WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.

Kunjungi Alamat Baru Kami

HEADLINES

  • Pengadilan Tinggi Nyatakan PT. BMH bersalah dan Di Hukum Ganti Rugi
  • Walhi Deklarasikan Desa Ekologis
  •   PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
  • PT.BMH Penjahat Iklim, KLHK Lakukan Kasasi Segera
  • Di Gusur, 909 orang petani dan keluarganya terpaksa mengungsi di masjid, musholla dan tenda-tenda darurat

Jumat, Desember 16, 2011

Pembantaian Mesuji, Kegagalan Aparat dan Negara

Apakah benar telah terjadi pembantaian petani di Kabupaten Mesuji, Lampung? Pihak kepolisian daerah Lampung maupun Kapolri Jendral Timor Pradopo membantahnya. Namun bantahan itu disanggah oleh direktur Walhi Nasional Berry Nahdian Forgan yang baru saja kembali dari Mesuji untuk melakukan investigasi.
"Pembantaian itu memang betul terjadi. Ada rekaman video dan gambar-gambarnya," tegas Berry kepada Radio Nederland Wereldomroep. "Kami di sana menemukan selongsong-selongsong peluru yang berhamburan. Bukan peluru karet seperti pernyataan yang dikeluarkan. Ini fakta."

Tiga kasus
Namun Berry menjelaskan ada tiga kasus kekerasan yang terjadi di Mesuji, berdiri sendiri-sendiri walaupun semuanya melibatkan konflik antara perusahaan perkebunan dengan warga setempat.
Pertama, kasus pembantaian di bulan April, kedua kasus penembakan, dan ketiga kasus penembakan dan pembunuhan di bulan November lalu. Dalam kasus terakhir, satu orang meninggal dan tujuh luka-luka akibat tembakan aparat Brimob.
Penyebab peristiwa terakhir: perkebunan kelapa sawit mengambil lahan masyarakat dengan perjanjian memberi ganti rugi serta membuat lahan inti dan plasma. Warga dan perusahaan sepakat bahwa warga hanya memanen sawit di lahan plasma, tapi oleh aparat keamanan mereka dianggap pencuri dan ditangkap.
Ketika warga protes, aparat melepas tembakan dan berbuntut pada kerusuhan dan pembakaran. Demikian jelas Berry. "Jadi bukan seperti yang dikatakan polisi bahwa pembakaran terjadi dan aparat baru melepas tembakan."

Ditutup-tutupi
Menurut Berry, tereksposnya kasus-kasus sekarang ini karena adanya upaya untuk menutup-nutupinya. Pertama untuk kepentingan korporasi, kedua kepentingan aparat keamanan itu sendiri, dan ketiga dicurigai ada elit-elit politik yang berada di belakangnya.
Kasus Mesuji ini hanyalah satu dari 101 kasus pelanggaran dan tindakan kekerasan yang dicatat Walhi dalam tahun 2011, yang melibatkan aparat dalam menangani konflik pengelolaan sumber daya alam antara warga dengan perusahaan.
Sebanyak 123 orang ditahan, 26 luka berat, dan sembilan meninggal dunia. Terdapat 62 orang terkena luka tembak.
Mengomentari kenyataan di atas, direktur Walhi mengatakan, "ini menunjukkan kebobrokkan negara dalam mengurus warganya untuk mendapatkan hak-hak mereka seperti lahan dan mata pencaharian." Aparat yang seharusnya bertindak netral, justru berada di pihak perusahaan karena mereka dibayar.
"Kami temukan di semua tempat termasuk di Mesuji, mereka dibayar langsung oleh perusahaan untuk mengamankan".

Kebablasan
Walhi menyatakan kecewa dengan kelambanan Komnas Ham dalam menanggapi peristiwa ini. Walaupun mereka telah turun ke lapangan, tapi tindakannya terlalu lamban. Walhi juga meminta DPR untuk memanggil Kapolri serta melakukan evaluasi terhadap kewenangan polisi. "Tindakan aparat sudah kebablasan," demikian Berry mengakhiri penjelasannya.

Sumber : http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pembantaian-mesuji-kegagalan-aparat-dan-negara



Artikel Terkait:

0 komentar: