JAKARTA, KOMPAS.com - Insiden bentrok antara Satuan
Brimob Kepolisian Republik Indonesia dengan warga sekitar PT Perkebunan
Nusantara VII Cinta Manis, Ogan Ilir, Sumatera Selatan pada Jumat
(27/7/2012) lalu, menambah daftar kasus bentrokan yang terjadi, antara
aparat bersenjata dengan masyarakat.
Sebelumnya, aparat bersenjata
juga pernah terlibat bentrok dengan masyarakat, yakni pada kasus Mesuji
dan insiden bentrokan di Bima, Nusa Tenggara Barat. Ini tentu sesuatu
yang bertolak belakang, bahwa polisi seharusnya melindungi dan mengayomi
masyarakat. Apalagi dengan kasus bentrokan dengan masyarakat yang
kembali terjadi ini, aparat kepolisian seolah tidak belajar dari
pengalaman sebelumnya.
Menanggapi hal itu, Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, yang dihubungi Kompas.com,
menyayangkan terjadinya penyerbuan tersebut. Pihaknya mendesak agar
petinggi polisi di Sumatera Selatan yang terlibat dalam insiden itu agar
segera diperiksa.
"Sekarang ini ada sepuluh polisi kelas bawah
yang diperiksa. Ini jelas aneh. Sebab mereka turun ke Desa Limbang Jaya
dari perintah atasannya. Untuk itu lima perwira atasan mereka juga harus
diperiksa. Kapolda Sumsel, Direktur Operasi, Kasat Brimob Sumsel,
Kapolres Ogan Ilir, serta perwira pemimpin penyerbuannya," kata Neta,
Senin (30/7/2012).
Neta melihat ada lima hal keganjilan dari
insiden itu. Secara detail Neta menjelaskan, lima hal tersebut. Pertama,
benarkah telah terjadi pencurian pupuk milik PT Perkebunan Nusantara
VII Cinta Manis. "Inikan polisi sedang mencari pelaku pencurian pupuk
sebanyak 127 ton. Itu bukan jumlah yang sedikit. PT PN kan punya satpam,
harus diselidiki apa benar warga mencuri sebanyak itu," ujar Neta.
Kedua,
sambung Neta, yakni mempertanyakan mengenai keterlibatan Brimob dalam
mencari pelaku pencurian pupuk. Ia melihat keanehan karena hal itu
seharusnya dilakukan oleh Reserse, bukan oleh Brimob bersenjata.
Ketiga,
IPW menilai apa yang terjadi di Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu,
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan itu adalah bentuk penyerbuan.
Jika benar polisi mencari pelaku pencuria pupuk, seharusnya melalui
pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat agar membantu menyerahkan
pelaku pencurian pupuk.
Keempat, kasus ini bermula saat puluhan
truk yang mengangkut ratusan Brimob bersenjata lengkap melintas di
Limbang Jaya. Neta mempertanyakan siapa yang memerintahkan operasi
tersebut. Menurut dia, sangat mustahil kelima perwira kepolisian, yakni
Kapolda Sumsel, Direktur Operasi, Kasat Brimob Sumsel, Kapolres Ogan
Ilir dan perwira pemimpin penyerbuan tidak terlibat. Tetapi yang
diperiksa adalah sepuluh perwira polisi bawahan.
Kelima, terkait
operasi itu, perlu diselidiki, apakah ada pembiayaan dalam operasi itu.
Sehingga menurut Neta, para pejabat PT PN yang memberi bantuan harus
diperiksa. "Apa pihak PT PN membantu dana operasinya ke polisi? Kalau
ada, para pejabat PT PN yang memberi bantuan juga harus diperiksa," kata
Neta S Pane.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan antara
Brimob dan masyarakat sekitar PT Perkebunan Nusantara VII Cinta Manis,
Ogan Ilir, pecah pada Jumat (27/7/2012) lalu. Akibatnya, seorang anak
kecil, Angga Bin Dharmawan (12) tewas tertembak saat terjadi bentrokan.
Empat warga lainnya pun mengalami luka terkena tembakan dalam konflik
berlatar belakang konflik lahan PT Perkebunan Nusantara VII Cinta Manis.
Saat ini tengah dilakukan investigasi dari bentrokan antara aparat
Brimob dan warga tersebut.
WALHI adalah forum organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat dan kelompok pecinta Alam terbesar di Indonesia.WALHI bekerja membangun gerakan menuju tranformasi sosial, kedaulatan rakyat dan keberlanjutan Lingkungan Hidup.
Kunjungi Alamat Baru Kami
Sabtu, Agustus 04, 2012
IPW Desak Petinggi Polri yang Terlibat Bentrok Diperiksa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar