yang dikeluarkan. Ini fakta."
Tiga kasus
Namun Berry menjelaskan ada tiga kasus kekerasan yang terjadi di Mesuji, berdiri sendiri-sendiri walaupun semuanya melibatkan konflik antara perusahaan perkebunan dengan warga setempat.
Namun Berry menjelaskan ada tiga kasus kekerasan yang terjadi di Mesuji, berdiri sendiri-sendiri walaupun semuanya melibatkan konflik antara perusahaan perkebunan dengan warga setempat.
Pertama, kasus pembantaian di bulan April, kedua kasus penembakan,
dan ketiga kasus penembakan dan pembunuhan di bulan November lalu. Dalam
kasus terakhir, satu orang meninggal dan tujuh luka-luka akibat
tembakan aparat Brimob.
Penyebab peristiwa terakhir: perkebunan kelapa sawit mengambil lahan
masyarakat dengan perjanjian memberi ganti rugi serta membuat lahan inti
dan plasma. Warga dan perusahaan sepakat bahwa warga hanya memanen
sawit di lahan plasma, tapi oleh aparat keamanan mereka dianggap pencuri
dan ditangkap.
Ketika warga protes, aparat melepas tembakan dan berbuntut pada
kerusuhan dan pembakaran. Demikian jelas Berry. "Jadi bukan seperti yang
dikatakan polisi bahwa pembakaran terjadi dan aparat baru melepas
tembakan."
Ditutup-tutupi
Menurut Berry, tereksposnya kasus-kasus sekarang ini karena adanya upaya untuk menutup-nutupinya. Pertama untuk kepentingan korporasi, kedua kepentingan aparat keamanan itu sendiri, dan ketiga dicurigai ada elit-elit politik yang berada di belakangnya.
Menurut Berry, tereksposnya kasus-kasus sekarang ini karena adanya upaya untuk menutup-nutupinya. Pertama untuk kepentingan korporasi, kedua kepentingan aparat keamanan itu sendiri, dan ketiga dicurigai ada elit-elit politik yang berada di belakangnya.
Kasus Mesuji ini hanyalah satu dari 101 kasus pelanggaran dan
tindakan kekerasan yang dicatat Walhi dalam tahun 2011, yang melibatkan
aparat dalam menangani konflik pengelolaan sumber daya alam antara
warga dengan perusahaan.
Sebanyak 123 orang ditahan, 26 luka berat, dan sembilan meninggal dunia. Terdapat 62 orang terkena luka tembak.
Mengomentari kenyataan di atas, direktur Walhi mengatakan, "ini
menunjukkan kebobrokkan negara dalam mengurus warganya untuk mendapatkan
hak-hak mereka seperti lahan dan mata pencaharian." Aparat yang
seharusnya bertindak netral, justru berada di pihak perusahaan karena
mereka dibayar.
"Kami temukan di semua tempat termasuk di Mesuji, mereka dibayar langsung oleh perusahaan untuk mengamankan".
Kebablasan
Walhi menyatakan kecewa dengan kelambanan Komnas Ham dalam menanggapi peristiwa ini. Walaupun mereka telah turun ke lapangan, tapi tindakannya terlalu lamban. Walhi juga meminta DPR untuk memanggil Kapolri serta melakukan evaluasi terhadap kewenangan polisi. "Tindakan aparat sudah kebablasan," demikian Berry mengakhiri penjelasannya.
Walhi menyatakan kecewa dengan kelambanan Komnas Ham dalam menanggapi peristiwa ini. Walaupun mereka telah turun ke lapangan, tapi tindakannya terlalu lamban. Walhi juga meminta DPR untuk memanggil Kapolri serta melakukan evaluasi terhadap kewenangan polisi. "Tindakan aparat sudah kebablasan," demikian Berry mengakhiri penjelasannya.
Sumber : http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pembantaian-mesuji-kegagalan-aparat-dan-negara
0 komentar:
Posting Komentar