Warga dari sejumlah desa di sekitar PT Perkebunan Nusantara VII Cinta
Manis Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan akan ke Jakarta awal Juli
2012 untuk menuntut penyelesaian sengketa lahan, kata perwakilan Gerakan
Petani Pendesak Bersatu Effendi Bakri.
"Kami saat ini sedang memobilisasi massa, rencananya sejumlah warga dari
20 desa di enam kecamatan diantaranya Cinta Manis dan Tanjung Raja akan
ikut serta. Setiap desa akan mengirimkan 1-3 unit bus, diikuti juga
para ibu dan anak-anak," katanya dalam keterangan pers bersama Lembaga
Sosial Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, di Palembang,
Jumat.
Menurutnya, kedatangan ke Ibu Kota itu untuk mendorong berbagai lembaga
nasional seperti Badan Pertanahan Nasional dan DPR RI mau peduli dengan
tuntutan rakyat di sekitar perkebunan milik pemerintah itu.
"Tentunya pihak PTPN VII akan melakukan berbagai upaya untuk
menggagalkan tuntutan warga itu, namun warga sudah memiliki kebulatan
tekad untuk berjuang hingga ke Jakarta. Mengenai biaya, dikumpulkan oleh
warga sendiri atau tanpa bantuan dari pihak lain yang memiliki
kepentingan terselubung," katanya.
Abdul Muis, petani di Desa Sri Bandung mengatakan tergerak ikut
melakukan aksi itu karena tidak merasakan manfaat atas keberadaan Badan
Usaha Milik Negera tersebut sejak tahun 1982.
"Setiap hari harus menanggung pencemaran seperti ampas hasil pembakaran
tebu yang mengotori rumah, dan sumber air tidak jernih lagi. Beragam
jenis ikan seperti ikan Serandang dan Ikan lele panjang kini sudah
langka," ujarnya.
Warga sekitar merasa dirugikan karena lahannya diambil alih oleh pihak
perkebunan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk bercocok tanam.
"Kami ingin lahan dikembalikan karena itu miliki secara turun-temurun
dan tidak ada penggantian. Sederhana saja, para petani ingin hidupnya
lebih baik dengan memiliki lahan sendiri untuk mencari nafkah," katanya.
Sementara, Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat mengatakan akan mengawal keinginan warga sekitar PTPN VI Cinta Manis itu.
"Semangat sudah ada dari para petani yang menjadi modal utama, sedangkan
Walhi akan mengawalnya hingga ke pemerintah pusat," ujarnya.
Menurutnya, konflik lahan itu harus diselesaikan dengan cepat karena kesempatannya telah terbuka.
"Sudah ada dukungan dari wakil rakyat di Ogan Ilir dan Sumsel, serta
Pemerintah Sumsel. Tinggal saja, bagaimana caranya agar permasalahan ini
menjadi perhatian secara nasional upaya yang dilakukan warga berhasil,"
katanya
Sumber : sumsel.antaranews.com
Artikel Terkait:
- Kejahatan Trans National Corporations dalam kebakaran hutan dan lahan di Indonesia Dibawa ke Jenewa
- Jadi Desa Ekologis di Sumsel : Berkonflik Panjang, Nusantara Menjaga Padi dari Kepungan Sawit
- Hari Pangan Se-Dunia, Walhi dan masyarakat Sipil Deklarasikan Nusantara Menuju Desa Ekologis.
- Pidato Sambutan Direktur Walhi Sumsel dalam Peringatan Hari Pangan Se-Dunia dan Deklarasi Nusantara Menuju Desa Ekologis
- Bahaya Hutang Bank Dunia Dalam Proyek KOTAKU
- Melanggar HAM, PT. Musi Hutan Persada/Marubeni Group Dilaporkan ke Komisi Nasional HAM
- Sinarmas Forestry company found guilty of unlawful conduct by High Court over peat fires
- Diduga Rugikan Negara Rp3,6 Triliun, Walhi Laporkan Perusahaan Sawit dan Tambang ke KPK
- Peringati Hari Bumi, Walhi secara Nasional Gelar Karnaval di Palembang
- Indonesia suffers setback in fight against haze after suit rejected
- Anwar Sadat Teteskan Air Mata Saat Membacakan Pledoi
- 2014, Produksi Padi di OKI DiprediksiTerancam Menurun
- Masyarakat Tolak HGU Perusahaan
- WALHI Sumsel Desak Pangdam II Sriwijaya Tarik Pasukan dari Rengas
- Petani Desak Cabut HGU Sawit
- Tuntut Kesetaraan Hukum
- Stop Penangkapan Petani
- Walhi: bentuk Komisi Penyelesaian Konflik Agraria
- Petani Desak Penyelesaian Konflik Lahan
- HARI TANI NASIONAL: Konflik Lahan dan Impor Pangan Disorot
0 komentar:
Posting Komentar